PADA PENGEMIS YANG MENGAIS REZEKI, HARUSKAH SELALU MEMBERI?
Sudah menjadi pemandangan umum banyaknya pengemis yang mengais rezeki di jalanan ataupun di tempat-tempat yang banyak dilalui orang. Mengapa jumlah pengemis setiap tahun semakin bertambah? Apa yang harus dilakukan untuk menghadapi mereka? Haruskah kita selalu memberi setiap mereka menadahkan tangan kepada kita?
Allah menyuruh kita untuk bekerja. Serendah apapun sebuah pekerjaan di mata manusia tetap mulia di mata Allah sepanjang pekerjaan tersebut halal. Meminta-minta adalah pekerjaan yang merendahkan diri sendiri, merendahkan kemampuan manusia sebagai mahluk sempurna / khalifah di muka bumi. Manusia dibekali akal untuk mencari penghidupannya. Hewan yang tidak dibekali akal pun akan bekerja untuk menghidupi dirinya. Singa menunggui dan mengejar mangsanya sampai dapat, lebah dan serangga harus berkeliling mencari bunga untuk mengisap madunya, kelelawar yang tidur di siang hari harus terbang begitu malam tiba untuk mencari buah-buahan yang sudah matang di pohon. Mereka tidak menunggu manusia untuk memberi makan. Mereka telah diberi insting oleh Allah untuk mencari makanan demi kelangsungan hidupnya.
Demikian pula tumbuhan. Meskipun kelihatannya statis tidak bergerak tapi akar tanaman akan mencari air dan sumber hara dalam tanah, daun akan mencari sinar matahari agar bisa berfotosintesis demi kelangsungan hidupnya.
Mengapa kita harus meminta-minta untuk penghidupan kita? Apakah tidak malu pada hewan dan tumbuhan yang derajatnya lebih rendah di mata kita ?
Sayidina Ali pernah berkata "Seandainya kemiskinan itu berwujud manusia, niscaya aku yang akan membunuhnya ". Begitu tidak sukanya beliau dengan kemiskinan dan pengharapan beliau untuk semua muslim agar bekerja, berusaha supaya terhindar dari kemiskinan.
Sementara pengusaha Donald Trump berkata "Kalau anda terlahir miskin itu bukan salah anda tapi kalau anda mati miskin itu salah anda." Kita tidak dapat memilih orang tua yang melahirkan kita. Jika terlahir dari keluarga miskin itu namanya nasib / takdir Allah. Tapi miskin bukan keadaan yang statis yang tidak bisa diubah. Sepanjang ada kemauan disertai doa dan usaha, Insya Allah akan ditunjukkan jalan olehNya. Kata penulis 7 Keajaiban Rezeki Ippho Sentosa
"Cara paling sederhana mengentaskan kemiskinan adalah dengan memastikan diri anda tidak miskin "
Allah melarang kita meminta-minta (mengemis)
Dari Zubair bin Awwam ra, Nabi SAW bersabda " Apabila kamu menyiapkan seutas tali, lalu pergi mencari kayu bakar, lalu dibawanya seikat kayu di punggungnya, lalu dijualnya dan Allah memberi kecukupan bagi keinginannya, itulah yang lebih baik bagi dirinya daripada ia meminta-minta kepada orang banyak, diberi ataupun tidak" (al Bukhari).Allah menyuruh kita untuk bekerja. Serendah apapun sebuah pekerjaan di mata manusia tetap mulia di mata Allah sepanjang pekerjaan tersebut halal. Meminta-minta adalah pekerjaan yang merendahkan diri sendiri, merendahkan kemampuan manusia sebagai mahluk sempurna / khalifah di muka bumi. Manusia dibekali akal untuk mencari penghidupannya. Hewan yang tidak dibekali akal pun akan bekerja untuk menghidupi dirinya. Singa menunggui dan mengejar mangsanya sampai dapat, lebah dan serangga harus berkeliling mencari bunga untuk mengisap madunya, kelelawar yang tidur di siang hari harus terbang begitu malam tiba untuk mencari buah-buahan yang sudah matang di pohon. Mereka tidak menunggu manusia untuk memberi makan. Mereka telah diberi insting oleh Allah untuk mencari makanan demi kelangsungan hidupnya.
Demikian pula tumbuhan. Meskipun kelihatannya statis tidak bergerak tapi akar tanaman akan mencari air dan sumber hara dalam tanah, daun akan mencari sinar matahari agar bisa berfotosintesis demi kelangsungan hidupnya.
Mengapa kita harus meminta-minta untuk penghidupan kita? Apakah tidak malu pada hewan dan tumbuhan yang derajatnya lebih rendah di mata kita ?
Mengemis karena alasan miskin
Sebenarnya tidak ada manusia yang miskin karena Allah telah menjamin rezeki semua orang. Rezeki Allah begitu luasnya dan diberikan kepada semua mahluk diminta atupun tidak. Miskin harta tidak boleh menjadi alasan untuk meminta-minta. Peminta-minta adalah penyakit mental yang menganggap dirinya selalu kekurangan. Penyakit ini semakin parah jika sudah terbentuk kesimpulan bahwa orang lain harus bertanggung jawab pada kemiskinannya. Sebagai bentuk tanggung jawabnya maka orang lain harus selalu memberi setiap dia meminta. Orang seperti ini berpotensi berbuat syirik karena berharap begitu besar kepada manusia, bukan Allah Azza Wajalla yang Maha Kaya. Miskin harta, miskin iman pula, bisa menjerumuskan diri dan keluarga pada neraka jahannam.
Sayidina Ali pernah berkata "Seandainya kemiskinan itu berwujud manusia, niscaya aku yang akan membunuhnya ". Begitu tidak sukanya beliau dengan kemiskinan dan pengharapan beliau untuk semua muslim agar bekerja, berusaha supaya terhindar dari kemiskinan.
Sementara pengusaha Donald Trump berkata "Kalau anda terlahir miskin itu bukan salah anda tapi kalau anda mati miskin itu salah anda." Kita tidak dapat memilih orang tua yang melahirkan kita. Jika terlahir dari keluarga miskin itu namanya nasib / takdir Allah. Tapi miskin bukan keadaan yang statis yang tidak bisa diubah. Sepanjang ada kemauan disertai doa dan usaha, Insya Allah akan ditunjukkan jalan olehNya. Kata penulis 7 Keajaiban Rezeki Ippho Sentosa
"Cara paling sederhana mengentaskan kemiskinan adalah dengan memastikan diri anda tidak miskin "
Mengemis sudah jadi profesi
Banyak orang yang sudah menjadikan mengemis sebagai profesi. Sama dengan profesi lainnya mereka punya pakaian dinas (yang sengaja dibuat compang camping / lusuh untuk mengundang simpati), punya jam kerja (biasanya siang sampai malam hari). punya tempat kerja (setiap pengemis punya daerah mengemis sendiri (di lampu merah, jembatan penyeberangan, dekat tempat ibadh, dekat mall / pasar, dan sebagainya) dan punya bos tempat menyetor "hasil kerjanya". Bos inilah yang mengelola mereka agar bisa mengemis dengan baik.
Mengemis karena malas dan keenakan diberi
Banyak orang yang sudah merasa enak mengemis karena tidak perlu kerja keras tapi penghasilan lumayan. Cukup akting memprihatinkan ditambah suara yang dipelankan untuk membuat orang iba. Banyak anak-anak usia sekolah yang tidak suka sekolah dan memilih mengemis / mengamen di jalanan. Sekolah membuat mereka terbebani sementara mengemis / mengamen membuat mereka dapat uang untuk sekedar jajan atau membeli mainan.
"Tidak halal meminta-minta bagi orang kaya, demikian juga orang yang memiliki anggota badan yang sempurna, jika dia orang yang kuat, namun dia sangat membutuhkan serta tak memiliki apapun, maka dia diberi bagian zakat, sebagian ulama membolehkan amil zakat untuk melakukannya". (H.R.Tirmidzi).
Melihat hadits di atas jika seseorang memiliki badan yang sempurna, kuat dan masih bisa bekerja dengan baik maka dia tidak boleh meminta-minta tapi harus bekerja.
Mengemis dengan dalih sumbangan
Sekarang inipun banyak peminta sumbangan yang datang ke rumah-rumah dengan alasan untuk pembangunan mesjid, anak yatim dan kegiatan amal lainnya. Cukup membawa selembar kertas yang distempel oleh sebuah yayasan (yang tidak jelas keberadaannya) dan meminta sumbangan ala kadarnya. Biasanya yang datang adalah orang yang didandani sedemikian rupa, sealim mungkin.
Pada siapa harus memberi?
Allah menyuruh kita untuk menafkahkan sebagian rezeki yang telah Dia anugerahkan kepada kita. Penyalurannya telah diatur dalam agama melalui zakat, infaq atau sedekah. Adapun orang-orang yang boleh diberi zakat adalah : "Sesungguhnya zakat itu hanya untuk orang fakir, orang miskin, pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana " (Q.S. At Taubah : 60)
Sementara untuk sedekah kita memiliki otorita kepada siapa sebagian rezeki akan kita salurkan. Ada beberapa kategori prioritas yang ditekankan oleh agama demi kesempurnaan, kemaslahatan dan manfaat sedekah secara menyeluruh. Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda " Bersedekahlah ! seseorang menanggapi, ya Rasulullah saya memiliki 1 dinar. Rasul berkata bersedekahlah untuk dirimu. Ia berkata saya masih punya sisanya. Kata Rasul berikan kepada istrimu. Ia berkata masih ada yang lain. Kata Rasul berikan kepada anakmu! Masih ada yang lain. Kata rasul berikan kepada pelayanmu. Masih ada yang lain. Rasul berkata terserah kamu (kamu yang lebih tahu)." Kita memiliki hak prerogatif untuk memilih penerima sedekah kita.
PRIORITAS I. Orang tua yang miskin
Kita dianjurkan untuk berbuat baik pada kedua orang tua. Ada orang tua yang sebenarnya miskin tapi tidak ingin menyusahkan anak-anaknya. Karena dia tahu anak-anaknya juga memiliki tanggungan keluarga yang harus dinafkahinya. Mereka tidak menampakkan kesusahannya semata-mata agar tidak menjadi beban bagi anak-anaknya. Bersedekah kepada orang tua merupakan bentuk bakti seorang anak kepada orang tuanya.
PRIORITAS II. Kerabat yang membutuhkan
Bagaimana kita bisa memberi kepada orang lain sementara ada kerabat yang lebih membutuhkan. Ada 2 keuntungan jika memilih kerabat sebagai penerima sedekah yaitu dapat pahala sedekah dan mempererat tali kekerabatan. Bersedekah pada selain kerabat tidak mengurangi nilai sedekah, tapi bersedekah pada kerabat dekat yang lebih membutuhkan Insya Allah lebih berkah.
PRIORITAS III. Fakir miskin yang jihad di jalan Allah
"Berinfaklah kepada orang fakir yang terikat jihad di jalan Allah, mereka tidak dapat berusaha di bumi. Orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari meminta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak, Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah) sesungguhnya Allah Maha Mengetahui".
Kriteria fakir dalam ayat ini adalah yang sibuh berjihad di jalan Allah, yaitu mereka yang mendapat panggilan jiwa mengabdikan ilmu, kemampuan dan pengabdian kepada masyarakat yang membuat mereka kekurangan waktu untuk mencari nafkah bagi diri dan keluarganya. Seperti guru bantu di daerah terpencil yang tidak dibayar, guru mengaji sukarela di pemukiman kumuh / anak jalanan, dan jihad di medan perang sehingga meninggalkan keluarga yang harus dinafkahinya. Mereka tidak meminta tetapi kitalah yang harus memberi.
PRIORITAS IV. Fakir miskin yang sakit / terbelit utang
Fakir miskin yang sakit ataupun banyak utang membutuhkan banyak biaya untuk membayar biaya pengobatan atau membayar utangnya. Mereka malu untuk meminta maka kitalah yang harus proaktif membantu mereka yang membutuhkan.
PRIORITAS V. Fakir yang saleh
Agar nilai sedekah kita berberkah pilihlah fakir yang saleh, memiliki ketaatan kepada Allah. Insya Allah doa yang dipanjatkan fakir saleh yang kita bantu akan memperlancar rezeki kita. Jika orang yang kita beri adalah orang yang fasik maka ia akan membelanjakannya di jalan yang fasik yang bisa saja dosanya juga mengikutkan kita.
KESIMPULAN : Haruskah selalu memberi pada pengemis?
Jawabannya : tergantung kepada kita. Sebagaimana disebutkan di atas untuk membagikan sebagian rezeki kepada orang lain kita memiliki hak prerogatif. Pilihlah target penerima sedekah yang memungkinkan memberi manfaat paling besar untuk dirinya, sedekah kita akan dimanfaatkan di jalan Allah (bukan buat beli narkoba, judi togel), mereka menerimanya karena memang pantas bukan karena menjual kemiskinannya, menipu rasa belas kasih orang, mengatasnamakan yayasan pembangunan mesjid / panti asuhan yang fiktif, berpura-pura cacat.
Setiap ada pengemis yang menadahkan tangan kepada kita, jika kita memutuskan untuk tidak memberi tidak usah merasa bersalah, karena kita tahu mana yang pantas untuk diberi dan kemana sebagian rezeki Allah akan kita salurkan yang Insya Allah lebih bermanfaat dan berberkah.
Wallahu alam.
Comments
Post a Comment