Tips Melapangkan Rezeki Dengan Bekerja.

Bekerja Tidak Menjamin Rezeki Banyak dan Berkah.

  • Apakah anda mengalaminya, capek kerja seharian, berpeluh dan tubuh penat tapi rezeki yang didapatkan tidak sesuai harapan? Sementara ada orang yang kelihatannya santai saja, bekerja pun tidak sekeras anda tapi rezekinya terus mengalir, bertambah-tambah dan hidupnya kelihatan enak, makmur sejahtera.
  • Kadang kita sudah berpikir dan penuh percaya diri yakin bisa mendapatkan rezeki, karena kita kita sudah mengusahakan jalannya. Tapi ternyata rezeki itu tak kita dapatkan malah berpindah ke orang lain yang upayanya tidak sekeras kita. Hal itu membuat kita jadi bingung dengan fenomena rezeki ini. 
  • Camkan baik-baik bahwa bekerja tidak menjamin kita mendapatkan rezeki yang banyak apalagi berkah. Karena yang mengatur dan memberinya adalah Allah SWT. Perhatikan firman Allah SWT dalam Surah At Taubah ayat 105.


Bekerja itu harus..

  • Meskipun bekerja tidak menjamin kita beroleh rezeki yang banyak dan berkah tapi bekerja itu sifatnya harus. Bekerja saja belum menjamin adanya rezeki sesuai harapan, apalagi jika tak bekerja?
  • Ada seorang sufi dan juga pedagang yang saleh, bernama Al Bakhi (nama aslinya adalah Syaqiq bin Ibrahim, kebetulan asalnya dari kota Balkh, yang merupakan bagian dari daerah Khurasan, sebuah wilayah yang sekarang menjadi bagian dari negara Iran, Pakistan dan India. Suatu ketika pedagang in dalam perjalanan melihat seekor burung yang patah sayapnya. Burung itu tak mampu terbang untuk mencari makan. Burung itu kemudian diberi makan oleh  burung lain yang sehat, sehingga tetap bisa hidup. Kejadian itu membuatnya merenung, burung yang berada dalam kondisi tak berdaya saja selalu mendapatkan rezeki, bagaimana dengan dia? Kemudian dia memutuskan untuk mundur dari dunia perdagangan memilih jalan zuhud dengan mengurangi dunia dan lebih mendekatkan diri pada Allah.
  • Selain pengalaman dengan burung itu Al Bakhi juga punya pengalaman lain yang memantapkannya memilih jalan zuhud. Saat itu ia dalam perjalanan berdagang di daerah Turki dan menemukan tempat pemujaan berhala. Sebagai hamba Allah yang saleh dia memberitahu bahwa apa yang dilakukan oleh para penyembah berhala yang gundul dan berjubah sutera itu salah, karena yang patut disembah adalah Allah SWT, yang Maha Kuasa, Maha Hidup, jangan menyembah berhala yang tak dapat mendatangkan kebajikan baginya. Tapi jawaban yang didapatkannya dari penyembah berhala itu adalah, "jika benar Tuhanmu mampu mendatangkan kebajikan untukmu, mengapa harus jauh-jauh ke sini mencari rezeki, apa Dia tak menyediakan rezekimu di tempat asalmu?" Ucapan yang membuatnya terpana dan memikirkan banyak hal. Mengapa harus kemana-mana mencari rezeki, jika rezeki itu ada di sekitar tempat tinggalmu, pasti akan kamu dapatkan.
  • Sahabatnya sekaligus gurunya, Ibrahim bin Adham, merasa heran melihat dia yang tiba-tiba berubah drastis dari pedagang yang kaya raya, berharta dan sukses menjadi sufi zuhud dan melupakan dunia? Al Bakhi menceritakan apa yang dilihatnya di perjalanan, bagaimana seekor burung cacat yang seharusnya tak bisa melakukan apa-apa untuk memperoleh rezeki, tetap diberi oleh Allah SWT lewat burung lain yang lebih sehat. Dari situ Al Bakhi mengambil kesimpulan, untuk apa susah-susah berdagang, kalo rezeki pasti akan datang?
  • Sahabatnya tak sependapat dengan Al Bakhi. Dia mengingatkannya dan berkata, 
MENGAPA KAMU LEBIH SUKA MENJADI BURUNG BUTA DAN PINCANG, BUKANKAH SEBAIKNYA KAMU MENJADI BURUNG YANG MEMBANTU MEMBERI MAKAN BURUNG BUTA DAN PINCANG ITU?"
  • Mendengar penjelasan sahabatnya Al Bakhi menjadi sadar bahwa pemahamannya tentang rezeki itu keliru. Allah memang menjamin rezeki setiap mahluk, tapi untuk memperolehnya mahluk harus berusaha, menjemput rezekinya sendiri serta mengantarkan rezeki orang lain yang dititipkan Allah lewat tangannya. Lewat berdagang ia bisa menjual barang kebutuhan masyarakat, memperoleh keuntungan, memenuhi kebutuhannya dengan uang yang diperolehnya, menyisihkan sebagian uang itu untuk orang lain yang lebih membutuhkan dan menjadikan uangnya bermanfaat bagi banyak orang.
  • Kembalilah dia ke aktivitas yang sangat dikuasainya, yaitu berdagang, tapi tidak seperti dulu yang betul-betul mengejar keuntungan dan harta, tapi hanya menggunakan keuntungan itu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan sebagian besar keuntungan dan juga waktunya digunakan untuk Allah.


Apa jadinya jika rezeki  diperoleh meski tanpa bekerja?

  • Memang bukan bekerja saja yang menjadi sebab datangnya rezeki, karena Allah bisa memberi rezeki lewat jalan mana saja, bahkan lewat jalan yang kita tak sangka-sangka. Tapi ikhtiar itu perlu karena manusia hanya mendapatkan apa yang dikhtiarkannya.

  • Apa jadinya jika manusia diberi rezeki tanpa harus berikhtiar? Jika Allah memberi rezeki tanpa perlu ikhtiar pasti manusia akan jauh dari tabiatnya sebagai mahluk yang sempurna, yang bisa menggunakan daya pikir dan akalnya. Pasti banyak manusia yang lebih rusak dan lebih bebas melakukan dosa dan maksiat? Berbuat dosa aja terus karena soal rezeki pasti diberi Allah SWT. Karena itu Allah menyibukkan manusia untuk berusaha / bekerja keras mencari rezekinya, agar waktu untuk melakukan dosa dan maksiat tersita pada upaya mencari rezeki itu.
  • Perintah bekerja ditujukan pada semua manusia sebagai bentuk kesempurnaan ciptaan yang dibekali dengan akal, jasmani dan rohani. Begitu besarnya pahala yang diberi pada para pencari rezeki sampai disamakan dengan pahlawan perang, bahkan saat tidurnya pun diampuni dosanya, seperti yang dikemukakan pada hadits Rasulullah SAW berikut ini :
  • Agama kita menghendaki manusia menggunakan potensinya untuk berupaya mencari nafkah lewat bekerja dan melarangnya untuk minta-minta, sementara ia masih mampu bekerja. Lagipula binatang yang kelaparan akan berupaya mencari makan dan memenuhi kebutuhannya, bagaimana dengan manusia yang otaknya lebih sempurna?


Tips melapangkan rezeki dengan bekerja. 

1. BEKERJA HALAL.
  • Bekerjalah mencari rezeki yang halal. Halal sumbernya, halal tempatnya, halal caranya, dan halal membelanjakannya.
  • Allah sangat menyukai hambanya yang kelelahan mencari rezeki halal, bukan kelelahan melakukan maksiat dan mengejar dunia. Jika Allah sudah senang sama kita bukan hal yang mudah bagiNya untuk melapangkan rezeki kita.


2. UPAYA SENDIRI.
  • Hindari meminta-minta, usahakan cari rezeki dengan tangan sendiri. Ada kisah dimana Rasulullah SAW bertemu dengan Sa'ad Al Anshari. Beliau melihat tangannya hitam, kasar dan melepuh, lalu menanyakan kepadanya. Sa'ad menjawab kalau tangan itu digunakan untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Kemudian beliau mencium tangan itu dan berkata, "ini tangan yang dicintai Allah." Bayangkan Rasulullah yang tangannya orang berebut untuk menciumnya malah mencium tangan Sa'ad yang hitam, kasar dan melepuh.
  • Bahkan para nabi kesayangan Allah yang senantiasa dekat dan tak berhenti mengabdi padaNya pun semua bekerja untuk memenuhi kebutuhannya dan tak berdoa memohon rezekinya jatuh dari langit. Nabi Adam seorang petani, Nabi Daud pandai besi, Nabi Nuh tukang kayu, Nabi Idris penjahit, Nabi Musa penggembala kambing, Nabi Sulaiman yang kaya raya adalah pengrajin, serta Rasulullah, Muhammad SAW junjungan kita adalah pedagang. Kurang contoh apalagi kita?
  • Bekerjalah dengan hasil keringatmu sendiri, meskipun hasilnya sedikit karena Allah yang akan mencukupkannya, seperti doa yang dicontohkan nabi berikut ini :


3. KERJA SEBAGAI IBADAH.
  • Ini yang sering dilupakan oleh kita. Kebanyakan kita bekerja untuk berlomba-lomba mengumpulkan harta, tidak peduli bagaimana caranya, bertentangan dengan norma agama atau tidak. Karena kita tidak menghadirkan Allah saat bekerja. Kita menyimpan Allah hanya saat shalat itupun kalo kita ingat..
  • Kerja bukanlah ibadah tapi aktivitas untuk mencari keuntungan baik keuntungan berupa uang, gengsi, status sosial. Tidak heran jika sikap saling menjatuhkan, saling sikut, bersaing tidak sehat, korupsi, suap bahkan rela membunuh demi mengejar kepentingannya.
  • Jika ingin rezeki lapang dan berberkah jadikan kerja sebagai ibadah dengan menghadirkan Allah saat kita beraktivitas mencari rezeki. Sehingga hati kita senantiasa terjaga untuk melakukan dosa dan maksiat demi memperturutkan hawa nafsu. Hal ini sudah diprediksi oleh Rasulullah beberapa abad yang lalu.

Itulah 3 tips melapangkan rezeki lewat bekerja, semoga bermanfaat.

Wallahu alam...

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?