Cerewet Membawa Rezeki

ARTIKEL KE 737

Cerewet membawa rezeki..

Postingan ini adalah tentang apa yang umum terjadi dalam rumah tangga..
Sang anak ogah tinggal di rumah, alasannya karena ayahnya suka ‘ngomel’ cerewet dan nyinyir;
"Wah, kamu ninggalin ruangan kek uler mana kipas angin gak dimatiin lagi."
“Matikan TV. Jangan biarin nyala tapi gak ada yang nonton, hemat energi, hemat listrik, bayarnya pake duit bukan pake daun mangga..!!"
“Jangan biarin pena jatuh ke bawah meja trus gak dipungut dan dikembaliin ke tempat semula, barang kecil dan murah pun kalo mo dipake trus gak ada di tempatnya bikin kesel ” Itulah sebagian dari "kata-kata mutiara" ayahnya yang harus dia denger setiap hari.
Sang anak gak suka diomelin untuk hal-hal kecil seperti ini..
Tapi dia harus pasrah dan gak protes karena hidup masih numpang dirumah ayahnya.
Akhirnya tibalah hari dimana dia mendapat undangan wawancara kerja...
"Begitu saya dapatin pekerjaan itu, saya akan meninggalkan kota ini. Gak akan ada lagi omelan dari ayah saya.." Batinnya.


Ketika dia hendak pergi untuk wawancara, sang ayah ngasi saran:
Nak, jawablah pertanyaan yang diajukan dengan yakin, jangan ragu-ragu.
Bahkan kalo gak tahu jawabannya, sebutkan itu dengan percaya diri..terus terang, apa adanya dan jujur
” Ayahnya memberi ongkos padanya..
Dia pun berlalu dan tak berselang lama tiba di tempat wawancara itu..
Dia lihat meski gedungnya besar dan megah  tapi tidak ada penjaga keamanan di gerbang. Tampak pintunya terbuka, gerendelnya menonjol keluar, hal itu bisa berbahaya dan melukai orang yang lewat.
Dia lalu meletakkan gerendel di tempat seharusnya, menutup pintu gerbang dan memasuki kantor.


Di kedua sisi jalan dia melihat tanaman bunga yang indah. Tapi air trus mengalir dari keran menuju selang yang panjang sehingga meluap dan membanjiri jalan setapak. Tak terlihat seseorang di taman ini. Matanya mencari-cari tukang kebun atau siapapun tapi gak menemukannya. Wah ini bisa membuat orang terpeleset pikirnya. Dia kemudian mematikan keran air, mengangkat selang dan meletakkannya di tempat yang aman dan melangkah lebih jauh.
Tibalh dia di meja resepsionis.
Gak ada seorang pun di area itu. Namun, ada pemberitahuan yang mengatakan bahwa wawancara berada di lantai satu. Dia perlahan berjalan melalui koridor yang terang benderang di siang hari menuju tempat wawancara.
Dia melihat lampu masih menyala meski sudah pukul 10 pagi. Dia selalu ingat omelan ayahnya. "Mengapa kamu meninggalkan ruangan tanpa mematikan lampu?" Dan dia seolah mendengarnya sekarang. Meski sedikit kesal oleh pikiran itu, namun dia mencari saklar dan mematikan lampu. Masuklah dia ke dalam ruangan besar yang mirip aula.
Di aula dia melihat banyak calon duduk menunggu giliran.
Saking banyaknya pelamar, membuat nyalinya jadi ciut dan bertanya dalam hati apakah dia punya kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan itu?


Dia pun sedikit gentar untuk melangkah dan menginjak alas kaki yang bertuliskan "Selamat Datang" yang ditempatkan di dekat pintu masuk.
Diperhatikannya bahwa tulisan itu terbalik dan posisinya miring, nampak gak sedap dipandang.. spontan saja dia meluruskan, walaupun dengan sedikit kesal.
Dia melihat bahwa dalam beberapa baris di depannya ada banyak orang yang menunggu giliran, sedangkan barisan belakang kosong. Banyak kipas angin yang menyala di rungan itu.
Dia melihat kipas berputar di deretan kursi yang kosong..spontan dia mematikannya karena tidak ada yang menggunakannya dan berjalan menuju deretan kursi yang dipenuhi banyak orang.
Dia memperhatikan banyak orang yang masuk ruang wawancara dan keluar lewat pintu lain. Jadi gak mungkin ada yang bisa menebak apa yang ditanyakan dalam wawancara.
Ketika tiba gilirannya diapun berdiri di hadapan pewawancara dengan sedikit gemetar dan pesimis..

Sesampainya didepan meja,  pewawancara langsung mengambil sertifikat, dan tanpa bertanya, mereka langsung berkata "Kapan Anda bisa mulai bekerja?"
Dia terkejut dan berpikir, "apakah ini pertanyaan jebakan, atau sebuah sinyal bahwa saya telah diterima untuk pekerjaan itu?"
Dia bingung.
"Apa yang kamu pikirkan?" Tanya sang bos. Melihat kebingungan di wajah sang pelamar dia melanjutkan kata-katanya.."Kami tidak mengajukan pertanyaan kepada siapa pun di sini.  Karena dengan mengajukan hanya beberapa pertanyaan, kami tidak akan dapat menilai mereka.
Tes kami adalah untuk menilai sikap orang tersebut.. Kami melakukan tes tertentu berdasarkan attitude para kandidat..
Kami mengamati setiap orang melalui CCTV.
Untuk mengamati apa saja yang dilakukannya, ketika melihat  gerendel di pintu,  keran yang terus mengalir dan pipa selang yang menghalangi, keset selamat datang, kipas atau lampu yang masih terus menyala meski tak digunakan..
Anda adalah satu-satunya yang melihat dan melakukan sesuatu terhadapnya.
Itu sebabnya kami memutuskan untuk menerima Anda

Hatinya terharu, dia ingat ayahnya..
Dia yang selalu merasa jengkel terhadap disiplin dan omelan ayahnya. Sekarang dia sadar bahwa omelan dan disiplin yang ditanamkan ayahnya lah yang membuatnya diterima bekerja.
Kekesalan dan kemarahannya pada ayahnya seketika sirna..
Ayah, ma'afkan anakmu, demikian bisiknya..
Dia memutuskan akan meminta maaf pada ayahnya sepulang dari sana, dia akan membawa ayahnya melihat tempat kerjanya..
Dia pulang ke rumah dengan bahagia..

(baca : tak ada kata pesniun menjadi orang tua)

Pesan Moral

Apapun yang ayah atau orang tua katakan pada kita, hanyalah untuk kebaikan kita..
Semua bertujuan untuk mendidik dan memberi peljaran agar di masa depan kita bisa menghadapi masalah. Fungsi ayah bukanlah hanya mencari nafkah saja, ayah memberi teladan dan mendidik dengan caranya yang berbeda cara ibu mendidik kita.
Batu karang gak bisa berubah menjadi patung yang indah dan berharga, jika sang batu tak sanggup menahan rasa sakit dari pisau pahat yang membentuknya...
Agar menjadi pribadi  yang indah, kita perlu belajar menerima dan mematuhi aturan, memperbaiki kesalahan, membetulkan ketimpangan meski gak ada yang melihat..
Ogah korupsi, kolusi, nepotisme dan berbuat dosa/maksiat meski ada kesempatan dan gak ada manusia yang lihat karena yakinlah kalo Allah melihat, seperti halnya para pelamar dipantau oleh pewawancara lewat kamera CCTV di kisah di atas. Allah gak perlu kata-kata manis  dan tindakan hebat kita saat berada di depan banyak orang, tapi tindakan kita saat tak ada orang yang melihat.

Memahat kebiasaan baik dari perilaku buruk yang muncul dari diri kita sendiri...


Ibu mengasihi dengan caranya, memeluk, memberi makan, membacakan cerita dan untuk meninabobokkan..
Tetapi ayah berbeda, dia mengangkat anak itu ke pundaknya untuk membuatnya melihat dunia yang tidak bisa diihatnya..
Dekapan ibu yang lembut dan pundak ayah yang kuat menjadi penyeimbang hidup seorang anak.
Menjadi ayah tidaklah mudah.
Ayah dan ibu adalah pahlawan dan guru kehidupan..
Petunjuk dan kasih sayangnya mendampingi kita sepanjang kehidupan..
Perlakukanlah mereka dengan baik..
Hal ini akan menjadi  contoh dan bimbingan dari generasi ke generasi berikutnya, seperti sebuah estafet kehidupan..

Orang tua cerewet itu rezeki, mengapa?
Karena mereka peduli, karena sayang pada anaknya.
Kecerewetan orang tualah yang membawa rezeki anak-anaknya. Rezeki yang menjadikannya insan yang baik, saleh dan bermartabat. Wujudkan bakti selama mereka masih hidup karena doa mereka menembus langit. Selalu lihat sisi yang positif dari setiap tindakan dan kata-kata mereka.

Wallahu alam..

Comments

Popular posts from this blog

Bolehkah Menolak Rezeki?

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Doa Agar Rezeki Tak Terputus