Rezeki di Langit Bukan di Bumi

Kita sudah lama salah kaprah.

  • Di artikel dimanakah rezeki itu berada kita sudah memahami bahwa rezeki itu di tangan Allah. Dialah yang membagi rezeki. Dan Dia Maha Adil, tak ada yang tak diberiNya. Semua dapat, tanpa terkecuali, pas sejumlah kebutuhannya dan pas sesuai yang pantas diterimanya
  • Banyak yang menyangka bahwa adil itu memberi sama rata pada setiap orang, yang benar bahwa adil itu memberi sesuai kebutuhan dan kepantasan. Memberi selimut pada orang yang kedinginan itu lebih adil dibanding memberi selimut pada semua orang yang belum tentu membutuhkan selimut. 
  • Memberi uang jajan 1 juta rupiah pada balita itu tak pantas karena tingkatan umurnya dan kemampuan mengelola uang tersebut belum ada. Beda jika uang tersebut diberikan pada pengusaha kecil usia dewasa yang butuh modal untuk mengembangkan usahanya. Dari segi kebutuhan dan kepantasan dia memenuhinya.

dhuha

Rezeki ada di langit dan bukan di bumi.

  • Jadi jika kita berjuang keras setiap hari, katanya mencari rezeki Ilahi di muka bumi ini, mungkin kurang tepat. Karena terkadang kita sudah berusaha keras, tapi rezeki yang kita impikan tak kunjung kita dapatkan. Sebuah proyek yang kita kejar dan bisa memberi uang yang banyak bagi kita, gagal kita dapatkan. Bisnis yang di atas kertas bisa menguntungkan ternyata setelah dijalani bukan untung yang didapat tapi buntung, usaha tersebut bangkrut dan gulung tikar, tinggallah kita gigit jari menyesali takdir.
  • Karena usaha, kerja, gaji, upah bukanlah itu yang membawa rezeki pada kita, tapi karena Allah menghendakinya, maka kita beroleh rezeki lewat usaha, kerja, yang berupa gaji, upah, bonus ataupun itu. Mengapa? Karena Allah melihat kita pantas mendapatkannya, kita toh sudah kerja keras dan rezeki itu memang jatah kita. Jadi kita berikhtiar untuk memantaskan diri agar diberi rezeki.

di langit

Jarak antara masalah rezeki dan solusinya itu dekat.

  • Memang rezeki sudah dijamin Allah, tapi manusia tetap wajib berikhtiar. Rezeki kita tak selamanya lancar, kadang seret, terhambat dan terasa sulit. Itu tandanya kita mengalami fase hidup bermasalah dalam hal rezeki.
  • Kadang Allah seolah menahan rezeki kita, alasannya silakan baca di artikel mengapa Allah menahan rezeki kita? Allah ingin kita kembali mendekat padanya, rezeki sulit justru tanda Allah menyayangi kita.
  • Jika kita memiliki anak yang bermasalah dengan narkoba, sebagai orang tua tentu kita ingin anak kita sembuh dan mendekati kita untuk menyelesaikan masalahnya. Jika anak datang meminta maaf karena telah mengecewakan kita dan mengakui kesalahannya serta berjanji untuk tidak mengulanginya, orang tua mana yang sanggup menolaknya? Kita pasti berusaha memberi fasilitas yang baik pada sang anak agar dapat menyembuhkan dirinya. Kita masukkan ke tempat rehabilitasi terbaik, kita jaga lingkungannya, kita beri makanan sehat dan kita jaga mentalnya agar dia merasa disayangi dan dipedulikan. 
  • Begitu juga Allah. Ada uztaz yang mengatakan bahwa; " jarak antara masalah rezeki dan solusinya itu sangat dekat, cuma sejauh jidatmu itu (sambil tepuk-tepuk keningnya) ke tempat sujudmu. Urus saja yang disuruh Allah (perintah shalatNya), tepat waktu, gak pake lama, nanti Insya Allah akan urus masalahmu tepat waktu juga. Mungkin gak sekarang, mungkin besok, mungkin nanti di akhirat." (baca : banyak sujud banyak rezeki).
  • Jadi tak perlu khawatir dengan urusan rezeki kita, jika kita mengutamakan Allah dalam setiap gerak dan langkah kita. (baca : inilah solusi dari semua masalah rezeki). Jadikan ikhtiar menjemput rezeki sebagai ibadah.



Kesimpulan :


  • Sebelum kaki melangkah, menjemput rezekiNya, biarkan kepala merendah, meletakkan kening di bumiNya. (baca : mengapa dhuha melancarkan rezeki) Semoga setiap detiknya Allah berkahi rezeki kita, setiap gerak langkah jadi inspirasi, tiap bicara jadi motivasi dan diam pun tetap berzikir mengingat Ilahi Rabbi.
  • Semoga Allah memudahkan kita melakukan ibadah. Amiin.
  • Wallahu alam.

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?