Sedekah yang Utama

ARTIKEL KE 756  

MANA YANG LEBIH UTAMA?  

Hidup ini terdiri dari serangkaian pilihan yang kita buat setiap harinya, termasuk juga dalam urusan ibadah. Shalat di mana, apakah di mesjid atau di rumah? Puasa apa yang dilakukan, puasa Syawal, puasa Senin Kamis atau puasa Sya'ban, demikian juga sedekah.
Sebagai hamba Allah kita harus memaksimalkan ibadah kepadaNya, gak pandang bulu apakah itu wajib ataupun sunnah. 
(baca : Ah, itu cuma sunnah!)
Tapi kadang-kadang kita juga perlu memikirkan efektifitasnya termasuk keutamaannya. Bukankah kita mengejar ridha Allah dan mendapat bonus pahala sebesar-besarnya?


Sedekah Pada Orang Miskin Atau Pada Karib Kerabat?
Kita tahu kalo sedekah adalah penderas rezeki, karenanya orang berlomba-lomba untuk menyuburkan sedekah. Mereka gak segan-segan memancing rezeki dengan sedekah. Tapi jika dihadapkan pada dua pilihan antara karib kerabat dan orang miskin, manakah yang harus disedekahi terlebih dahulu dan mengapa?
Karib Kerabat adalah semua yang mempunyai hubungan darah dengan kita mulai dari ibu bapak, saudara kandung, paman, bibi, keponakan dan saudara sepupu.
Pertanyaan diatas mungkin dirasa sepele namun kenyataannya, kebanyakan muslim yang belum tahu lebih memilih untuk bersedekah pada fakir miskin daripada bersedekah terhadap keluarga atau kerabatnya sendiri.
Padahal, setiap perintah sedekah dan infak di dalam al Qur’an, selalu yang pertama kali disebutkan adalah  karib kerabat.
*Seperti yang tercantum dalam ayat berikut ini:

*….dan memberikan harta yang ia cintai kepada karib-kerabat…..”
(QS. Al Baqarah 17)

“Dan berikanlah kepada karib-kerabat akan haknya dan orang miskin….”
(QS. Al Isra 26)

Dan banyak lagi ayat lain yang senada dengan itu.
Jika kita cermati, ada satu pesan yang sangat penting untuk kita amalkan. Yaitu mendahulukan karib kerabat atau orang terdekat untuk menerima infak atau apapun bentuk kebaikan. Sebelum kita memberi kepada orang lain, kita harus perhatikan apakah ada di antara orang terdekat yang masih membutuhkan atau semua sudah makmur, tidak perlu disantuni lagi.
Amat disayangkan bila seseorang memiliki kekayaan yang membuat ia mampu menyantuni orang lain, dan sangat peduli  dengan masalah sosial di lingkungannya sehingga ia mudah memberi kepada fakir miskin, anak yatim dan berbagai bentuk amal sosial lainnya.
Namun sayang beribu sayang ia sangat cuek dan pelit kepada karib kerabatnya sendiri.
Barangkali ia merasa pemberian kepada keluarga terdekat tidak mendapatkan pahala.
Padahal justru itulah yang lebih besar pahalanya di sisi Allah.
Oleh karena itu pemahaman yang salah ini perlu diluruskan.
Sekedar contoh : Tidakkah memilukan, bila seseorang tinggal di rumah yang bagaikan istana, sementara saudara kandungnya tinggal di rumah RSSS (rumah sangat sederhana sekali).
Tidakkah kita mengangkat alis bila seseorang mempunyai kekayaan besar, turun dari satu mobil mewah dengan dibukakan pintu oleh para ajudan, berpindah dari satu gedung mewah ke gedung mewah berikutnya,
Namun saudara kandungnya menjadi kuli atau babu yang siap diperintah-perintah dengan suara tinggi sambil diacungi telunjuk kiri, wajahnya penuh ketakutan dengan kepala tertunduk serta badan yang membungkuk.
*Ingatlah.. Rasulullah SAW bersabda:*


“….Wahai umat Muhammad, demi Allah yang telah mengutusku dengan kebenaran, *Allah tidak akan menerima sedekah seseorang yang mempunyai kerabat yang membutuhkan bantuannya, sementara ia memberikan sedekah atau bantuan itu kepada orang lain

Dan demi Allah yang jiwaku berada dalam genggamannya, Allah tidak akan memandangnya di hari kiamat nanti”. 

(HR. Thabran

(Rasulullah SAW juga pernah bersabda:*

“Sedekah kepada orang miskin dinilai SATU sedekah, sedangkan kepada karib kerabat nilainya sama dengan DUA, yakni nilai sedekah dan nilai silaturrahim

Pesan penting yang sangat jelas disini:
“Jika anda dijinkan Allah menjadi orang yang kaya, jadikanlah orang terdekat anda juga merasakan keberkahan yang dilebihkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala kepada anda itu.
Jangan sampai masyarakat memuji kedermawanan anda, sementara karib kerabat anda sendiri, dalam keadaan kekurangan”
Na'udzubillahi mindzaliik..
Wallahu A’lam Bishawab

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?