Rezeki Bukan Dari Hasil Bekerja !

Salah Pemahaman

  • Selama ini kita salah pemahaman, kita memaknai rezeki sebagai hasil dari bekerja, hasil kerja keras kita, hasil kita banting tulang, peras keringat. Itu sebabnya kita berlomba-lomba mencari pekerjaan, lomba-lomba buka usaha, lomba-lomba menghabiskan sebagian besar waktu dan umur produktif kita hanya untuk menyibukkan diri mencari rezeki Ilahi. Padahal rezeki itu dari Allah bukan dari hasil kita bekerja. Bekerja itu hanya ikhtiar, proses mendapatkan rezeki, tapi dapat atau tidaknya, tetap Allah yang tentukan. 
  • Maka tak heran kadang kita sudah bekerja keras tapi malah tak mendapatkan hasil yang sesuai harapan, tak dapat rezeki, kita bilang. Kita sudah melakukan analisa kelayakan usaha tapi di lapangan toh usaha kita malah merugi. Melakukan kerjasama dengan pihak yang terpercaya, malah uang kita dibawa kabur. Bukan untung yang didapat tapi buntung !
rezeki

Bolehkah tidak bekerja?

  • Kalau rezeki itu adalah urusanNya jadi boleh dong kita leha-leha tinggal menunggu jatuhnya rezeki dari langit? Ini juga pemahaman yang salah. Allah memang Penentu Rezeki kita tapi kepantasan untuk mendapatkannya ditentukan oleh kita sendiri. Ibadah, amal saleh, kebaikan adalah cara kita memantaskan diri di hadapanNya, agar Allah ridha dengan amal ibadah kita dan berkenan memuluskan permintaan kita, termasuk dalam hal rezeki. 
  • Kerja itu ibadah. Lewat pekerjaan yang kita lakukan kita jadi bermanfaat bagi banyak orang. Dokter menolong mengobati orang sakit, memberi resep, memberikan obat, melakukan penanganan medis padanya. Dari jasanya sebagai dokter ia mendapatkan uang yang dibayarkan pasien. Apakah uang itu rezeki yang didapatkan dari hasil bekerja mengobati pasien? Bukan...!!
  • Siapa yang menyembuhkan penyakit? Bukan dokter, suster, obat, tindakan medis, tapi Allah. Melakukan pengobatan itu adalah ikhtiar mencari kesembuhan sambil terus berdoa memohon kesembuhan dariNya. Jadi dokter tidak menyembuhkan dan orang tidak membayarnya untuk menyembuhkannya. Dokter MENOLONG orang karena dia punya ilmunya (dia pernah belajar dan lebih paham hal ikhwal penyakit dibanding orang awam). Mengapa dokter menolong orang? Karena dia menginginkan ridha Allah pada setiap perbuatannya, yang nantinya akan dipertanggung jawabkan di akirat kelak. Jika dari perbuatan itu dia diberi rezeki itulah bonus dari Allah SWT.
  • Rezeki yang diterima seorang dokter adalah kegembiraan saat melihat harapan terpancar dari wajah pasiennya, harapan akan kesembuhan dari penyakit. Rona bahagia terpancar dari pasien yang tadinya terbaring lemah karena sakit menjadi kuat beraktivitas kembali. Dokter itu merasa bahagia dengan membahagiakan orang lain. Dia memudahkan jalan pasiennya menuju kesembuhan. Amal kebaikan yang dilakukan dokter itulah yang memudahkan rezekinya masuk. Allah menyukai hamba-hambaNya yang berbuat baik.
  • Jadi kalau isteri berhenti bekerja dan menyerahkan urusan rezeki kepada suami, apa rezekinya akan tetap sama jika dia masih bekerja? YA.. karena sumber rezekinya adalah dari Allah SWT, bukan dari pekerjaannya. Allah akan tetap memberi rezekinya lewat tangan suaminya. Bukankah setelah menikah rezeki suami bertambah karena dalam rezekinya terikut rezeki isteri dan anak-anaknya? Jadi bagi para wanita karier, ambillah keputusan yang bijaksana. Karena tempat seorang isteri dan ibu adalah di sisi suami dan anak-anaknya. Jika memutuskan berhenti berkarier dan fokus pada keluarga, maka rezeki anda Allah yang akan memberi. Ilmu yang diperoleh dari pendidikan formal bisa tetap dipakai untuk membimbing anak-anak, membantu tugas sekolahnya dan bekal menjadi isteri yang cerdas sekaligus salihah. Bagi anda yang memilih tetap berkarier, jadikanlah pekerjaan anda bermanfaat bagi orang lain. Misalnya bagi anda yang berprofesi sebagai dokter, bantulah para wanita melahirkan yang suaminya tak mengizinkannya untuk diperiksa oleh dokter laki-laki. Berkarierlah dengan izin suami tanpa mengesampingkannya sebagai kepala keluarga dan tanpa melupakan anak-anak yang butuh bimbingan ibunya.


Rezeki adalah apa yang dinikmati.

  • Rezeki adalah apa yang dinikmati. Makanan yang sementara kita makan adalah rezeki, kalau belum masuk ke lambung belum menjadi rezeki. Bisa saja makanan yang sudah siap masuk ke mulut tiba-tiba tumpah dan kucing-kucing pada berebutan menyantapnya. Itu artinya rezeki itu bukan milik kita, tapi milik kucing yang didatangkan Allah melalui kita.
baca : Fenomena rezeki, mengapa kucing datangnya ke kita?
  • Kesembuhan dari penyakit itu juga rezeki yang didatangkan Allah lewat dokter yang merawat kita. Uang yang kita pakai membeli keperluan hidup adalah rezeki, karena bisa langsung dinikmati. Tapi uang yang dibank, meski jumlahnya lebih banyak tapi tak kita nikmati seketika itu, bisa saja uang itu hilang karena banknya bangkrut / collaps?
  • Udara yang kita hirup dan menyehatkan badan adalah rezeki. Anak-anak yang sehat dan taat adalah rezeki. Pasangan hidup yang menyayangi adalah rezeki. Kawan-kawan yang selalu mengajak pada kebaikan juga rezeki. Lingkungan rumah yang aman dan tenteram juga rezeki. Kemampuan tidur nyenyak, badan yang selalu sehat semua itu rezeki yang patut disyukuri.
  • Apalagi rezeki syurga. Semua orang Muslim bercita-cita masuk surga, inilah rezeki tertinggi dari Allah. Tapi bukan amal ibadah kita yang memasukkan kita ke dalamnya tapi keridhaan Allah SWT. Cobalah ambil analogi sederhana ini. Allah memberi kita panca indera, sebiji mata saja tak tergantikan dengan uang, belum lagi oksigen yang bisa diperoleh secara gratis. Bukankah semua itu nikmat Allah, yang jika dibandingkan dengan amal ibadah kita, tak sebanding bukan? Sejak umur berapa kita mulai beribadah kepadaNya? Paling tidak setelah akil baligh, umur 13 an tahun, itupun ibadah kita belum sempurna. Ibadah yang kita lakukan sepanjang hayat yang kira-kira sampai umur 60-an tahun, belum tentu semuanya sempurna dan diterima Allah. Sepanjang hayat bisa jadi dosa-dosa kita jauh lebih banyak dibanding amal kita. Itu tak bisa membayar semua nikmat yang diberi Allah secara gratis (panca indera, anggota tubuh yang sempurna, oksigen, matahari dan sebagainya). Bagaimana pula dengan harapan akan surganya?
  • Tapi sebagai manusia kita dilarang untuk berputus asa dan diperintahkan untuk terus berharap yang terbaik. Surga yang dijanjikan adalah pasti dan yang bisa masuk ke dalamnya bukan orang yang paling banyak pahalanya tapi orang yang mendapatkan ridha Allah atasnya. Rezeki surga hanya diberi karena keridhaan Allah pada seorang hamba.
  • Jadi lakukan yang terbaik selama hidup di dunia, bukan untuk mendapatkan pahala, bukan untuk mendapat rezeki yang banyak tapi untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT. Jika Allah ridha, insya Allah semua akan mudah.
Wallahu alam...

Comments

  1. sungguh, ini suatu perkataan yg mudah dipahami dan menjadikan manfaat bagi orang yg mau mempelajarinya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, mudah-mudahan tulisan sederhana ini ada manfaat bagi yang membacanya. Wallahu alam..

      Delete
  2. Semua kebaikan kita dapat yg bermanfaat bagi kita adalah rezeki SubhanAllah. Maha Kaya Allah SWT

    ReplyDelete
  3. Subhanallooh..... Tabarokallooh.... sungguh uraian yg penuh hikmah....

    ReplyDelete
  4. Sangat memotivasi dalam mendekatkan diri kepada Allah. Barakallah buat tulisannya. Aamiin Ya Mujib

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih atas kesediaannya membaca blog sederhana ini. Amin ya Rabbal Alamin.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bolehkah Menolak Rezeki?

Doa Agar Rezeki Tak Terputus

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)