Titipan Rezeki dari Allah

ARTIKEL KE 749  

Kalo rezeki tak akan kemana  

Kisah ini menurut penuturnya adalah kisah nyata yang dialami seorang uztad yang saya tuliskan kembali di sini agar bisa menjadi pelajaran bagi kita.
Suatu ketika sang uztad (Uy) mendapat undangan ceramah di luar kota, berangkatlah beliau dari rumah menuju bandara Soekarno-Hatta dengan taksi.
Sepanjang perjalanan beliau ngobrol dengan supir taksinya (ST);



Uy: "Ngomong², udah berapa lama bawa taksi pak?
ST: "Belum lama sih pak, baru beberapa bulan saja".
Uy: "Ooh gitu, emang sebelumnya kerja?".
ST: "Dulu sempat kerja di perusahaan perkapalan di Surabaya, kebetulan dulu kuliah Tehnik Mesin di ITS, trus perusahaannya bangkrut jadi saya kena PHK, lama nganggur di Surabaya akhirnya saya putuskan pindah ke Jakarta.
Uy "Wah, sayang sekali ya, ngomong² anak sudah berapa?".
ST: "Alhamdulillah sudah 4 pak, yang besar malah udah mau tamat SMA".
Uy: "Oh gitu, kalo boleh tau, narik taksi sehari bersih bisa dapet berapa...?".
ST: "Alhamdulillah pak, kalo di rata² sehari bisa dapet 75 ribu, kalo lagi rame bisa sampe 150 ribu, tapi gak tentu jugalah pak".
Uy: "Oh ya, tapi sebelumnya mohon maaf nih, emang segitu cukup buat anak istri?".
ST: "Ya insya Allah cukup pak, daripada gak ada sama sekali".
Uy: "Masyaa Allah, kok bisa cukup ya pak, ini di Jakarta lho?".
ST: "Ya kalo dihitung² sih gak cukup pak, tapi sekarang saya merasa lebih tenang... Alhamdulillah selain kerja bisa sambil ngurus masjid. Masih bisa rutin sedekah, 10% dari hasil narik saya infakkan ke masjid".
Uy:" Ya Allah, jadi uang segitu masih dipotong lagi buat sedekah?".(tak terasa air matanya menetes haru, takjub).
ST: "Iya pak, mumpung Allah masih ngasih kesempatan saya bersedekah, dulu waktu masih jaya boro² sedekah pak, uangnya selalu habis buat hidup. Makanya Allah ngasi peringatan ke saya, habis sudah semua yang saya miliki. Saya bersyukur jika sekarang bisa dekat sama Allah, meskipun gaji tak seberapa".
Tak terasa, mobil sudah memasuki gerbang terminal 1B Soetta, argo menunjukkan 115 ribu rupiah, lalu dibayar oleh Uztad 150 ribu.
Karena rasa haru yang mendalam dari cerita supir taksi tadi, sebelum keluar dari mobil sang uztad mengeluarkan lagi uang Rp. 2 juta dari saku dan diberikannya ke bapak supir tsb.
"Ini buat anak istri dirumah ya, salam buat keluarga". sambil beranjak keluar dari mobil.
Tiba² bapak supir keluar dari mobilnya dan menyusul Ustad.
"Masyaa Allah pak, ini kebanyakan" sambil menyodorkan kembali uang tsb.
"Oh gak papa, kebetulan saya lagi ada titipan rezeki dari Allah dan saya mau sedekah sama orang yang Ahli Sedekah, senang ketemu sama bapak. Tolong jangan dikembalikan. Berilah kesempatan Allah mencatat sebuah amal jariyah buat saya". Jawab Ustad
Dengan mata yang berkaca², pak supir menerima uang tersebut sambil memeluk Ustad. Mereka berpisah dan suasana haru itupun berlalu. 


Waktupun berlalu sedemikian cepatnya...kejadian itu sudah jadi masa lalu sang uztad.
Tapi di suatu malam, saat sedang bersilaturahmi dengan teman²nya di lobby sebuah hotel, ketika asik ngobrol, tiba² datang office boy menghampirinya sambil menyerahkan sebuah amplop.
"Apa ini?" tanya Ustad, "Tak tau pak, saya disuruh sama bapak² di luar tadi, itu titipan dari dia pesannya, supaya diserahkan ke bapak", jawab office boy. "Bapak yang mana?", tanya Ustad penasaran. "Wah, saya juga gak kenal pak, orangnya diluar sana pak" jawab office boy.
Melihat kejadian itu, salah satu teman Ustad yang kebetulan berdinas di kepolisian memberi saran untuk segera membuka amplop tersebut dan ternyata didalamnya berisi uang US 2,000 dollar (kalo dikurs rupiah 10,000 per 1 dolar aja bukankah itu 20,000,000?)
Dalam kondisi keheranan dan terkejut, muncul rasa penasaran dan curiga, jangan² uang ini diberikan sebagai jebakan, sang uztad pun berlari keluar hotel mencari tahu siapa sang pemberi amplop tadi.
"Mana bapak yang ngasih amplop ini?" tanyanya kembali ke office boy yang menyerahkan amplop tadi. "Itu pak, bapak itu masih diluar".
Dengan setengah berlari, Ustad akhirnya menemukan bapak yang ditunjuk. "Pak, maaf ya, bapak yang ngasih amplop ini? Apa maksudnya? Bapak siapa?" tanyanya dengan nada agak meninggi karena beliau takut sedang menerima jebakan dari seseorang.
"Iya saya pak, saya memang udah lama mencari bapak, saya supir taksi yang pernah nganterin bapak dulu ke bandara, masak bapak lupa?"
"Waduh maaf pak, mana saya inget, saya sering naek taksi" jawab Ustad penasaran.
"Saya supir taksi yang 2 tahun dulu pernah bapak kasih uang Rp 2 juta".
"Masya Allah maaf pak, saya bener2 gak inget".
"Saya yang pernah anter bapak dari Lebak Bulus ke terminal 1B pas bapak mau ke Bangka Belitung".
Ustad mulai pelan-pelan mengingat kejadian 2 tahun yang lalu.
"Terus terang pak, saat itu saya memang sedang membutuhkan uang sebanyak itu untuk bayar kontrakan yang jatuh tempo. Hari itu juga sama saya harus bayar sekolah anak saya. Dan saya tidak tau lagi kemana harus saya cari uang sebanyak itu. Jadi ketika bapak kasih Rp 2 juta itu saya kaget sampe nangis. Saya berterima kasih sekali sama bapak".
"Masyaa Allah pak, maafkan saya, saya baru ingat, Lagian itu kejadian 2 tahun yang lalu. Trus ini kenapa kok bapak ngasih sebanyak ini?".
"Saya cuma ingin berterima kasih saja sama bapak, Alhamdulillah pak sekarang saya sudah bekerja di perusahaan konsultan teknik untuk proyek".
"Masya Allah pak, ya udah pak saya terima tapi ini kebanyakan" sambil bermaksud menyerahkan amplop itu kembali, namun ditolak..
"Ma'af pak, tolong diterima, jangan dikembalikan, berilah kesempatan Allah mencatat sebuah amal jariyah buat saya".

Pelukan dan air mata mengiringi haru pertemuan kembali dua hamba yang saling mencintai karena Allah ini.

Allah berfiman : Barangsiapa membawa Amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat Amalnya. Dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)... (QS. Al An'am : 160)

Terbukti dari kisah di atas, uang 2 juta dibalas Allah dengan 20 juta, meskipun butuh waktu dua tahun untuk mendapatkannya (baca : mengapa Allah tak langsung membalas amal sedekah kita?). Bukan hanya kenyamanan yang dibeli dengan sedekah bahkan beli kesusahanmu dengan sedekah. Maksudnya meski hidupmu susah, rezekimu sempit, bersedekahlah, karena bisa jadi itulah jalan untuk memperlancar jalan rezekimu.
Seperti apa yang dilakukan oleh sopir taksi tadi, penghasilan yang tak seberapa Rp. 75,000 per hari masih disumbangkan juga buat mesjid 10 persen (Rp. 7,500) setiap hari, begitu seterusnya. Sehingga saat dia butuh uang yang sepertinya tak mungkin bisa dia dapatkan, datanglah pertolongan Allah SWT lewat tangan sang uztad. (baca ; teori bantu membantu untuk memperlancar rezeki).

Allah selalu punya cara untuk menyelesaikan masalah kita. Tapi dekati Dia dengan ibadah yang disukainya yaitu sedekah.

Wallahu alam..

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?