Yakinkah Kalau Anda Orang Baik?

Orang baik rezekinya juga baik.

  • Kalimat ini sudah terlalu sering kita bahas. Bahkan artikel sebelumnya membahas khusus hal ini, Tips menjadikan diri murah rezeki. Tidak susah menarik rezeki itu, caranya gampang saja, dekati pemilik rezeki, setelah itu jadilah orang baik yang menebar kebaikan dimanapun dia berada. Tak peduli apakah ada orang yang melihatnya atau tidak. Karena cukuplah Allah yang tahu kebaikan yang dilakukannya. Tak butuh pengakuan dari manusia, agar terhindar dari sifat riya atau pencitraan..
  • Orang baik tak memberi kecuali yang baik, tak berkata kecuali yang baik, tak berbuat sesuatu kecuali menghasilkan kebaikan dan manfaat. Tak pernah dia meninggalkan seseorang tanpa orang itu tersenyum bahagia, tak pernah ia meninggalkan tempat tanpa jejak kebaikan di sana. Apakah kita termasuk orang seperti itu? Mari kita cek..


Antara baik dan merasa baik.

  • Menjadi baik itu bagus, tapi merasa baik.... kurang bagus. Kearifan akan membuat seseorang menjadi baik tapi bukan merasa baik.
  • Perbedaan mendasar antara orang baik dan merasa baik :

(1) Tak berpikir kalau dirinya yang paling baik.
  • Orang baik tak akan berpikir kalau dirinya lah yang paling baik. Dia melakukan kebaikan bukan karena ikhlas tapi karena ingin berkompetisi dengan yang lain menjadi yang paling baik. Tujuannya berbuat kebaikan untuk mendapat pengakuan sebagai manusia paling baik yang pernah ada di bumi. 
  • Sementara orang baik melakukan kebaikan itu enteng saja, karena tak berharap pujian dan tak berharap pengakuan sebagai orang baik dari orang lain. Dirinya tak butuh diakui untuk perbuatan baiknya, karena kebaikan membuatnya bahagia. Dia tak perlu orang lain memberinya bintang/penghargaan, cukuplah Allah baginya. 

(2) Orang baik menyadari dirinya tak sempurna.
  • Orang yang merasa baik, merasa cukup dengan kebaikannya. Dia merasa sudah memberi kebaikan yang banyak, wajar jika diberi gelar orang baik, wajar jika dia diberi penghargaan. Karena tak ada orang lain yang bisa seperti dirinya. Mungkin dia menyumbang mesjid dalam jumlah besar, menyantuni anak yatim sampai perguruan tinggi dan mewakafkan tanah berhektar-hektar untuk pesantren. Semua itu adalah kebaikan yang sempurna menurutnya dan tak ada yang bisa menyamainya.
  • Orang baik sadar jika dirinya masih banyak kekurangan. Ia tak berhenti menyempurnakan kebaikannya karena masih merasa kurang dan perlu perbaikan. Dia menyumbang uang banyak, masih merasa kurang karena nikmat dan rezeki Allah yang diterimanya jauh lebih banyak. Dia merasa malu jika menghitung-hitung nilai kebaikannya yang tak sebanding dengan kebaikan Allah padanya.

(3) Orang baik terima kritikan dan koreksi.
  • Orang yang merasa baik, berpikir jika kebaikannya sempurna. Sehingga jika ada orang yang mengkritik dan mengkoreksinya, dia bisa marah besar. Jika ada yang mempertanyakan kebaikannya dia bisa murka. Dia merasa orang lain meragukan perbuatan baiknya. Dia merasa orang lain menuduhnya melakukan pencitraan, memiliki motif tertentu atas kebaikan yang dilakukannya. Dia sangat marah karena orang lain bisa mengendus ketidakikhlasannya.
  • Orang baik menerima semua koreksi dan kritikan dari orang lain atas perbuatan baiknya sebagai masukan dan peringatan untuk terus memperbaiki niatnya. Dia menerima dengan lapang dada jika ada yang menuduhnya punya motif terselubung bahkan pencitraan dibalik semua kebaikannya. Karena baginya tak penting apa yang disangkakan manusia, karena yang paling penting adalah apa yang diketahui Allah tentang dirinya. Manusia akan paham kalau dirinya salah menuduh jika melihat bukti nyata. Tapi Allah tak akan pernah salah..

(4) Orang baik tujuannya hanya ridha Allah semata.
  • Orang yang merasa baik punya tujuan dan motif tertentu, mengapa ia melakukan kebaikan karena ada kepentingannya di situ, kepentingan yang terkait dengan dunia. Dia ingin meraih dunia dengan meraih kepercayaan dari manusia yang disangkanya akan memberikannya dunia. 
  • Orang baik itu tujuannya melakukan kebaikan hanya untuk mencapai ridha Allah SWT. Bukannya dia tak ingin dunia tapi kecintaannya pada Allah mengalahkan keinginannya akan dunia. Dia sangat yakin bahwa jika Allah ridha, maka rezekinya akan mudah dan dunia akan berada dalam genggamannya.

(5) Orang baik, kebaikannya berlangsung lama.
  • Orang yang merasa baik kebaikannya sewaktu-waktu bisa berhenti jika tujuannya telah tercapai. Bisa juga dia mogok melakukan kebaikan justru saat tujuannya tak teraih. Impiannya untuk memenangkan pemilihan kepala pemerintahan tak terwujud sehingga kebaikannya pun ikutan sirna bersama kekecewaannya.
  • Sementara orang baik, kebaikannya abadi, tak ada yang bisa menghentikannya melakukan kebaikan. Bahkan sampai meninggal pun orang akan terus mengenang kebaikan hatinya. Tak ada yang mampu menghentikannya karena setiap hari adalah ladang amal baginya. Ridha Allah itulah tujuannya sehingga tak pernah sedikitpun hatinya enggan berbuat baik.
Apakah anda sudah termasuk orang baik atau orang yang merasa baik? Jika rezeki anda selama ini seret dan susah mungkinkah anda belum menjadi orang baik, hanya merasa baik saja... 
Jika anda sudah menjadi orang baik, tetaplah rendah hati dan lanjutkan...

Wallahu alam...

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?