Posts

Berjuang Menggapai Rezeki

Image
ARTIKEL KE 761   Berjuang tak kenal lelah   Yang namanya rezeki, meski sudah dijamin Allah tetap saja harus diikhtiarkan . Dan ikhtiar yang dilakukan bukan sekedarnya dan alakadarnya tapi butuh perjuangan kalo perlu sampe titik darah penghabisan.  Kita semuanya pengen rezeki banyak, lancar dan dapatnya mudah tapi ikhtiar kadang ala kadarnya, gak maksimal..gimana rezekinya mo maksimal? Yang usaha pasti dapat hasil meskipun belum tentu sesuai yang diharapkan tapi yang tinggal bertopang dagu pasti gak dapat apa-apa..itu sudah sunnatullah.. Mana kebutuhan hidup makin bertambah... Ikhtiar pas-pasan ya.. mana bisa memenuhi kebutuhan itu? Ikhtiar itu berupa kerja dan usaha juga doa dan amal saleh... Berbicara soal pemenuhan kebutuhan, sebenarnya g ak ada hubungan antara 'saldo'mu dengan tercukupinya kebutuhanmu... Dari Tuhanmu Allah lah... bukan yang lain.. Bukan tabungan, bukan gaji, bukan profit... yang akan memenuhi kebutuhan itu.... (baca : ada yang sal

Menjaga Kehormatan Suami

Image
ARTIKEL KE 760   MENUTUPI KEMISKINAN SUAMI   Tersebutlah kisah, ketika seorang suami menangis kepada sahabatnya. Sahabatnya itu pun bertanya, " Kenapa kau menangis tersedu-sedu seperti ini ?" Sang suami menjawab, " Istriku sedang sakit demam " Sahabatnya bertanya lagi, " Sebegitu cintanyakah kau? Sehingga istri sakit demam saja sampai menangis sangat dlm seperti ini? Sang suami menjawab, "Kau tahu siapa istriku? ".* Lalu sang suami menceritakan pada sahabatnya, Aku ini miskin, tidak punya pekerjaan tetap dan setiap hari keluargaku hanya makan dengan kacang karena hanya itu yang mampu terbeli, itu pun jika aku pulang membawa rezeki berupa uang hasil bekerja hari itu. Jika aku tak pulang karena belum mendapat uang maka istriku hanya minum air atau berpuasa. Suatu hari keluarga mertuaku mengundang kami untuk berkunjung ke rumahnya, kebetulan istriku berasal dari keluarga berada dan tak pernah merasa kekurangan. Saat aku duduk b

Makin Digali Makin Terasa Dangkal

Image
ARTIKEL KE 759   SECANGKIR ILMU PAHAM   Konon t ingkat terbawah dalam ilmu itu adalah *"PAHAM.* Ini wilayah kejernihan logika berfikir dan kerendahan hati Ilmu tidak membutakannya, malah menjadikannya kaya. Kalo mau banyak rezeki, pahami rezeki itu apa , bagaimana mendapatkannya secara syar'i, bagaimana mengupayakannya supaya menjadi berkah bermanfaat dalam hidup kita, setelah didapatkan bagaimana menggunakannya agar bisa memberi kebahagiaan dunia dan akhirat serta bagaimana menyikapi kala rezeki tak sesuai harapan dan mengundang problem. Cari ilmunya, pahami dan amalkan.. Tingkat ke dua terbawah adalah *"KURANG PAHAM ".* Orang kurang paham akan terus belajar sampai dia paham ..., dia akan terus bertanya untuk mendapatkan simpul-simpul pemahaman yang benar ...! Mengapa orang belajar? Karena merasa kurang paham tentang sesuatu. Begitu pula dengan rezeki. Jika merasa rezekinya susah, macet melulu dan tak selancar jalan tol, tanyakan pada diri

Stop Memburu Rezeki !

Image
ARTIKEL KE 758   PESAN  KIRIMAN ALAM   Tulisan ini terkait dengan tulisan saya sebelumnya mengenai taman kekayaan  dan rezeki itu mengejar bukan dikejar. Kalau ingin menangkap ayam, jangan dikejar nanti kita akan lelah dan ayampun makin menjauh, salah-salah pun bisa dipatuk. Berikanlah ia apa yang diinginkannya, beras dan makanan (dedak), nanti dengan mudah ia datang bahkan datangnya pun dengan rela. Begitu pulalah dengan Rezeki, melangkahlah dengan baik, jangan terlalu kencang mengejarnya, ngotot memburunya. Semua diupayakan sekeras-kerasnya, full speed, full tenaga bisa jadi kita akhirnya akan lelah tanpa hasil maksimal. Banyak orang yang seperti ini... Setiap hari keluar dari rumah, pergi pagi pulang sore, punya tiga kerjaan belum lagi kerja sambilan, tapi rezekinya gak seberapa dan hidupnya ya gitu-gitu aja. Rezeki itu bukan tentang seberapa kerasnya kita banting tulang , seberapa keras kita memburunya tapi tentang keberkahan.. (baca : pesan untuk pencari rez

Mengapa Aku Miskin dan Sulit Melulu?

Image
ARTIKEL KE 757   MISKIN ITU BUKAN TAKDIR...!!   Artikel ke 757 ini adalah artikel pertama di bulan Juli 2018. Kali ini saya menyoroti persoalan rasa miskin dan kesulitan hidup yang menjadi alasan seseorang tidak bahagia.  Rezeki sudah dijamin Allah , semua pasti kebagian dalam takaran yang pas menurut kadar usahanya dan ketetapan Allah SWT. Jika rezeki sudah dijamin kok masih ada yang miskin dan kekurangan ? Jangan langsung memprotes kalo Allah tidak adil. Justru karena keadilanNya maka rezeki orang semua tak dibagi persis sama. Jika semuanya kaya lalu siapa yang mau disedekahi? Jika semuanya miskin lalu siapa yang bisa bangun mesjid dan jihad dengan harta? Di sinilah letak keadilan Allah.  (baca : Allah tak akan mengecewakanmu ). Tahukah anda kalo sebenarnya Allah tidak menciptakan kemiskinan? (Baca uraiannya di sini ). Jika sampe Juli 2018 ini anda masih miskin berati kesalahannya ada pada anda. Mungkin anda protes, enak bener nih admin nuduh-nuduh, dia gak tau gimana besa

Sedekah yang Utama

Image
ARTIKEL KE 756   MANA YANG LEBIH UTAMA?   Hidup ini terdiri dari serangkaian pilihan yang kita buat setiap harinya, termasuk juga dalam urusan ibadah. Shalat di mana, apakah di mesjid atau di rumah? Puasa apa yang dilakukan, puasa Syawal, puasa Senin Kamis atau puasa Sya'ban, demikian juga sedekah. Sebagai hamba Allah kita harus memaksimalkan ibadah kepadaNya, gak pandang bulu apakah itu wajib ataupun sunnah.  (baca : Ah, itu cuma sunnah! ) Tapi kadang-kadang kita juga perlu memikirkan efektifitasnya termasuk keutamaannya. Bukankah kita mengejar ridha Allah dan mendapat bonus pahala sebesar-besarnya? Sedekah Pada Orang Miskin Atau Pada Karib Kerabat? Kita tahu kalo sedekah adalah penderas rezeki , karenanya orang berlomba-lomba untuk menyuburkan sedekah. Mereka gak segan-segan memancing rezeki dengan sedekah . Tapi jika dihadapkan pada dua pilihan antara karib kerabat dan orang miskin, manakah yang harus disedekahi terlebih dahulu dan mengapa? Karib Kerabat adalah

Menyentuh dengan Ahlak

Image
ARTIKEL KE 755   JAD DAN IBRAHIM    Tersebutlah seorang anak bernama Jad, seorang bocah umur 7 tahun di era tahun 40-an. Jad kecil tinggal bersama keluarganya di salah satu apartemen kelas menengah di sebuah kota di Prancis. Ia terlahir dari keluarga Yahudi taat dan berpendidikan tinggi. Ibunya adalah Professor di universitas terkemuka di Perancis kala itu. Salah satu sudut lantai dasar apartemen tersebut, ada sebuah toko kelontong kecil yang menjadi tempat bagi warga sekitar untuk belanja kebutuhan sehari-hari mereka, termasuk keluarga Jad. Toko itu milik seorang berkebangsaan Turki bernama Ibrahim, usia 67 tahun. Seorang muslim yang sangat sederhana, bukan dari kalangan berpendidikan tinggi. Jad kecil hampir setiap hari berbelanja di toko ini. Bila berbelanja, selalu, tanpa sepengetahuan Ibrahim, setidaknya begitu persangkaannya, diam-diam ia mengambil sebatang permen coklat. Sampai suatu hari ia mungkin sedang terburu-buru, ia lupa mengambil (mencuri) coklat terseb