BIsakah Bahagia, Tanpa diberi Rezeki Anak dalam Perkawinan?
Jawaban pertanyaan di atas adalah BISA. Jika tak kunjung diberi anak meskipun telah berusaha mati-matian bukan berarti kita tidak dapat menikmati kehidupan perkawinan yang bahagia. Tujuan sebuah perkawinan adalah untuk melengkapkan kehidupan seseorang dengan hadirnya pasangan sejiwa yang membahagiakan. Jika akirnya dipercaya untuk beroleh keturunan, anak yang menceriakan rumah tangga itu adalah bonus dari Allah. Jadi apa yang harus dilakukan agar rumah tangga tetap bisa tetap bahagia meskipun belum dikaruniai rezeki anak?
Anak adalah belahan jiwa.. bisakah bahagia tanpa kehadiran mereka? |
Ikhlas menerima
Ikhlas menerima.. Jika tahun-tahun perkawinan berlalu tanpa diberi keturunan itu adalah kehendak Allah yang harus diterima. Itulah kondisi terbaik yang diberikanNya. Allah yang Maha Sayang pada hamba-hambanya tidak akan memberikan sesuatu yang berakibat buruk untuk hambaNya. Pada saat kita ikhlas menerima hati akan menjadi tenang, kita akan lebih pasrah pada ketentuanNya. Tidak perlu saling menyalahkan atau mencari kambing hitam penyebab hal tersebut.
Berikhtiar bersama
Ikhlas menerima bukan berarti berhenti berusaha / berikhtiar. Tetap mengunjungi dokter untuk memeriksakan kesehatan, minum obat yang dianjurkan, mencoba program bayi tabung atau bisa juga berusaha secara tradisional, minum obat herbal, jamu-jamuan atau akupuntur. Selama ikhtiar dilakukan bersama hal itu akan semakin mendekatkan diri dengan pasangan dan bisa saling menguatkan. Jangan lupa perbaiki ibadah dan istighfar pada yang Allah, siapa tahu ada dosa-dosa yang menghalang datangnya rezeki anak.
Selingkuh / poligami bukan solusi
Ada beberapa laki-laki yang menyalahkan kondisi istrinya sebagai penyebab belum adanya anak dalm kehidupan rumah tangganya. Padahal belum tentu kesalahan ada pada pihak istri sebelum ada bukti medis yang menguatkan hal tersebut. Kalaupun terbukti bahwa pihak istri yang mandul itulah kenyataan yang harus diterima, menyalahkannya tidak akan mengubah keadaan, hanya akan membuat istri tambah menderita. Sangat berat bagi seorang perempuan harus menerima kenyataan bahwa dirinya mandul.
Berdasarkan hal tersebut di atas beberapa laki-laki memilih untuk selingkuh demi mendapatkan pembenaran atas kemandulan istrinya. Dosa besar berzina dan menyakiti istri dilakukan sekaligus. Atau melakukan poligami, menikah lagi dengan perempuan lain atau menceraikan istrinya terlebih dahulu sebelum menikahi perempuan lain. Sementara istri pertama yang telah mendampinginya dengan setia dalam suka dan duka dilupakan begitu saja seperti anjing kurap yang tidak berguna.
Sadarilah para suami bahwa rezeki Allah akan menjauh jika engkau menyakiti hati istrimu. Sebelum melangkah pikirkan baik-baik. Jika ingin menikah lagi sebaiknya dengan izin istri pertama. Jika dia tidak mengizinkan sebaiknya jangan egois. Masih banyak yang bisa dilakukan untuk saling membahagiakan seperti mengangkat anak misalnya.
Lihat sisi positifnya
Anak bisa menjadi fitnah
Anak adalah rezeki, karunia yang diberikan Allah kepada kita. Namun demikian Allah juga menyebutkan bahwa anak bisa menjadi fitnah (cobaan / musibah) bagi orang tuanya jika anak tersebut membuat orang tuanya lalai dari mengingat Allah. Jika anak tersebut tidak dididik dengan baik, dengan agama akan menjadikan setan sebagai temannya dan ikut membuat kerusakan di muka bumi.
Maka Allah mengingatkan kepada kita "Hai orang-orang beriman janganlah harta dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi" (Q.S. Al Munafiqun : 9).
Bersyukurlah jika belum dikaruniai anak.............
"Dan ingatlah tatkala Tuhanmu memperingatkan jika kamu bersyukur pasti Kami (Allah) akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmatKu maka sesungguhnya azabKU sangat pedih" ( Q.S. Ibrahim : 7).
Bisa berbakti dengan lebih baik pada orangtua
Mungkin Allah menginginkan kita untuk merawat orang tua yang sudah tua sebagai ganti merawat anak dari rahim kita sendiri. Orang tua yang sakit-sakitan di usia senjanya membutuhkan banyak perhatian kita yang mungkin akan susah dilakukan jika memiliki anak.
Merawat anak orang lain
Mungkin sebagai ganti anak yang lahir dari rahim kita Allah menginginkan kita memelihara anak-anak yang kurang beruntung dan jadi yatim piatu atau dari keluarga miskin baik kita besarkan dalam rumah kita ataupun rutin mengunjungi panti asuhan, atau mengelola panti asuhan sendiri.
Memiliki banyak waktu untuk mengurus bisnis
Mungkin Allah menginginkan kita memiliki bisnis yang memberikan banyak keuntungan untuk digunakan di jalan Allah. Seperti mengelola panti asuhan, membangun mesjid di perkampungan miskin, membuat Taman pendidikan Al Quran / Playgroup untuk anak tidak mampu dan sebagainya.
Kesimpulan
Belum hadirnya anak dalam perkawinan bisa tetap membuat bahagia, tergantung pada pasangan yang menjalaninya. Kehadiran anak bukan penentu kebahagiaan rumah tangga bahkan bisa saja menjadi fitnah / cobaan buat orang tuanya. Merawat anak tidak berarti harus yang lahir dari rahim kita tetapi semua anak-anak yang kurang beruntung bisa kita bagi sebagian kebahagian kita. Membagi kebahagiaan akan membuat kita jauh lebih bahagia.
Wallahu alam
Mungkin Allah menginginkan kita untuk merawat orang tua yang sudah tua sebagai ganti merawat anak dari rahim kita sendiri. Orang tua yang sakit-sakitan di usia senjanya membutuhkan banyak perhatian kita yang mungkin akan susah dilakukan jika memiliki anak.
Merawat anak orang lain
Mungkin sebagai ganti anak yang lahir dari rahim kita Allah menginginkan kita memelihara anak-anak yang kurang beruntung dan jadi yatim piatu atau dari keluarga miskin baik kita besarkan dalam rumah kita ataupun rutin mengunjungi panti asuhan, atau mengelola panti asuhan sendiri.
Memiliki banyak waktu untuk mengurus bisnis
Mungkin Allah menginginkan kita memiliki bisnis yang memberikan banyak keuntungan untuk digunakan di jalan Allah. Seperti mengelola panti asuhan, membangun mesjid di perkampungan miskin, membuat Taman pendidikan Al Quran / Playgroup untuk anak tidak mampu dan sebagainya.
Kesimpulan
Belum hadirnya anak dalam perkawinan bisa tetap membuat bahagia, tergantung pada pasangan yang menjalaninya. Kehadiran anak bukan penentu kebahagiaan rumah tangga bahkan bisa saja menjadi fitnah / cobaan buat orang tuanya. Merawat anak tidak berarti harus yang lahir dari rahim kita tetapi semua anak-anak yang kurang beruntung bisa kita bagi sebagian kebahagian kita. Membagi kebahagiaan akan membuat kita jauh lebih bahagia.Wallahu alam
Comments
Post a Comment