Bisakah Rezeki Digandakan?

Fenomena penipuan yang marak.

  • Tulisan pertama saya di bulan Oktober ini turut menyoroti kasus seseorang yang ditengarai melakukan penipuan pada masyarakat dengan mengatakan bisa menggandakan uang. Berita ini sekarang ramai di koran dan hampir tiap hari jadi pembahasan di TV, media sosial, warung kopi. 
  • Saya tidak akan membahas soal siapa Dimas Kanjeng Taat Pribadi, karena terus terang saya gak kenal. Saya juga gak pengen ikut-ikutan menjudge, menilai hanya karena berita-berita yang disajikan media. Karena gak ada gunanya menjudge orang. Buat apa kita ikut-ikutan menghujatnya? Kasusnya toh sudah masuk ranah hukum, biar deh penegak hukum yang menyelesaikannya..
  • Yang lebih penting bagi saya adalah kita sebagai pribadi, bagaimana harusnya menyikapi hal ini. Penipuan mah dari dulu juga ada. Pelakunya ada di mana-mana dan sialnya banyak orang yang dengan mudah jadi korban penipuan sampai kerugiannya pun tak sedikit.
  • Mengapa kita? Karena satu-satunya yang bisa kita kendalikan adalah diri kita. Biar di luar ada 100 penipu kalo kita memilih untuk berhati-hati bisa jadi kita tak tertipu. Penipuan pun makin lama makin canggih metodenya. Kita yang kudu update gimana modus operandinya agar bisa berhati-hati.
  • Rasulullah pun udah mengingatkan kita...


Mengapa orang jadi penipu?

  • Alasan seseorang jadi penipu macam-macam tapi umumnya adalah :
(1) Malas.
  • Anda, saya dan orang kebanyakan biasanya bakalan usaha lewat kerja keras untuk dapatkan uang. Uang dipakai untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup yang bisa dibeli dengan uang, seperti makanan, pakaian, rumah, kendaraan, pendidikan dan sebagainya.
  • Sementara ada orang yang kerjanya hanya leha-leha, malas-malasan tapi pengen kaya, pengen punya uang banyak. Mereka ini malas dan ogah kerja tapi pengen duit. Akhirnya mereka jadi penipu dan membodohi orang lain agar bisa dapat uang hasil kerja keras orang lain.

(2) Gampang.
  • Jadi penipu itu gampang, cukup dengan modal bohong dan kemampuan meyakinkan orang lain. Sekolah boleh gak tamat dan keterampilan teknis gak dibutuhkan sama sekali. Tidak seperti kerja kantoran ataupun kerja profesional yang butuh ijazah dan sekolah tinggi.
  • Kalo menipu itu susah, pasti pelakunya tidak banyak, wong susah kok.. Kenyataannya tiap hari ada aja orang yanh ditangkap karena nipu.

(3) Kerja kecil hasilnya besar.
  • Cuma dengan modal sms bohongan saja bisa meraup ratusan juta. Cuma dengan modal senyum manis dan gaya sok akrab bisa menipu ratusan klien (salesman penipu).

(4) Pengen cepat kaya / sukses.
  • Gak ada itu kaya dan sukses instan. Semua butuh kerja keras dan perjuangan yang berdarah-darah. Tapi ada orang yang gak suka kerja keras dan emoh berjuang tapi pengen sukses. Mereka ini lah yang nipu orang lain demi ambisi pribadinya dengan mengiming-imingi sesuatu pada korban. 

Gimana menyikapinya?

  • Masih banyak alasan lainnya tergantung motif masing-masing penipu sih.. Nah sekarang jangan menyalahkan penipunya, salahkan kitanya kok mau-maunya ditipu? Sudah tau kalo manusia biasa gak bisa menggandakan uang kok mau-maunya ditipu dengan menyetor mahar sampe ratusan juta bahkan miliar? Kalau memang dia bisa menggandakan atau mengadakan uang ngapain juga pake ngajak orang, pake uang orang? Kenapa gak pake uang sendiri aja, gandakan tiap hari? Dan kenapa mesti digembar gemborkan sampe bikin padepokan segala..? Bukankah orang berilmu harusnya rendah hati? Gak perlu pake pamer karena bisa jatuh ke riya?
  • Hati-hati kalo ada yang ngajak untuk melakukan sesuatu. Otak kudu dipake, mikirlah.. apa ini bener, kalo bener haruskah dilakukan, orang yang dipercayai punya ilmu apa bener ilmunya bermanfaat buat kita, apa dia orangnya lulus, ahlaknya bagaimana? 
  • Jangan gampang termakan ajakan untuk mengkultuskan seseorang. Apalagi kalau memakai simbol-simbol agama, berpakaian layaknya ulama, karena bisa saja itu setan yang menjelma jadi manusia untuk menyesatkan kita. Rasulullah SAW saja yang Nabi Besar minta diperlakukan sebagai orang biasa, bukan seperti raja. Padahal beliau sangat mampu untuk melakukan itu dan umatnya pasti tak berkeberatan?
  • Perlakukan setan sebagai musuh bukan sebagai kawan. Jangan mau diajak bersekutu dengan setan/jin karena imbalannya gak sebanding, iman yang terkoyak karena melakukan syirik, dosa tak diampuni, rezeki macet dan kehidupan dunia akhiratnya bisa tak berhasil..

  • Banyak orang yang jualan agama untuk mendapatkan dunia. Waspadai mereka ini. Kedoknya gampang kebuka karena menggunakan simbol-simbol agama tapi fokusnya bukan pada akhirat tapi pada mengejar keduniawian..



Bisakah rezeki digandakan?

  • Rezeki yang diberi Allah pada kita jumlahnya udah pas gak lebih dan gak kurang sesuai dengan kebutuhan kita (baca : kalo rezeki sudah dijamin mengapa masih ada yang miskin, kurang dan kelaparan?). Jangan berharap rezeki bisa digandakan karena rezeki akan menjumpai pemiliknya dengan jumlah yang pas sesuai dengan yang dibutuhkannya.
  • Rezeki tak harus kita yang mencari atau mengusahakan. Karena rezeki juga bisa datang melalui orang lain. Rezeki uang, gaji, makanan yang memang kita beli dari hasil keringat adalah contoh rezeki yang memang kita usahakan. Tapi saat bertamu di rumah orang dan kita disuguhi teh panas dan camilan ala kadarnya adalah rezeki kita meskipun bukan kita yang mengusahakan/membelinya. Saat berjumpa dengan kawan lama kita ditraktir makan, itu juga bukan kebetulan, tapi rezeki kita. Saat bertemu teman yag baru pulang dari luar kota, kita dapat oleh-oleh, itulah rezeki kita. Rezeki itu akan menjumpai di manapun kita berada. (baca : rezeki tak mungkin nyasar, dia tahu betul letak keberadaanmu).
  • Jadi jika rezeki kita 100, maka itulah yang dianggap cukup dan sesuai untuk kita. Lalu mengapa kita merasa perlu menggandakannya menjadi 200, 300, 400? Apalagi dengan bantuan manusia?? Apakah kita jadi tergantung pada manusia, apakah kita mulai menyembah uang dengan menganggapnya sebagai sesuatu yang paling penting? Kita bersekutu dengan manusia yang mungkin memanfaatkan jin untuk melakukan aksinya? Sadarkah bahwa kita terjerumus pada praktek syirik? Suatu dosa yang tak diampunkan ?? Hal yang kita pikir bakal melancarkan rezeki ternyata malah menghambatnya? (baca : apakah susuk menghalangi rezeki?). Mengapa? Karena kita lebih bergantung pada manusia, kita percaya kuasanya bisa menggandakan rezeki (uang kita), kita ikut terlibat bersekutu dengan mahluk halus (jika memang ia menggunakan jin) (baca : waspadai 17 pintu masuk setan).
  • Berani benar kita ini..!! Berani melakukan kemusyrikan. Kita terlalu silau akan harta dunia, sehingga akal sehat kita terabaikan.. Bekerjasama dengan mahluk halus itu meminta imbalan yang sangat besar, tumbal nyawa, tumbal harta bahkan tumbal akidah.. Kita merelakan iman Islam kita hanya untuk segepok rupiah???? 
  • Saat semua terungkap, berbondong-bondonglah kita mencari uang setoran mahar, bukannya berbondong-bondong untuk taubat, kembali ke jalanNya. Sekali lagi yang kita cari adalah dunia, harta, uang..karena itu jauh lebih penting dibanding ketaatan kita padaNya. Sesuatu yang di hari nanti akan dimintai pertanggung jawabannya..
  • Rezeki tak dapat digandakan oleh manusia, karena manusia itu lemah. Kita akan menerima apa yang pantas, layak dan cukup untuk kita, tak lebih dan tak kurang. Allah hanya berkata akan menambah rezeki kita itupun jika kita bersyukur...
  • Kalau Allah yang menggandakan dan menambah rezeki kita, itu sangat mungkin. Bukankah Dia Maha Kaya? Bukankah Dia yang menjamin rezeki kita? Bukankah Dia yang membaginya secara adil? Lalu jika Allah cukup untuk kita mengapa pula kita harus mencari manusia untuk melakukannya?
  • Kitalah yang menciptakan kesialan hidup kita sendiri. Kita yang mengundangnya.. Bukan Allah yang menakdirkan kita sial. Siapa yang menyuruh kita mempercayai kemampuan manusia menggandakan uang? Siapa yang menyuruh kita menyetor mahar sampe ratusan bahkan milyaran rupiah? Tak ada bukan? Setan telah merasuki pikiran kita untuk tamak, serakah serta berpengharapan pada manusia. Akhirnya bukan rezeki (uang) yang berlipat kita terima tapi maharnya pun hilang tak berbekas...
  • Bayangkan jika uang sebanyak itu dipakai sedekah, dipakai membangun fasilitas yang mendukung perbaikan generasi islami, dipakai untuk menebar kebaikan?? Uangnya tak lari sia-sia tapi malah akan kembali pada kita dengan berlipat ganda.. Allah menjanjikan itu..
  • Mengapa kita justru percaya manusia daripada Allah????? Allah SANGAT BISA menggandakan rezeki kita syaratnya cuma bersyukur dan bersedekah.. tak perlu mahar mahal-mahal, sesuai kemampuan dan keikhlasan (baca : sedekah memperderas rezeki), tak perlu ribet hanya bersyukur dengan lidah, hati dan perbuatan... (baca : rezeki disyukuri hati jadi lapang).
  • Semoga kita paham akan kesalahan kita dan kembali taubat padaNya sebelum nyawa lepas dari raga.
Wallahu alam..

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?