Posts

Showing posts with the label alasan

Mengapa Rezeki Kita Stagnan?

Image
ARTIKEL KE 741   Behavioral Economics (Ekonomi Perilaku) Mengapa rezeki kita stagnan? Karena cara berpikir kita banyakan error-nya Manusia termasuk saya dan pembaca semua, pada dasarnya suka mikir secara gak rasional atau bahasa kerennya " irrational ". Profesor Dan Ariely pakar ekonomi perilaku dari MIT Amerika ngejelasin hal ini dalam bukunya Predictably Irrational yang diterbitkan tahun 2008 silam. Penulis ini mengalami trauma karena kecelakaan yang bikin dia jadi menemukan arti hidup. Selama ini, kita selalu ngerasa udah berpikir rasional dan objektif. Sayangnya, perasaan ini hanya fantasi alias angan-angan. Sebagai manusia ternyata kita punya begitu banyak bias alias kesalahan berpikir yang seringkali gak disadari dan bikin keputusan kita kacau balau dan ngefek ke rezeki. Kesalahan berpikir itu apa sih?  Ilmu Behavioral Economics alias ilmu ekonomi perilaku terhitung cabang ilmu baru  dalam ilmu ekonomi.  Premis dasar ilmu ini adalah : manusia itu

Kisah Non Muslim yang Tersentuh oleh Akhlak Islami

Image
ARTIKEL KE 740  Kisah inspiratif..   Penulis novel Eat, Pray, Love,  Elizabeth Gilbert, ternyata punya kisah lain tentang Indonesia yang belum pernah diceritakannya. Tulisannya adalah bukti kalau Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia bisa menjadi inspirasi global. Novel Eat, Pray, Love, bercerita bagaimana sang penulis mendapatkan pencerahan hidup di suatu tempat yang jauh dari hiruk pikuk kota besar dan gemelap lampu. Novel yang sudah difilmkan dengan aktris Julia Robert sebagai pemeran utama ini juga sukses menaikkan pamor Bali sebagai kota wisata dunia. Namun, rupanya Elizabeth masih menyimpan kisah yang tidak terungkap dalam novelnya. Dia menulis sendiri kisah ini untuk Conde Nast Traveler pada edisi Maret 2016.  Elizabeth menceritakan ujung petualangannya di Indonesia bukanlah Bali. Dia menginjakkan kaki sampai ke sebuah pulau terpencil di sebelah timur pulau Bali. Dia tidak menyebutkan nama pulaunya, namun diperkirakan ini ada di NTB

Cerewet Membawa Rezeki

Image
ARTIKEL KE 737 Cerewet membawa rezeki.. Postingan ini adalah tentang apa yang umum terjadi dalam rumah tangga.. Sang anak ogah tinggal di rumah, alasannya karena ayahnya suka ‘ngomel’ cerewet dan nyinyir; " Wah, kamu ninggalin ruangan kek uler mana kipas angin gak dimatiin lagi." “Matikan TV. Jangan biarin nyala tapi gak ada yang nonton, hemat energi, hemat listrik, bayarnya pake duit bukan pake daun mangga..!!" “Jangan biarin pena jatuh ke bawah meja trus gak dipungut dan dikembaliin ke tempat semula, barang kecil dan murah pun kalo mo dipake trus gak ada di tempatnya bikin kesel  ” Itulah sebagian dari "kata-kata mutiara" ayahnya yang harus dia denger setiap hari. Sang anak gak suka diomelin untuk hal-hal kecil seperti ini.. Tapi dia harus pasrah dan gak protes karena hidup masih numpang dirumah ayahnya. Akhirnya tibalah hari dimana dia mendapat undangan wawancara kerja... " Begitu saya dapatin pekerjaan itu, saya akan meninggalkan kot

Mengapa Rezeki Berkurang Saat Menua?

Image
ARTIKEL KE 735   KENIKMATAN BERKURANG SAAT MENUA   Begitu tubuh menua, berkurang pula rezekinya/kenikmatannya. Mata yang tadinya tajam mulai buram dan harus dibantu kacamata baca. Lutut yang tadi kuat mulai berderak saat digerakkan. Punggung yang tadinya tegap kini mulai bungkuk. Telinga yang tadinya awas mulai sedikit tuli. Rambut yang tadinya hitam berkilat kini sudah mulai berganti putih karena uban nampak di mata-mata.. Secara fisik kita menua, berkurang pulalah kenikmatan yang dirasakan. Ini proses alamiah dan harus diterima. Karena suka ataupun tidak tubuh akan tetap menua dan tak bisa dihalangi.. Belum ada obat yang bisa menghentikan penuaan.. Lalu apa pesan di balik usia?  Semakin bertambah usia semakin lemah tangan menggenggam..karena Allah sedang mendidik kita agar melepaskan cinta dunia. Jangan cinta dunia karena kita akan meninggalkannya. Silakan cari rezeki Allah di dunia dengan tangan anda tapi jangan bergantung pada dunia, bergantunglah pada yang

Alasan Mengapa Kebahagiaanmu Stagnan

Image
ARTIKEL KE 731 Tulisan mantan Rektor yang menginspirasi Saya terinspirasi buat nulis artikel sebagaimana tulisan mantan rektor ITB dan menyesuaikan dengan tema blog ini. Pernah nanya atau ngalamin sendiri gak, kenapa makin tinggi pendapatan, ternyata makin menurunkan arti / fungsi / peran uang dalam membentuk kebahagiaan ? Makin banyak duit dihambur buat beli apa aja, awalnya sih seneng tapi lama-lama kok jadi hambar rasanya.. Duit bukan lagi barang berharga karena jumlahnya banyak (gak langka lagi) seperti waktu miskin dulu... Kajian-kajian dalam ilmu psikologi keuangan kemudian menemukan jawabannya, fenomena dikenal dengan nama : " hedonic treadmill ”. Gampangnya, hedonic treadmill ini kek gini : Waktu gajimu 5 juta per bulan, semuanya habis.Ya..hari gini duit segitu pasti habislah, wong harga-harga pada mahal....Ngirit gak ngaruh tetap aja amblas setiap bulan.. (baca : duit bukan segalanya tapi hampir segalanya butuh duit) Waktu gajimu naik 30 juta per b

Orang Baik dan Terpercaya Tapi Ahli Neraka

Image
ARTIKEL KE 725   JANGAN PUTUSKAN SILATURAHMI   Tulisan ini saya dapatkan di nedia sosial dan saya tuliskan kembali di malam ramadhan karim ini agar bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Diceritakan Syeikh Ibn Hajar ra mengisahkan sebuah kisah nyata: " Ada seorang yang kaya raya berangkat haji. Sebelum berangkat, ia menitipkan uangnya sebesar 10.000 Dinar kepada seseorang yang sudah terbiasa dipercaya untuk menitipkan barang atau uang.  Setelah selesai melaksanakan hajinya, orang kaya itu mendatangi rumah orang yang diberi amanah menyimpan uangnya tersebut. Sesampainya di rumah orang itu, ternyata orang itu telah wafat. Orang kaya itupun bertanya kepada ahli warisnya. Namun tidak satupun diantara ahli warisnya mengetahui perihal uang titipan tersebut. Orang kaya itupun kebingungan dan bertanya-tanya dalam hatinya, di manakah uang yang disimpan oleh orang yang diberi amanat tersebut? Orang kaya itupun mendatangi seorang alim di kota Mekkah, lalu menceritakan peri

10 Tahun Mencari Baru Ketemu Jawabannya

Image
ARTIKEL KE 716  Pertanyaan Spiritual Presiden Soekarno Saya nemu cerita ini di media sosial dan saya tuliskan kembali di sini buat bahan renungan kita semua. Pertemuan sakral yang dialami oleh Prof. DR. H. Kadirun Yahya, Msc – seorang angkatan 1945, ahli sufi, ahli fisika dan metafisika dan pernah menjabat sebagai rektor Universitas Panca Budi, Medan – dengan Presiden RI pertama Ir. Soekarno terjadi sekitar bulan Juli 1965. Saat itu beliau bersama rombongan diterima di beranda Istana Merdeka bersama dengan Prof. Ir. Brojonegoro, Prof. dr. Syarif Thayib, Bapak Suprayogi, Admiral John Lie, Pak Sucipto, Kapolri dan Duta Besar Belanda. Presiden Sukarno menyambut mereka dengan berkelakar, “Wah, pagi-pagi begini saya sudah dikepung oleh 3 Profesor”. Kemudian beliau mempersilakan rombongan tamunya untuk duduk. “Profesor Kadirun Yahya silakan duduk dekat saya”, pinta presiden Soekarno kepada Prof. Kadirun Yahya, sambil pasang wajah serius. “Professor, saya dengar tentang a

Skenario Genius Menciptakan Kekacauan

Image
ARTIKEL KE 711 Sebenarnya sih saya gak suka bicara politik tapi sekarang di Indonesia lagi musim pilkada ya dan tulisan ini menggelitik banget buat dishare. Dibikin dengan cerita menggunakan tokoh komik Jepang Dragon Ball. So biar pembaca yang menilai lah... Konon, di negara Antah Berantah ada organisasi mafia kejam bernama Kakarot. Bisnisnya gak jauh-jauh dari narkoba, tuak, prostitusi, judi, night club, film bokep, dan usaha haram lainnya. Pokoknya bisnis apa aja yang urusannya ngasilin "duit panas" pasti diborong. Kokorot punya Big bos namanya Piccolo. Di Dunia Gangster ini Piccolo dan para pengikutnya punya musuh-musuh abadi yang doyan ngeganggu dan bikin bisnis mereka kocar kacir. Musuh mereka adalah orang orang yang saleh dan taat beragama, terutama para ustadz, kyai, santri, bos yang soleh, dan siapa aja yang anti maksiat. Mereka ini selalu memprovokasi orang-orang agar menjauhi zina, khamr, judi, dan perbuatan maksiat lainnya yang menjadi inti bisnis dari K