Rezeki Mendapatkan Haji Mabrur Tanpa Berhaji

Apa itu Haji Mabrur?

Sekarang ini para tamu Allah sudah mulai bersiap-siap menuju Baitullah untuk melaksanakan rukun Islam yang ke-5, ibadah Haji. Banyak orang yang rela menunggu bertahun-tahun, menabung rupiah dan menyimpan tenaga agar bisa menunaikan kewajiban ini. Ada yang muda bahkan ada yang renta baru dapat kesempatan untuk melihat tempat kelahiran Rasulullah.

Bagi seorang Muslim kewajiban menjalankan rukun haji ke-5 ini hanya sekali seumur hidup, itupun bagi yang mampu mengusahakan jalan ke sana. Mampu materi dan mampu tenaganya. Tapi banyak orang yang dengan senang hati untuk kembali lagi ke sana. Itulah sebabnya daftar tungu demikian panjang ditambah pengelolaan haji yang carutr marut di negara ini.
Tapi apapun alasannya setiap Muslim wajib mengusahakan jalan ke sana
(Baca : 8 cara mudah menarik rezeki umroh dan haji)

Rasulullah SAW pernah ditanya apakah amalan yang paling utama? Beliau menjawab "iman kepada Allah dan rasulNya." Beliau ditanya kembali, "apalagi selain itu?" Beliau menjawab "Jihad fi Sabillah". Kemudian ditanya lagi, "lalu apalagi ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "haji mabrur" (H.R.Bukhari-Muslim)

photo credit for www.aerolinks.us
Ternyata haji mabrur adalah salah satu amalan utama demi meraih ridha Allah.
Sebenarnya apa yang dimaksud haji mabrur?

Haji mabrur adalah :
  • amalan ibadah haji yang diterima di sisi Allah. 
  • iabadah haji yang hasilnya tampak pada orang yang melaksanakannya, yang menunjukkan keadaan yang lebih baik (lebih saleh) dibanding sebelum berhaji.
  • amalan ibadah haji yang maqbul, yang diterima oleh Allah SWT.
  • istilah mabrur sendiri diartikan sebagai yang diberkati dan berbuat kebajikan. Jadi haji mabrur adalah ibadah haji yang berberkah, diberkahi dan membawa kebajikan bagi pelakunya maupun orang di sekitarnya.
  • menurut Imam Nawawi adalah haji yang tidak dikotori dengan dosa, diterima oleh Allah SWT, tidak riya (melakukan ibadah untuk dipuji manusia), tidak ada sum'ah (memberitahu amal salehnya yang sebelumnya tersembunyi pada orang lain agar mendapatkan pengharagaan/pujian/keuntungan materi), tidak rafats (perkataan tidak senonoh, cenderung cabul dan senda gurau berlebihan yang menjurus pada hal-hal buruk) dan tidak fusuq (berbuat fasik, keburukan dan kejahatan)
  • menurut Abu Bakar Jabir Al Jazaari adalah haji yang bersih dari segala dosa, penuh dengan amal saleh dna kebajikan-kebajikan. 
Intinya haji mabrur itu adalah haji yang diterima dan diridhai oleh Allah SWT karena telah dilakukan dengan baik dan benar serta tidka dikotori oleh dosa dan terhindar dari segala macam keburukan.
Haji mabrur inilah yang dikejar oleh saudara kita sesama muslim yang sedang mengusahakan perjalanan menuju ke sana.


Rezeki haji mabrur tanpa berhaji

Logikanya hanya orang yang pergi hajilah yang bisa mendapatkan rezeki haji mabrur.
Tapi kisah di bawah ini berkata lain.

Seorang ahli hadits terkemuka dikenal juga sebagai pertapa yang masyhur dan saudagar kaya yang dermawan bernama Abu Abdurrahman Abdullah bin al Mubarak al Hanzhali al Marwazi atau Abdullah bin al Mubarak. Beliau ini yang lahir pada118 H / 736 M dikisahkan suatu ketika selesai melaksanakan ibadah haji, dia tertidur dan bermimpi melihat 2 malaikat yang turun dari langit dan berbincang-bincang. Malaikat yang satu bertanya kepada rekannya, "berapa banyak yang datang (berhaji) pada tahun ini ?" Jawab rekannya, " enam ratus ribu orang." Malaikat yang satunya bertanya lagi, "berapa banyak diantara mereka yang hajinya diterima?" Rekannya menjawab. "tidak satupun.
Percakapan kedua malaikat ini membuat Abdullah gemetar, tapi dia tetap melanjutkan menguping pembicaraan mereka. Kata malaikat yang satunya, "semua orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelanan menyusuri padang pasir yang luas tapi usaha mereka semua sia-sia?"
Rekannya menjawab, "tapi ada seorang tukang sepatu di Damaskus yang dipanggil Ali bin Mowaffaq. Dia tidak datang menunaikan ibadah haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni."

Setelah terbangun, Abdullah yang penasaran segera menuju Damaskus untuk membuktikan apakah mimpinya itu benar adanya atau tidak. Ternyata memang ada seorang tukang sepatu bernama Ali bin Mowaffaq. Tukang sepatu ini sempat mennagis bahkan pingsan saat tahu bahwa yang mengunjunginya orang seterkenal Abdullah bin al Mubarak.
Kemudian Abdullah menceritakan mimpinya dan bertanya amalan apa yang dilakukannya sehingga mendapatkan rezeki haji mabrur meski tak menginjakkan kaki di Masjidil Haram?

Berceritalah Ali si Tukang Sepatu, bahwa selama 40 tahun dia telah rindu untuk melakukan perjalanan haji ini. Dia telah menyisihkan 350 dirham dari hasil usahanya. Musim haji tahun ini ia memutuskan untuk berangkat menunaikan impiannya itu. 
Hingga suatu hari isterinya yang tengah hamil, mencium aroma makanan yang dimasak oleh tetangganya dan memohon kepada suaminya agar dia bisa mencicipinya walaupun sedikit.
Karena rasa sayangnya pada sang isteri dia pun menuju rumah tetangganya, mengetuk pintunya perlahan dan menjelaskan situasi yang dialaminya.
Tapi tetangganya malah menangis...

Kata Sang Tetangga, "sudah 3 hari ini anak-anakku tidak makan apa-apa karena tidak ada makanan dan juga tak punya uang untuk membelinya. Kemudian hari ini aku melihat ada keledai mati tergeletak, dan aku lalu memotong bangkainya dan memasaknya untuk mereka. Aku enggan memberinya karena ini bukan makanan yang halal bagimu."
Ali Si Tukang Sepatu merasa tertohok batinnya mendengar cerita tetangganya itu.
Segera dia pulang ke rumahnya, mengambil uang yang telah dikumpulkannya selama ini sampai sejumlah 350 dirham untuk mengunjungi tanah haram, dan menyerahkan kepada tetangganya yang miskin itu. "Belanjakanlah ini untuk anakmu. Inilah perjalanan hajiku," Kata Ali kepada tetangganya itu.

Begitulah Abdullah akhirnya paham bahwa ibadah yang dilakukan bukan semata-mata apa yang kelihatan tapi esensi atau maknanya yang paling penting. Ibadah tujuannya selain mendekatkan diri pada Allah, meraih ridhaNya juga menjadikan kita insan yang lebih baik, lebih perduli dan lebih bermanfaat. Seperti halnya yang dilakukan oleh Si Tukang Sepatu. Sedekah yang diberikan pada tetangganya yang kelaparan jauh lebih utama dari impiannya menunaikan ibadah haji. Karena baik sedekah maupun haji intinya adalah mencari ridha Allah

Wallahu alam

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?