GAJI KECIL TAPI REZEKINYA BESAR

Sering kita mendengar ungkapan bekerja untuk mencari rezeki yang halal, yang dikonotasikan dengan gaji / upah. Apakah sama antara gaji / upah dengan rezeki Allah? Bisakah seseorang bergaji kecil memiliki rezeki yang besar?

gaji dan rezeki

Perbedaan gaji dan rezeki


Mari kita lihat pengertian gaji / upah dan rezeki.
Gaji / upah adalah suatu bentuk balas jasa, kompensasi atau penghargaan atas hasil kerja yang diberikan secara teratur dari pemberi kerja kepada karyawannya.
Rezeki adalah apa saja yang diperoleh manusia sebagai pemberian Allah SWT.  "Dan di langit ada (sebab-sebab) rezekimu, juga apa yang telah dijanjikan kepada kalian. Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan" (Q.S.Az Zariyat : 22 - 23)

Jadi dari segi terminologi istilah gaji dan rezeki adalah dua hal yang berbeda. Jika gaji bentuknya hanya berupa uang atau barang dari pemberi kerja yang memiliki kekayaan terbatas, rezeki cakupannya lebih luas , bisa berupa kesehatan, kebahagiaan, anak yang saleh dan banyak dari Zat yang Maha Kaya.

Rezeki Allah tidak bisa dikalkulasi dengan hitungan matematika


Banyak pria muslim yang takut menikah meskipun sudah cukup umur dan memiliki penghasilan tetap, karena merasa belum mampu menanggung nafkah istri dan anak-anaknya kelak. Padahal Allah akan melipatgandakan rezeki seseorang jika dia menikah. Tidak mungkin Allah memberi kita tanggungan tanpa mengikutkan rezekinya. "Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin, kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka" (Q.S. Al An'am : 151).
Rezeki tidak dapat dikalkulasi dengan hitungan matematika. Jika seseorang bergaji 2 juta rupiah saat masih bujangan dan jumlah gaji itu tetap sama setelah menikah ditambah lagi dengan tanggungan 1 orang istri  dan 2 orang anak, apakah akan cukup? Menikah bukannya jatah rezeki bertambah harusnya berkurang bukan? Biasanya cukup membeli kebutuhan makan, pakaian hanya untuk 1 orang sementara sekarang harus membeli untuk jatah 4 orang. Ini adalah pikiran manusia yang serba terbatas.
Kenyataannya gaji 2 juta rupiah tersebut bisa juga dipakai hidup, cukup makan, bisa beli pakaian, bayar rumah, kendaraan, bayar sekolah, dipakai rekreasi bahkan masih bisa memberi saudara serta masih ada sisanya untuk ditabung. Padahal waktu masih bujangan sering merasa kekurangan bahkan sampai utang. Maha Besar Allah ! Allah Maha Tahu kondisi ciptaanNya dan Dia Maha Tahu kebutuhan kita dan akan memberi melalui berbagai cara yang tidak kita sadari.
Coba anda hitung jumlah gaji dan kebutuhan harian kadang-kadang kita suka bingung mengapa selalu cukup?
Perhatikan beberapa hal berikut ini :
  • Kadang-kadang saat kita butuh uang ada tambahan, bonus dari kantor / perusahaan,
  • Lapar tapi lagi bokek tiba-tiba ditraktir teman yang lagi ulang tahun, 
  • Tanggal tua dan belum gajian tiba-tiba diberi makanan oleh tetangga yang selesai hajatan, 
  • Anak-anak mau beli cemilan tapi isi dompet terbatas tiba-tiba dapat oleh-oleh cemilan dari teman yang baru bepergian, 
  • Baju anak-anak sudah kekecilan atau sudah usang tapi belum mampu beli yang baru tiba-tiba dapat lungsuran baju dari saudara yang anaknya sudah besar, 
  • Belanja bulanan tiba-tiba dapat kupon diskon di toko, 
  • Ikut program menabung di Bank dan menang undian berhadiah.
  • Anak sakit dan bebas biaya rumah sakit karena kebetulan di cover asuransi yang diikuti, atau kenal dengan dokter yang merawat.
Hal di atas sering terjadi dalam kehidupan, tapi tidak pernah kita perhatikan. Kita hanya menganggap itu hal yang biasa. Padahal itulah cara Allah mencukupkan rezeki kita dan keluarga. 

Yakinlah, rezeki itu mutlak diberikan oleh Allah


Allah SWT tidak menciptakan makhluk tanpa diikutkan rezekinya. Allah SWT telah menjamin rezeki manusia dan berkali-kali menyampaikan bahwa Dialah yang akan memberikanmu rezeki, jangan takut dan jangan ragu." Dan tidak ada satu hewan melatapun di muka bumi ini, kecuali rezekinya telah ditetapkan oleh Allah dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" (Q.S.Huud : 6). Ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa "rezeki di tangan Allah" dan dia membagikan sesuai kebutuhan mahluknya. Karena Dia Pencipta maka dia pasti lebih tahu kebutuhan ciptaanNya. Rezeki untuk seekor gajah pasti berbeda dengan rezeki untuk seekor semut.

Rezeki jumlahnya tidak terbatas, apa saja pemberian Allah baik berupa materi (termasuk gaji) atau non materi semua disebut rezeki, Rezeki diberikan secara mutlak oleh Allah kepada siapapun, tapi bukan berarti menyampingkan usaha manusia. Pemikiran "rezeki di tangan Allah" adalah masalah keyakinan yang harus dimiliki oleh setiap muslim. Agar rezeki yang ada "di tangan Allah" itu sampai kepada manusia maka manusia harus berusaha, seperti firman Allah " Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah di muka bumi dan CARILAH anugerah Allah" (Q.S. Al Jumu'ah : 10).

Bergaji kecil tapi berezeki besar bukan sesuatu yang tidak mungkin. Jika Allah ridha kepada seseorang tidak ada yang tidak mungkin bagiNya. Berusahalah untuk mencapai ridha Allah dan hindari apa yang dibenci olehNya agar hidup kita senantiasa berezeki berkah dan selamat dunia dan akhirat. Wallahu alam.

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?