Tariklah Rezeki Yang Lebih Banyak Dengan Membelanjakannya.

Rezeki jangan ditahan-tahan.

  • Rezeki asalnya dari Allah dan diberikan pada seorang hamba bukan tanpa maksud. Selain untuk menjaga kelangsungan hidupnya juga supaya rezeki yang diterimanya itu bermanfaat. Rezeki jangan ditahan-tahan, jangan disimpan rapat-rapat, jangan dikuasai sepenuhnya. Tapi berusahalah agar rezeki itu memberi manfaat. Caranya... belanjakan !!!!
baca : rezeki harus berputar, jangan sekali-kali menahannya.
rezeki

  • Hidup ini singkat dan kita diberi kesempatan menghirup indahnya dunia bukan tanpa maksud tapi untuk menjadi wakil Allah memakmurkan bumi, atau disebut sebagai khalifah. Untuk kepentingan itulah Allah memberi kita akal pikiran, supaya bisa mencari jalan terbaik memakmurkan bumi ini. Sarana dan prasarana untuk memakmurkannya diberi lewat rezeki kita. 
    • Makanan. Makanan itu rezeki yang ditumbuhkan Allah lewat buminya yang subur, agar kita bisa mengambil saripatinya untuk tubuh kita. Tanpa makanan kita bakal lemas, tak bisa beraktivitas dan bisa mati.
    • Oksigen dan matahari. Oksigen dan matahari adalah rezeki yang Allah beri agar kita bisa hidup. Tanpa oksigen kita bakal megap-megap tak bisa bernafas. Tanpa matahari tak ada kehidupan di dunia ini, kita bakal kedinginan dan akhirnya tak bisa hidup lama juga.
    • Tubuh yang sempurna. Allah menyediakan tubuh yang sempurna, panca indera yang lengkap, semua itu rezeki agar kita bisa bergerak dan melakukan aktivitas ibadah kepadaNya.
    • Akal pikiran. Kita diberi akal agar bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, kita bisa belajar mengenali keagungan Allah lewat ciptaanNya, jika kita tak menggunakan akal, maka manusia jatuh ke lembah yang hina karena tak ubahnya binatang. Akal itu rezeki yang diberi Allah agar kita bisa memilih yang terbaik untuk hidup kita. Karena sejatinya tak ada orang yang lahir sebagai pendosa, orang jahat atau ahli maksiat, tapi kebetulan dia memilih jalan yang salah sehingga terjerumus dalam dosa dan maksiat. Entah karena pengetahuan belum datang padanya atau hidayah Allah belum menyentuh hatinya.
    • Iman Islam. Memiliki kenikmatan iman juga adalah rezeki, tidak semua orang mendapatkannya. Banyak orang di luar sana yang masih tersesat hilang arah, tak tahu tujuan hidupnya, hanya sekedar hidup saja. Bersyukurlah anda dan saya yang telah menemukan cahaya Islam untuk menerangi hidup kita, sehingga hidup ini punya tujuan akhir, yaitu RIDHA ALLAH SWT.
    • Uang. Hal ini yang sering disalah artikan oleh orang, bahwa rezeki itu harus selalu berbentuk uang atau punya nominal yang bisa dihitung. Si A rezekinya banyak karena dia kaya dan uangnya melimpah. Sementara si B dianggap rezekinya sedikit karena uangnya sedikit dan miskin. Padahal rezeki itu banyak bentuknya, hanya saja kita terlalu picik untuk membatasinya hanya pada sekedar uang saja.

Rezeki dalam penguasaan kita.

  • Setiap mahluk sudah dijamin rezekinya oleh Allah. Apa yang diberi pada kita itulah rezeki kita. Rezeki antara si A dan si B belum tentu sama, karena rezeki murni hak prerogatif Allah. Manusia wajib berusaha tapi Allah yang menentukan.
  • Rezeki kita itulah yang ada dalam penguasaan kita, baik berupa uang maupun harta benda yang kita kumpulkan. Uang itu adalah alat tukar yang kita pakai untuk membeli kebutuhan kita.
  • Bagaimana supaya rezeki yang ada dalam penguasaan kita ini bisa bermanfaat? Tentu saja harus dibelanjakan. Belanjakannya jangan asal belanja, apalagi sampai berlebih-lebihan, menghamburkan uang itu bisa jatuh pada sifat setan yang boros apalagi mubazir. Belanjakan di jalan Allah..
  • Berpikirlah seperti prinsip ekonomi, sumberdaya yang dikeluarkan harus menarik keuntungan yang minimal sama dengan modal yang dikeluarkan. Kalau lebih kecil atau tak ada keuntungan kan namanya rugi. Supaya sumberdaya itu bisa bermanfaat harus dibelanjakan agar bisa memberi manfaat. Uang yang bertumpuk di bank tidak memberi manfaat bagi pemiliknya karena sifatnya nganggur, tidak dibelanjakan dan tidak digunakan. Harta yang banyak menghiasi rumah dan jadi pajangan atau koleksi hanya menyenangkan pemilik rumah tapi apakah memberi manfaat bagi orang lain belum tentu.
  • Menabung itu juga perlu tapi jangan terlalu pelit, karena uang yang banyak dan harta berlimpah belum menjamin kita bebas masalah apalagi tidak menjamin kita bebas dari siksa neraka.
  • Berpikirlah secara sederhana seperti konsep kesederhanaan berikut ini :
kekayaan



Untuk menarik rezeki datang, belanjakan dulu rezeki anda !

  • Anda punya uang? Silakan pakai untuk mencukupi kebutuhan anda dan keluarga terlebih dahulu. Belanjakan untuk memberi makanan yang bergizi untuk anak anda, agar mereka cerdas dan bisa belajar dengan baik. Merekalah yang akan memimpin masa depan dan membangun kejayaan Islam. Jangan pelit, memberi makanan ala kadarnya jika anda mampu memberi makanan yang lebih baik untuk mereka. Jangan berlebihan karena rakus dan kebanyakan makan akan membuat mereka lemah pikiran. SECUKUPNYA, maksudnya sesuai kadar kebutuhan saja, tidak berlebih dan tidak kurang.
  • Anda masih punya uang? Setelah kewajiban anda untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarga tercukupi, belanjakan untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Sedekah, infak, zakat, bantuan, sumbangan, berbagi atau apapun namanya yang berkontribusi pada peningkatan hidup orang lain, yang tadinya tidak bisa makan jadi punya makanan, yang tadinya tidak bisa sekolah, jadi bisa sekolah, yang tadinya tak punya pekerjaan jadi bisa bekerja. Atau apapun yang meningkatkan kualitas hidup orang lain, yang tadinya tak tahu agama jadi tahu, yang tadinya hidupnya kacau menjadi lebih baik, yang tadinya jadi kecanduan barang haram dan berbuat maksiat menjadi tobat dan kembali ke jalan yang benar.
  • Kembali ke prinsip ekonomi Modal yang keluar = keuntungan yang didapat lebih besar dari modal yang dikeluarkan. Percayakah jika anda bersedekah berapa keuntungan yang anda dapatkan? Bisa sampai 700 kali lipat! Gak main-main karena keuntungan ini yang menjanjikan Pemilik Rezeki langsung yaitu Allah SWT.
rezeki


Allah SWT tahu bahwa manusia itu tabiatnya pelit dan kikir !

  • Allah tahu tabiat manusia yang suka menahan-nahan harta, menahan rezeki yang dikuasainya.
rezeki

  • Jadi bagi anda yang masih suka pelit, maka rezeki akan menjauhi anda. Tak ada yang bisa kaya dengan menahan harta. Lihat konsep kesederhanaan di atas.. ORANG KAYA BUKANLAH ORANG YANG SUKA MENGUMPULKAN HARTA TAPI ORANG YANG SUKA MEMBAGIKAN HARTA. Karena hanya orang yang merasa "lebih" yang mau berbagi. Sementara orang pelit enggan berbagi karena selalu merasa "kurang".
  • Jangan menahan harta dan uang apalagi ditumpuk-tumpuk sampai banyak. Harta itu tak menjamin keselamatan kita di dunia apalagi di akhirat nanti. Bahkan jika Allah berkehendak dalam sekejap Dia mampu mengambil semua harta dan uang banyak milik kita itu. 
  • Berbagi rezeki bisa menarik rezeki datang pada kita dengan jumlah yang jauh lebih banyak lewat doa orang yang kita bantu, lewat sedekah yang dirasakan lebih banyak orang, lewat rezeki yang bertransformasi memberi banyak kebaikan baik bagi pemiliknya maupun bagi orang lain di sekitarnya.
KITA LAHIR TELANJANG BULAT, TAK BAWA APA-APA.. KITA MATIPUN TAK BAWA APA-APA, HANYA DITEMANI DENGAN KAIN KAFAN YANG MURAH DAN TAK BERMODEL.. CELAKALAH JIKA SELAMA HIDUP KITA HANYA JADI PENUMPUK HARTA, YANG AKAN KITA PERTANGGUNG JAWABKAN DI AKHIRAT SANA...

Wallahu alam 

Comments

  1. dengan adanya globalisasi waralaba berjamur tidak tertutup kemungkinan jawabanya sama ketika ditanya kemana rejeki nya dibelanjakan yaitu ALFAMART ATAU INDOMARET

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang paling penting bukan globalisasinya, tapi bagaimana kita menyikapi globalisasi itu. Jika belanja itu untuk memenuhi kebutuhan dan menghidupkan perekonomian, mengapa tidak? Berpikir positif itu menenangkan, sedangkan bersikap sinis dan skeptis gak akan merubah keadaan. Kemanapun rezeki dibelanjakan pastikan itu bermanfaat dan meningkatkan kualitas hidup...
      Wallahu alam..

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?