Rezeki Menjauh Kalau Kebanyakan Menggerutu.

Manusia modern adalah manusia penggerutu

  • Sadarkah bahwa kita adalah bagian dari manusia modern yang doyan menggerutu? Sumpah serapah adalah hal yang biasa bagi kita. Menyebut semua binatang saat kesal kalo perlu nama setan pun dibawa-bawa (padahal setannya itu kita he..he..). Jalanan macet menggerutu. Proposal proyek ditolak menggerutu. Anak isteri gak mau diatur ngedumel. Tetangga bunyiin musik keras-keras di jam tidur bikin emosi kita memuncak tapi gak berani negur, akhirnya stres sendiri. Baju kotor kena makanan secara gak sengaja, kesal lagi. Nonton bola terus tim kesayangan kalah langsung emosi dan kesal bukan main.
  • Ya.. hitunglah berapa kali dalam sehari anda mengeluh, berapa kali anda menggerutu, berapa kali anda merasa tak puas dan marah oleh keadaan? Kalo lebih dari 10 kali itu tandanya ada yang salah dengan anda. 

Mengapa harus menggerutu sih?

  • Pertanyaan ini layak ditanyakan pada diri kita, pada anda dan saya. Mengapa harus ada gerutuan, keluhan, ketidakpuasan, kemarahan dalam diri setiap orang? Jawabannya gampang... Karena kita cenderung menginginkan sesuatu terjadi sesuai kehendak kita. Kita ingin perjalanan lancar, aman, nyaman, bebas macet. Kita ingin perekonomian bagus, harga-harga kebutuhan pokok murah dan terjangkau. Tetangga semuanya baik hati dan tidak sombong trus rajin kirim makanan lagi.. (hahaha.. ngarep).
  • Tapi kenyataan kadang tak seindah harapan. Itu sebabnya kita menggerutu, ya... ungkapan kekecewaan pada apa yang terjadi. Kok begini sih jadinya, kok gak begitu, kok harus macet sih, kemarin lancar-lancar aja tuh?
  • Menggerutu adalah pekerjaan paling sia-sia sedunia. Karena digerutuin toh tetap kejadian. Menggerutu karena jalan macet, tak akan membuat kemacetan berhenti. Kesal karena dompet dicopet, tak akan membuat dompet kembali. Marah karena ban motor kempes di tengah jalan tak akan membuat ban motor kembali normal. Jadi menggerutu tak akan mengubah apapun ! Cuma bikin stres, bikin suasana hati dan mood kita jadi jelek, bikin perasaan kita gak enak, yang rugi adalah kita sendiri. Sudah ditimpa kemalangan, suasana hati kita juga gak enak, kan rugi dua kali?

Lalu apa kaitannya dengan rezeki?

  • Kita sudah sepakat bahwa Allah yang menyediakan rezeki buat kita dan kita tinggal menjemputnya. Kalo rezeki itu milik kita pasti akan datang dan sampai ke tangan kita dengan sukses. Gak akan nyantol di rumah tetangga, gak akan nyasar di kampung sebelah, gak akan mampir di tempat orang lain. Rezeki itu domain Allah, artinya hak prerogatifNya, jumlah rezeki, ukurannya, dikasinya di mana, bagaimana nyampainya ke kita itu misteri. Ada yang bisa memastikan rezekinya satu bulan ke depan, jumlah persisnya berapa, bentuknya gimana dan sumbernya darimana? Pada gak tau kan? 
  • Meski anda ini PNS, yang gajinya tetap setiap bulan tetap belum bisa memprediksi jumlah rezekinya setiap bulan. Karena gaji hanya sebagian kecil dari rezeki yang dianugerahkan Allah pada seorang PNS. Anda seorang wirausahawan, meski bisa melakukan hitung-hitungan secara matematis berapa keuntungan yang akan didapatkan dalam sebulan, tapi tetap tak bisa memprediksikan dengan pasti jumlah rezekinya bulan depan, karena keuntungan hanya sebagian kecil dari rezeki yang diberi Allah pada seorang wirausahawan. Rezeki tak dapat diprediksi dan dihitung dengan rumus matematika.
  • Menggerutu adalah tidak menerima kejadian di sekitarnya dengan ikhlas. Macet, digerutuin. Telat, dikesalin. Dicopet, dikeluhin. Ban kempes, disumpahin. Semua kejadian yang menurutnya tidak sesuai keinginannya atau dianggap merugikannya digerutuin. Lalu..kalo digerutui masalahnya selesai? Gak kan?
  • Rezeki mandek, digerutuin. Rezeki sedikit ditangisin. Rezeki tetangga lebih banyak disirikin. Susasana hati gak pernah ada enaknya, gak pernah ada syukurnya. Karena yang dilihat keadaan yang serba negatif, diterima dengan negatif dan bereaksi secara negatif. Bukannya fokus menghitung nikmat dan rezeki yang dipunyainya seperti badan yang sehat, keluarga yang harmonis, rumah yang nyaman, kendaraan yang tersedia siap mengantar kemana saja, tapi malah sibuk mengeluhkan dan menggerutukan nikmat/rezeki yang tidak dimilikinya. Kok rezeki ku kurang sih, gak kayak si B, perasaan usahaku lebih maju deh, prestasiku lebih bagus deh. Wah.. ini bisa menjurus jadi kufur nikmat nih, tidak mensyukuri rezeki yang diterimanya, seolah-olah protes sama Allah, kok tega-teganya Allah ngasi cuma secuil perasaan aku udah ibadah siang malam? 
  • Wah mental begini namanya mental buruh, mental pamrih. Dia lupa bahwa kita yang butuh Allah, kita yang butuh ibadah buat nenangin diri kita, kita yang butuh kasih sayang Allah, agar hidup kita senantiasa dibimbingNya. 

Allah bilang akan menambah nikmat kita.


  • Syaratnya cuma satu.... BERSYUKUR.
  • Kalo menggerutu bersyukur gak? Nggak kan? Makanya jangan ngarep rezekinya ditambah....!!!
  • Paham...???
Wallahu alam...

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?