Posts

Showing posts with the label cerita

Betulkah Sial Bisa Dibuang?

Image
Mengapa hidupku tak kunjung beruntung? Mungkin ada diantara anda yang merasa hidup tak pernah berpihak padanya. Rezekinya mampet, anak sakit, di PHK dari pekerjaan, mobil dan rumah disita bank, utang menumpuk tak kunjung bisa bayar. Kayaknya kesialan datang beruntun, belum selesai masalah yang satu datang lagi masalah lain yang jauh lebih berat. Nasib-nasib...!! Banyak orang yang kebingungan, galau dan tak tahu harus berbuat apa karena merasa hidupnya memang ditakdirkan sial dan apapun yang dilakukannya pasti ujung-ujungnya gagal. Lalu ada yang menyuruh ikhtiar, gak tanggung-tanggung ikhtiarnya namanya buang sial. Lho emangnya sial itu sampah kok pake' di buang sih? Tapi iya juga kali' ya..kok nyatanya hidupku sial melulu, memang mungkin sial lagi ngendon dalam badan dan harus dilakukan upaya tertentu yang judulnya buang sial. Gimana caranya ya.. kudu ruwatan (upacara membuang sial), ada yang suruh mandi kembang tujuh rupa dan air dari tujuh telaga, belum lagi yang suruh g

Rezeki di Langit Bukan di Bumi

Image
Kita sudah lama salah kaprah. Di artikel dimanakah rezeki itu berada kita sudah memahami bahwa rezeki itu di tangan Allah. Dialah yang membagi rezeki. Dan Dia Maha Adil, tak ada yang tak diberiNya . Semua dapat, tanpa terkecuali, pas sejumlah kebutuhannya dan pas sesuai yang pantas diterimanya .  Banyak yang menyangka bahwa adil itu memberi sama rata pada setiap orang, yang benar bahwa adil itu memberi sesuai kebutuhan dan kepantasan. Memberi selimut pada orang yang kedinginan itu lebih adil dibanding memberi selimut pada semua orang yang belum tentu membutuhkan selimut.  Memberi uang jajan 1 juta rupiah pada balita itu tak pantas karena tingkatan umurnya dan kemampuan mengelola uang tersebut belum ada. Beda jika uang tersebut diberikan pada pengusaha kecil usia dewasa yang butuh modal untuk mengembangkan usahanya. Dari segi kebutuhan dan kepantasan dia memenuhinya. Rezeki ada di langit dan bukan di bumi. Jadi jika kita berjuang keras setiap hari, katanya mencari

Tak Mati Kita Sebelum Rezeki Habis Diterima

Image
Abu Umamah meriwayatan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, "Sesungguhnya Ruhul Qudus (Jibril as.) mewahyukan kepadaku, bahwa seorang manusia tak akan mati kecuali setelah ajalnya sempurna dan rezekinya terpenuhi, maka bertakwalah kepada Allah dan baguskanlah dalam mencari rezeki. Dan janganlah menyebabkan tertahannya rezeki karena kemaksiatan yang kalian kerjakan. Karena seseorang tidak akan memperoleh rezeki kecuali dengan ketaatan kepadaNya." 3 hal yang bisa dipahami dari hadis ini :  PERTAMA Seseorang tak akan mati sebelum seluruh jatah rezekinya habis. Dari hadits di atas kita bisa memahami bahwa jatah hidup seseorang akan berakhir jika ajalnya telah tiba dan rezeki yang sudah ditetapkan baginya juga habis, telah diterima semuanya. Apa yang telah ditakdirkan oleh Allah untuk diterimanya, akan diterima seluruhnya, dan kalau sudah diterima seluruhnya, baru dia"diperbolehkan" untuk mati. Jadi tak ada istilah "umur berlanjut rezeki terputus&q

Renungan Rezeki : Manusia dan Botol

Image
Kita suka terperangkap dengan tampilan / kulit luarnya. Kita semua yang hidup di dunia ini setiap hari bersibuk-sibuk mencari rezeki Ilahi agar bisa memenuhi kebutuhan hidup. Ada yang dikaruniai rezeki banyak kemudian menumpuk kekayaannya dan dikenal sebagai orang kaya. Tidak sedikit mereka yang kaya ini lupa diri dna jadi sombong, seolah-olah semua rezeki yang diterimanya adalah hasil usahanya sendiri tanpa campur tangan Allah. Ada perlakuan yang beda di masyarakat terhadap seseorang, sesuai status sosialnya. Kalau dia kaya, banyak duit, orang terpandang, tokoh masyarakat, pejabat, politisi selalu diperlakukan lebih "layak" dibanding mereka yang duitnya kurang, miskin, orang biasa saja, tak makan sekolahan atau golongan pesuruh, buruh, pekerja kasar. Mengapa bisa begitu? Kita semua sudah tertipu dengan tampilan alias casing dari seseorang. Tampak luar jadi begitu menentukan sikap kita terhadap seseorang. Jika seseorang datang menemui kita dengan tampang lusuh, pakaian

Rezeki, Antara Takdir dan Ikhtiar.

Image
Apakah Rezeki kita Takdir Ilahi? Jika pengertian takdir adalah segala ketentuan Allah pada kita, maka jawabannya YA. Dengan demikian kewajiban kita adalah menerima segala ketentuan Allah itu dengan ikhlas. Rezeki akan diberi Allah pada apa yang kita lakukan maupun tidak kita lakukan. Ada seseorang yang menyerahkan hidupnya sepenuhnya kepada Allah, termasuk kebutuhan hidupnya dan masalahnya. Katakanlah dia berutang dalam jumlah yang cukup besar tapi tak sanggup membayarnya. Dia tak punya cara untuk berikhtiar lagi karena semuanya sudah dicoba dan hasilnya nihil, dia hanya bisa berdoa dan berserah diri atas masalah tersebut. Dia merasa menemukan jalan buntu yang tak ada penyelesaiannya, sementara waktunya tinggal beberapa jam lagi. Yang terjadi kemudian adalah rezeki untuk memenuhi kebutuhan itu datang persis seperti jumlah yang diminta dan sebesar yang dibutuhkan. Allah selalu menepati janjiNya. Allah Maha Menepati janji. Ketika Dia berjanji akan memberi rezeki pada umatn

Apa Itu Galau Berkelas?

Image
Hari gini masih galau??? Sekarang adalah abad kegalauan. Manusia abad ini adalah manusia tergalau yang pernah ada. Rezeki kurang, galau. Jodoh gak ketemu, galau, harga-harga naik, galau, BBM langka, galau. Apa aja digalauin.. Seolah hidup gak lengkap kalo sehari aja gak galau. Naksir sama seseorang tapi dianya gak peka, padahal udah dikasi tanda-tanda, galau lagi. Pengen beli smartphone canggih, tapi isi dompet gak mendukung, galau again . Ini galau khas muda-mudi. Kok yang begini digalauin, emang gak bisa ya galau yang berkelas? Emang ada galau berkelas? Galau berkelas itu, syaratnya boleh galau tapi jangan sembarang galau. Galau yang bermakna..!!! Hah.. apa lagi ini..??? Galau Berkelas itu... GALAU URUSAN AKHIRAT , Galau berkelas itu bukan galau urusan dunia tapi galaulah urusan akhirat. Seorang sahabat Rasulullah bernama Ka'ab Bin Malik yang harus galau sampai 50 hari 50 malam mikirin dosanya. Kenapa beliau galau? Karena beliau saat itu gak ikut jihad dalam peper

Ada Di Manakah Rezeki Itu?

Image
Semua orang sibuk mencari rezeki. Lihat saja manusia modern ini, setiap hari bersibuk ria mencari rezeki Allah. Pergi pagi pulang sore, bekerja membanting tulang hanya untuk mendapatkan rezeki Ilahi. Kadang dapat banyak, kadang juga sedikit bahkan tak jarang tak dapat apa-apa, pulang ke rumah dengan tangan kosong. Sebenarnya rezeki itu ada di mana sih? Kok semua orang sibuk mencarinya? Bahkan kecederungan akhir-akhir ini manusia malah meributkan rezekinya. Rezeki, ada di manakah dirimu? Kalau ada yang bertanya seperti itu, jawabannya gampang sekali rezeki itu DI TANGAN ALLAH. Bukankah Dia Pembagi Rezeki? Silakan baca kembali artikel ini kalo rezeki sudah dijamin kenapa masih ada yang miskin, kekurangan dan kelaparan ? Ya.. rezeki ada di tangan Allah. Supaya dapat bagian ya.. kita harus minta. Kalau kita ingin mendapatkan rezeki yang berlimpah, mintalah kepada Allah . Jangan kepada setan, gunung, pohon besar atau dukun! Sebab hanya Allah yang mampu memberikan rezeki itu

Manusia Yang Ribut Soal Rezeki Adalah Manusia yang Tak Tahu Diri

Image
Ribut-ribut soal rezeki Kondisi ekonomi lagi sulit, harga-harga pada naik sementara gaji tetap, daya beli jadi menurun, kebutuhan makin banyak, itulah keluhan manusia modern saat ini. Mereka meributkan soal rezeki yang seret, rezeki yang kayaknya macet, rezeki yang makin menurun. Mereka mulai merasa putus asa dan bingung harus melakukan apa. Sampai ada yang bikin statement, "rezeki haram aja susah dicari apalagi yang halal ?" (baca : kenaikan harga dan kepastian akan rezeki Allah ) Betulkah rezeki kita terus menurun? Apa Allah sudah tak sayang sama kita lagi? Apa Allah menghukum kita? Apa Allah terus menerus memberi cobaan pada kita? Kok hidup tiap hari makin sulit? Kebutuhan makin banyak, anak istri banyak tuntutan, pekerjaan yang melelahkan tapi upahnya tak sepadan, harga bahan pokok meroket, jangankan sempat menikmati hiburan dan rekreasi beli sembako saja harus nyicil atau malah ngutang. Kapan pertolongan Allah datang? Itulah ribut-ribut soal rezeki yang melanda manu

Bolehkah Pendakwah Dijadikan Profesi Untuk Mencari Rezeki?

Image
Menjadi pendakwah (da'i) itu panggilan. Katakanlah ada seorang pemuda jebolan pesantren dan bertekad melanjutkan pekerjaan para nabi yaitu menjadi penggiat dakwah. Dia sangat memahami hadits Rasulullah untuk menyampaikan walaupun hanya satu ayat. Ia merasa perlu untuk menyampaikan apa yang telah dipelajarinya di pesantren kepada umat, agar umat bisa mengetahui jalan yang benar dan bersama-sama menuju keridhaan Allah SWT. Menjadi pendakwah itu panggilan, karena tidak semua muslim bersedia untuk menyampaikan apa yang diketahuinya. Tidak semua muslim mampu berdiri di depan orang banyak menyampaikan kebenaran. Tidak semua muslim mau menyisihkan waktu mempelajari Al Quran dan hadits lalu mengajarkannya pada orang lain. Tidak semua muslim mau menjadi dai yang dianggap profesi yang susah kaya.... Mending jadi dokter, arsitek atau pebisnis sukses yang sudah jelas bisa ngasilin duit lebih banyak. Jadi pendakwah..??? mmmmm.... (mikir) Lanjut pada cerita anak muda di atas. Dia mula

Bagaimana Islam Memandang Rezeki dan Harta?

Image
Apakah harta itu? Kita sering beranggapan bahwa rezeki itu sama dengan harta benda. Rezeki yang diberi Allah berupa uang yang kemudian dibelikan harta benda. Padahal rezeki itu luas, bukan hanya berupa uang dan harta benda . Kembali ke soal harta, sebagai salah satu jenis rezeki dari Allah. Islam berbicara banyak tentang harta. Surah-surah Al Quran baik yang turun di Mekkah maupun di Madinah banyak menyinggung tentang harta dan pengelolaannya.  Dalam Al Quran disebutkan bahwa harta yang ada pada manusia sejatinya adalah : 1) Anugerah dari Allah yang harus disyukuri A. Surah Luqman ayat 20. Perhatikan firman Allah di Surah Luqman ayat 20 berikut ini : Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Allah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang di bumi untuk (kepentigan)mu dan menyempurnakan nikmatNya untukmu lahir dan bathin. Tapi diantara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan. Dari ayat ters