Jadilah Jarum dan Bukan Gunting

WAKTU KITA  

Waktu..sebuah kata yang pendek tapi memiliki banyak makna..
Bahkan Allah pun bersumpah atas nama waktu..
Agar manusia sadar dan mulai memperhatikan "waktu"nya.
Karena hidup ini sebenarnya menunggu "waktu kematian"
Yang entah kapan waktunya.
Nasib kita pun kelak ditentukan oleh seberapa banyak kita memanfaatkan waktu di dunia untuk menumpuk amal saleh.. (bukan harta benda duniawi)


Waktu memang bisa menjadi saksi perjalanan hidup setiap insan.
Waktu sedang  "Jaya",  kita merasa banyak teman di sekeliling kita.
Banyak orang yang berkerumun ingin kecipratan kejayaan kita.
Banyak orang yang ingin menjadi bagian dari kejayaan kita.
Padahal kita jaya bukan karena kepintaran dan kepiawaian kita.
Tapi karena Allah mengizinkannya.
Lalu mengapa kesombongan gampang menyeruak dalam hati saat kita jaya?
Karena jaya yang tidak diikuti kebijaksanaan hanya membuat kita jadi jumawa, seolah mengakui keunggulan kita dan menafikan keagunganNya.
Jaya rezekinya, makmur hidupnya seringkali disertai dengan keangkuhan.
Padahal banyak yang jauh lebih jaya tapi tetap rendah hati.
Orang-orang pada mendekat dan mengidolakan kita membuat kita merasa hebat. Sejarah membuktikan bagaimana kejayaan yang disertai keangkuhan berujung tragis. Tragedi Firaun, kesombongan Qarun bahkan keangkuhan si Malin Kundang semuanya berakhir mengenaskan..
Yang paling penting sikapilah kejayaan dengan kebijaksanaan. Buat kondisi itu sebagai ladang pahala untuk kita banyak bersyukur dan banyak berbuat baik. Kejayaan yang diberi Allah bukan tanpa tujuan.Tapi karena Allah ingin kita jadi wakilNya di muka bumi, menebar kebaikan dengan kejayaan itu. 

Waktu sedang  "Berkuasa",  kita percaya diri melakukan apa saja.
Kita merasa memiliki power yang luar biasa sehingga bisa mengontrol kejadian di sekitar kita. Kita merasa begitu kuatnya, sehingga orang lain harus tunduk pada kita.
Rezeki itu bukan tentang kekuatan. Kuat nyari rezeki gak otomatis jadi kaya. Kuat karena punya kekuasaan gak jadi jaminan masuk surga, bisa jadi masuk penjara karena menyalahgunakan kekuasaan yang diberikan. 

Waktu sedang  "Tak Berdaya",  barulah kita sadar siapa saja sahabat sejati yang ada. Karena gak semua orang peduli pada mereka yang tak punya power, yang tak lagi jaya, yang tanda tangannya udah "gak laku". 
Karena sifat manusia untuk selalu mencari keuntungan, memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Berusaha mencari "gantungan" yang keliatannya kuat padahal rapuh. Karena Allah lah sebaik-baik tempat bergantung.
Karena itulah pentingnya menjaga kehormatan saat lagi di atas. Perlakukan orang-orang di sekitarmu dengan baik, penuh kasih dan murah hatilah. Orang kadang tidak mengingat kebaikan tapi cenderung mengingat kejahatan yang pernah kamu lakukan meskipun kejahatan itu kecil saja. Tak heran pada saat kamu tak berdaya tak ada yang berniat mengulurkan tangan. Karena pada saat jayapun yang orang lain ingat hanyalah kejahatanmu.

Waktu sedang  "Jatuh",  kita baru sadar selama ini siapa saja teman yang memperalat dan memanfaatkan kita.
Saat jatuh kita jadi tahu ternyata kita ini bukanlah super power. Bahkan para pahlawan super punya kelemahan masing-masing. Bahkan kelemahannya terlihat remeh, seperti Si Kuat Samson yang kelemahannya konon di bulu keteknya? Apalah kita ini yang bukan "manusia power."
Mengapa orang memanfaatkan kita?
Mengapa orang yang selama ini kita anggap teman memperalat kita?
Mengapa kita kok sadar sedang diperalat dan dimanfaatkan?
Karena kekuasaan, jabatan, kekayaan, posisi membuat kita terlena. 
Karena keasikan "duduk" jadi lupa berdiri, sehingga tak sadar saat seseorang memotong kaki "kursi" yang kita duduki.  

Waktu sedang "Sakit*",  kita baru tahu bahwa sehat itu sangat penting,  jauh melebihi harta.
Karena kita ini payah dalam bersyukur.
Kita merasa kesehatan adalah sesuatu yang "biasa". Karena kita lebih banyak sehatnya daripada sakitnya.
Tapi pada saat divonis dokter penyakit yang mematikan mulailah hati kita ciut.
Kita selalu menganggap sakit sebagai penderitaan yang berujung kematian. Padahal sakit bisa mendatangkan sejuta kebaikan. Kita hanya belum tahu bagaimana menyikapinya.

Manakala  "Miskin",  kita baru tahu jadi orang harus banyak memberi / menderma dan saling membantu.
Seringkali kita tak bisa melihat sesuatu secara objektif karena kita bukan di posisi itu. Jauh lebih mudah memahami arti kemiskinan jika kita miskin atau pernah miskin.
Seringkali kekayaan membutakan mata kita dan keegoisan untuk memiliki harta itu bulat-bulat demikian kuatnya. Sehingga derma atau sedekah adalah kata yang paling malas kita dengar. Kita berpikir bahwa kerja keras itulah yang membuat kita kaya. Bagi mereka yang miskin harusnya berusaha dan bekerja lebih keras untuk meningkatkan taraf hidupnya dan bukannya menjual kemiskinan dan minta dikasihani lewat mengemis?
Tapi kita lupa bahwa Allah menghadirkan orang miskin agar si Kaya bisa mendapatkan pahala lewat hartanya. Kalo semua orang kaya, sia-sia lah harta si Kaya karena tak ada lagi orang yang mau disedekahi.
Jangan takut miskin karena banyak pembelajaran yang diberi oleh kemiskinan.

Masuk  "Usia Tua",  kita baru tahu kalau masih banyak yang belum dikerjakan.
Waktu berjalan dengan terlalu banyak candaan dan senda gurau. Begitu tersadar rambut sudah memutih, penglihatan mulai rabun dan tulang belulang mulai keropos. Ibadah jadi tak optimal karena kesehatan sudah mulai menurun. Padahal waktu sehat dan kuat waktunya habis untuk hal-hal duniawi yang bukan hanya tak bermanfaat tapi juga tak menambah timbangan pahala.
Tapi penyesalan selalu muncul belakangan.
Bagi yang masih muda, manfaatkan waktumu sebaik-baiknya.

Saat  "di Ambang Ajal*",  kita baru tahu ternyata begitu banyak waktu yang terbuang sia sia.
Tapi semua itu sudah terlambat.
Kita tak bisa memutar waktu kembali.
Jadi sadarlah wahai saudaraku...
Hidup tidaklah lama.
Sudah saatnya kita bersama sama membuat
HIDUP LEBIH BERHARGA :
Saling menghargai,
Saling membantu,
Saling memberi,
Saling mendukung, dan
Saling mencintai
Jadilah teman setia tanpa syarat
Tunjukkanlah bahwa kita masih mempunyai hati nurani yang tulus.

Yang menolong karena memang hati tergerak, bukan demi pencitraan dan imej.
Apa yang ditabur itulah yang akan dituai
Allah tidak pernah menjanjikan bahwa : langit itu selalu biru,  bunga selalu mekar,  dan mentari selalu bersinar
Tapi ketahuilah bahwa Allah :
Selalu memberi pelangi di setiap badai.
Memberi senyum di setiap air mata.
Memberi kasih sayang dan berkah di setiap cobaan,  dan
Jawaban di setiap doa.
Jangan pernah menyerah
Terus berjuanglah,  hidup ini indah dan berwarna.
Hidup bukanlah suatu tujuan,  melainkan sebuah perjalanan

Indahnya hidup bukan karena banyak orang mengenal kita,  namun berapa banyak orang yang bahagia karena kita.
Jangan pernah menjadi  "gunting"
Karena gunting bisa  memotong sesuatu menjadi terpisah,  jadilah "jarum",  meskipun tajam tetapi bisa menyatukan apa yang sudah terpisah.

Wallahu alam 

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?