Waspadai Sumber dan Penggunaan Rezeki Anda! Kisah Menemani Mayat Selama 40 Hari.

40 hari dalam kubur menemani mayat.

  • Konon zaman dulu hiduplah seorang multimilyuner yang memiliki uang banyak berlimpah. Sebelum meninggal ia menulis surat wasiat yang intinya jika ada orang yang mau menemaninya dalam kuburan selama 40 hari dia akan beri separuh harta warisannya.

  • Sehingga tiba kematiannya, ditanyakanlah kepada anak-anak dan keluarga terdekatnya, jika ada yang bersedia melaksanakan wasiat ayahandanya tersebut. Tapi tak ada satupun yang bersedia. Akhirnya diumumkanlah tentang surat wasiat itu ke seluruh negeri.
  • Alkisah ada seorang tukang kayu miskin yang mendengar pengumuman itu dan berpikir inilah kesempatannya untuk kaya. Pikirnya apa susahnya menemani mayat di dalam kubur? Toh dia sudah mati pasti tak bisa berbuat apa-apa.
  • Akhirnya bergegaslah si tukang kayu meninggalkan rumahnya menuju rumah si multimilyuner dan melaporkan kepada ahli warisnya bahwa dia bersedia menemani jasad ayahandanya tersebut demi setengah harta kekayaan yang bakal jadi miliknya.
  • Singkat cerita akhirnya dikuburlah jasad Sang Multimilyuner ditemani Si Tukang Kayu yang turut dikubur sambil membawa kapak kesayangannnya. Ketika ditanya mengapa harus membawa kapak bersamanya, Si Tukang Kayu menjawab jika itulah harta satu-satunya yang paling berharga miliknya.
  • Setelah langkah para pengantar jenazah sudah tak terdengar lagi, datanglah Malaikat Munkar dan Nakir untuk menanyai si mayit, begitu pikir si Tukang Kayu. Tapi yang terjadi bukannya bertanya sama Si Multimilyuner mereka malah menanyainya. Ketika ditanya apa yang dia lakukan dalam kubur, berkatalah si Tukang Kayu kalau dia menemani mayat multimilyuner selama 40 hari ke depan demi mendapatkan setengah dari harta peninggalannya. Malaikat bertanya lagi, harta apa saja yang dia miliki? Dijawab oleh Si Tukang Kayu kalau dia tak memiliki harta selain kapak besi yang dia gunakan untuk mencari rezeki. Saat ditanya oleh malaikat darimana dia memperoleh kapaknya. Dijawab secara spontan oleh tukang kayu bahwa kapak itu dibelinya. Bertanya malaikat apakah uang yang dipakai membeli kapak itu adalah uangnya. Dijawab oleh si tukang kayu kalau uang itu warisan dari orangtuanya yang tak seberapa. Pergilah kedua malaikat itu.
  • Keesokan harinya malaikat datang lagi dan menanyainya dia gunakan apa kapak itu. Dijawab oleh tukang kayu kalau dia menggunakannya untuk mencari rezeki dengan menebang pohon untuk dijadikan kayu bakar kemudian dijualnya di pasar. Di hari ketiga malaikat datang lagi dan bertanya pohon milik siapa yang dia tebang. Dijawab oleh tukang kayu tersebut bahwa pohon yang ditebangnya bukan milik siapa-siapa karena tumbuh liar di hutan. Malaikat bertanya apakah dia yakin pohon itu tak ada pemiliknya? Tukang kayu mengangguk. Kemudian malaikat pergi.
sumber www.godupdates.com
  • Besoknya malaikat datang lagi di hari ke empat dan bertanya apakah dia memotong kayunya sama ukuran dan beratnya sebelum dia jual? Tukang kayu menjawab bahwa ia hanya mengira-ngira ukuran dan beratnya, meski dijual dengan harga yang sama. Karena tak mungkin baginya memotong kayu sama persis. Akhirnya malaikat pergi lagi.
  • Begitu seterusnya malaikat terus datang dan menanyai si tukang kayu perihal kapak sebagai alat untuk mencari rezeki. Belum cukup seminggu ditanyai si tukang kayu merasa tak sanggup dan memilih kabur, keluar dari liang lahat dan melupakan ambisinya mendapatkan setengah harta peninggalan multimilyuner itu.
  • Ternyata di luar kuburan, orang pada keheranan mengapa si tukang kayu yang sempat bertahan beberapa hari lari keluar meninggalkan mayat yang harusnya dia temani selama 40 hari. Sambil berteriak agar orang lain saja yang mengambil harta si multimilyuner karena dia sudah tak menginginkannya lagi. Dia terus berlari menuju rumahnya dan menemui isteri yang telah menunggunya dengan harap-harap cemas.
  • Sesampainya di rumah, disampaikannya pada isterinya bahwa ia sudah tak menginginkan harta yang banyak itu. Di dunia ini hanya kapak tua yang dimilikinya tapi malaikat Munkar dan Nakir tak henti bertanya seputar kapak itu. Bagaimana kalau hartanya banyak. Pasti pertanyaannya juga jauh lebih banyak dan  butuh waktu lama juga untuk ditanyai. Jangan sampai harta itu yang menghalanginya masuk surga.


Kesimpulan.

  • Mungkin kisah di atas fiktif tapi memberi kita banyak pelajaran. Apa yang bisa kita simpulkan dari kisah di atas?
(1) Hati-hati dengan sumber rezeki anda.
  • Bagaimana cara anda mencari rezeki, sumbernya halal atau haram kah? (baca : carilah rezeki halal meski cuma setetes). Rezeki yang halal itu penting, meski cuma sedikit tapi diperoleh dengan jalan yang diridhainya. Seperti tukang kayu di atas mencari rezeki dengan menjual kayu yang ditebangnya sendiri.
  • Sumber rezeki dengan bekerja di bidang yang ilegal, jualan narkoba, berjudi, korupsi, kolusi, gratifikasi adalah sumber rezeki yang haram, karena diperoleh dengan curang dan mengorbankan orang lain.

(2) Hati-hati dengan alat yang anda gunakan mencari rezeki.
  • Alat untuk mencari rezeki. Apakah alat yang anda pakai untuk mencari rezeki itu sudah benar? Seperti kapak yang digunakan tukang kayu di atas adalah alat mencari rezeki yang diperolehnya secara halal (membeli). Bukan lewat merampas, menodong, mengancam.
  • Apakah kendaraan yang anda pakai untuk bekerja, kios yang anda pakai untuk jualan anda dapatkan secara halal? Dibeli dengan uang halal, diperoleh secara halal..
  • Sudah sesuaikah timbangan yang anda pakai untuk menimbang, tidak dirubah atau disesuaikan untuk mendapatkan keuntungan sesaat. Sudah sesuaikah literan yang digunakan?

(3) Cara anda mencari rezeki apakah sesuai aturan agama?
  • Jika anda menjual barang yang ditimbang, apakah timbangannya benar, takarannya cukup, tanpa menguranginya? Apakah barang yang dijual kualitasnya bagus? Apakah jam kerjanya mencukupi? Tidak korupsi waktu dan tidak menyia-nyiakan jam kerja untuk kepentingan pribadi, tidak makan gaji buta?

(4) Rezeki yang anda dapatkan digunakan untuk apa?
  • Apa untuk berfoya-foya membeli barang haram, minum minuman keras, membayar WTS untuk melakukan zina, menyuap hakim dan jaksa korup. Apakah rezeki itu anda nikmati sendiri atau dibagi dengan sesama/orang yang membutuhkan?

(5) Apakah anda mensyukuri rezeki yang diberiNya?
Wallahu alam..

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?