Mengapa Sombong Menghalangi Rezeki?
ARTIKEL KE 883
MAHLUK PALING HINA
Di sebuah pondok pesantren, terdapat seorang santri yang tengah menuntut ilmu pada seorang Kyai. Sudah bertahun-tahun lamanya si santri belajar. Hingga tibalah saat dimana dia akan diperbolehkan pulang untuk mengabdi kepada masyarakat. Sebelum si Santri pulang, Kyai memberinya sebuah ujian untuk membuktikan apakah ilmu yang dipelajarinya betul-betul bisa dipahami dengan baik.
Pak Kyai kemudian berkata pada si santri.
"Sebelum kamu pulang, dalam tiga hari ini, aku ingin meminta kamu mencarikan seorang ataupun makhluk yang lebih hina dan lebih buruk dari kamu, sehingga kamu yakin kamu bakalan masuk surga dan dia masuk neraka “
Si santri sangat paham dengan kyainya, kemudaian berkata dengan yakin,
“Tiga hari itu terlalu lama Kyai, hari ini aku bisa menemukan banyak orang atau makhluk yang lebih buruk dari padaku yang bisa dipastikan dia masuk neraka"
Sang Kyai tersenyum seraya mempersilakan muridnya membawa seorang ataupun makhluk itu kehadapannya. Santri keluar dari ruangan Kyai dengan semangat, karena menganggap begitu mudah ujian itu. Apa susahnya mencari mahluk yang lebih buruk darinya..?
Hari itu juga, si Santri berjalan menyusuri jalanan. Di tengah jalan, dia bertemu seorang pemabuk berat. Menurut pemilik warung yang dijumpainya, orang tersebut kerjanya mabuk-mabukan setiap hari. Pikiran si Santri sedikit tenang, dalam hatinya dia berkata,
“Inilah orang yang lebih buruk dariku, setiap hari dia habiskan hanya untuk mabuk-mabukan, sementara aku selalu rajin beribadah.”
Siap-siaplah ia pulang menemui kyainya dan mempresentasikan apa yang ditemukannya.
Tapi dalam perjalanan pulang Si santri kembali berpikir,
" Apa betul pemabuk itu lebih buruk dari aku, sekarang dia mabuk-mabukan tapi siapa yang tahu di akhir hayatnya Allah justru mendatangkan hidayah hingga dia bisa khusnul khotimah, sedangkan aku yang sekarang rajin ibadah, kalau diakhir hayatku, Allah justru menghendaki Suúl Khotimah, bagaimana? Berarti pemabuk itu belum tentu lebih jelek dari aku,”ujarnya bimbang.
Akhirnya dia memutar haluan kembali melanjutkan perjalanannya mencari orang atau makhluk yang lebih buruk darinya. Di tengah perjalanan, dia menemukan seekor anjing yang menjijikkan karena selain bulunya kusut dan bau, anjing tersebut juga menderita kudisan.
“Akhirnya ketemu juga makhluk yang lebih buruk dari aku, anjing tidak hanya haram, tapi juga kudisan dan menjijikkan, ”teriak santri dengan girang.
Dengan menggunakan karung beras, si Santri membungkus anjing tersebut hendak dibawa ke pesantren. Namun ditengah jalan, tiba-tiba dia kembali berpikir..
“Anjing ini memang buruk rupa dan kudisan, namun benarkah dia lebih buruk dari aku?” Oh tidak, kalau anjing ini meninggal, maka dia tidak akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dilakukannya di dunia, sedangkan aku harus mempertanggungjawabkan semua perbuatan selama di dunia dan bisa jadi aku akan masuk ke neraka."
“Anjing ini memang buruk rupa dan kudisan, namun benarkah dia lebih buruk dari aku?” Oh tidak, kalau anjing ini meninggal, maka dia tidak akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dilakukannya di dunia, sedangkan aku harus mempertanggungjawabkan semua perbuatan selama di dunia dan bisa jadi aku akan masuk ke neraka."
Akhirnya si santri menyadari bahwa dirinya belum tentu lebih baik dari anjing tersebut. Hari semakin sore, si Santri masih terus mencoba menemukan orang atau makluk yang lebih buruk darinya. Namun hingga malam tiba, dia tak jua menemukannya. Lama sekali dia berpikir, hingga akhirnya dia memutuskan untuk pulang ke Pesantren dan menemui sang Kyai.
“Bagaimana Anakku, apakah kamu sudah menemukannya?”tanya sang Kyai.
“Sudah, Kyai,”jawabnya seraya tertunduk. “Ternyata diantara orang atau makluk yang menurut saya sangat buruk, saya tetap paling buruk dari mereka,”ujarnya perlahan.
Mendengar jawaban sang Murid, kyai tersenyum lega,
”Alhamdulillah.. kamu dinyatakan lulus dari ujian ini, anakku,”ujar Kyai terharu.
”Alhamdulillah.. kamu dinyatakan lulus dari ujian ini, anakku,”ujar Kyai terharu.
Kemudian Kyai berkata "Selama kita hidup di Dunia, jangan pernah bersikap sombong dan merasa lebih baik atau mulia dari orang ataupun makhluk lain. Kita tidak pernah tahu, bagaimana akhir hidup yang akan kita jalani. Bisa jadi sekarang kita baik dan mulia, tapi diakhir hayat justru menjadi makhluk yang seburuk-buruknya. Bisa jadi pula sekarang kita beriman, tapi di akhir hayat, setan berhasil memalingkan wajah kita hingga melupakan_Nya. Tak ada satupun manusia yang tahu kita akan berakhir di surga atau nerakaNYA.
Si santri mendapatkan pencerahan dalam perjalanannya mencari keburukan orang lain. Dari persangkaannya bahwa seseorang /sesuatu lebih buruk darinya ia malah menemukan bahwa justru dirinya lah yang lebih buruk karena diselubungi prasangka yang belum tentu benar. Persangkaan inilah yang membuat seseorang menjaga jarak dengan orang lain. Terlalu cepat memberikan kesimpulan dan penilaian atas orang lain. Penilaian yang sangat subjektif berdasarkan arogansi (kesombongan) merasa dirinya LEBIH baik dan orang lain lebih buruk. Karena itu Allah memerintahkan kita untuk menjauhi prasangka.
Arogansi adalah mekanisme pertahanan yang digunakan untuk menjaga jarak dengan orang lain karena jutaan prasangka yang terbenam di kepala. Kenapa si kaya menjaga jarak dengan si miskin? Karena takut kalo si miskin bakal morotin atau mencuri hartanya. Mengapa si miskin menjaga jarak dengan si kaya? Karena takut si kaya akan menghina dirinya yang tak berpunya dan itu menyinggung harga dirinya. Prasangka yang belum tentu benar..
Benih kesombongan tercipta karena prasangka diri yang lebih dari orang lain...overvalue. Iblis/jin adalah mahluk Allah yang taat tapi akhirnya terlempar dari surga karena merasa lebih dari Adam..
kita semua terhubung ke Sumber yang sama yaitu Allah SWT dan kita semua terlibat dalam pengalaman kolektif yang sama, dilahirkan di dunia ini tak membawa apa-apa dan pulang pun juga tak bawa apa-apa. Di dunia ini kita berbagi rezeki yang diberi Allah SWT, matahari, hujan, oksigen dan kita selain bergantung sama Allah juga benar-benar saling berinteraksi dan bergantung satu sama lain. Tak ada manusia yang bisa hidup dan memenuhi kebutuhannya sendiri. Lewat interaksi itulah akhirnya empati dan kasih sayang muncul melalui hati yang jujur melihat kekurangan diri sendiri pada kekurangan orang lain. Kekurangan dan kesalahan yang dimiliki seseorang kita juga punya. Karenanya kesalahan dan kekurangan orang lain adalah cermin diri kita sendiri. Sekali prasangka dihilangkan kita tidak lagi membutuhkan jarak untuk melindungi ego kita sehingga arogansi akhirnya akan hancur dengan sendirinya..
Menjawab pertanyaan di atas, mengapa sombong menghalangi rezeki? Karena sombong itu:
- Menjaga jarak pada Sang Pencipta. Hati dipenuhi prasangka pada Allah atas ketentuanNYA. Jika rezekinya bagus itu dianggap sebagai hasil usahanya, tapi jika rezekinya jelek dia anggap Allah menghinakan dan menjatuhkannya..Sehingga saat sukses dia sombong dan saat jatuh dia protes sama Allah.
- Menjaga jarak pada sesama manusia. Rezeki datang dititip Allah pada tangan orang lain jadi tertolak karenanya (baca: kebiasaan yang menolak rezeki).. Dia selalu curiga atas kebaikan orang lain. Dia tak mudah percaya atas bantuan orang lain selalu berpikir pasti ada udang di balik batu. Egonya yang terlalu tinggi membuatnya merasa orang lain selalu ingin memanfaatkannya. Kalopun rezeki itu sampai kepadanya hanya karena Allah yang Maha Pemurah mengizinkannya.
- Karena dia terus menjaga jarak dan memblok kebaikan datang sehingga apapun yang diterimanya tak bisa disyukuri secara benar. Tak ada yang sanggup menolak rezeki Allah tapi Dia Maha Kuasa memilih dan memilah siapa yang diberiNYA.. Coba pikir, diantara orang sombong dan ikhlas kira-kira siapa yang dipilih?
Rasulullah SAW bersabda:
Tidak akan masuk kedalam surga orang yang di hatinya ada kesombongan meskipun sebesar biji sawi (HR.Muslim no 91 ).
Itulah sebabnya iblis yang sesungguhnya sangat alim dan sebelumnya taat jadi terlempar dari kenyamanan surga dan ditakdirkan jadi penghuni neraka..karena memiliki perasaan sombong. Bunuhlah kesombongan karena kesombongan hanya membuat kejatuhan dalam lubang yang dalam.
Semoga sedikit ilmu yang di titipkan Allah Subhana Ta'ala dihati kita tidak menjadikan kita sombong dalam segala urusan.
Dan semoga di sisa umur yang Allah berikan dapat kita pergunakan sebaik-baiknya untuk memperbanyak Amal saleh dan bukan hanya di sibukan dengan urusan duniawi belaka dan semoga kita menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat.....
Aamiin Ya Rabbal Alamiin
Aamiin Ya Rabbal Alamiin
baca juga : mengapa tukang kritik jauh rezeki?
Wallahu alam..
Mashaa Allah
ReplyDelete