Renungan Rezeki, "Aku yang Dulu dan Aku yang Sekarang"
RENUNGAN UNTUK KITA SEMUA
- Mudah-mudahan hal-hal berikut ini bisa menjadi renungan buat saya dan kita semua.
(1) Aku sangat KAGUM
- DULU : kagum pada mereka yang sangat pandai, cerdas, berhasil dalam karier, memiliki kehidupan yang makmur sejahtera. Hidup tampak nyaman, rezeki terus mengalir, seolah tak memiliki kesusahan dan problem hidup (setidaknya itu yang tampak dari luar)
- SEKARANG : kagum pada mereka yang hebat di mata Allah, memahami agama dengan benar, memperhatikan ibadahnya, menyibukkan diri dalam dakwah dan amal saleh tanpa harus tampil menonjol. Mereka memukau dalam kesederhanaan dan kebersahajaan.
- Tujuan manusia diciptakan apa sih? Kan untuk mengabdi kepada Allah. Tidak masalah menjadi orang sukses, berhasil, kaya, cerdas dan pandai sepanjang semua itu semakin membuatnya bersyukur dan mendekatkan diri pada Allah, sesuai tujuan penciptaannya.
(2) Aku sangat MARAH
- DULU : pada mereka yang kuanggap menginjak-nginjak harga diriku, mencemoh dan mengejekku. Kuanggap mereka mencoba-coba cari masalah denganku dan mereka akan menerima akibatnya. Aku tak takut untuk melawan dan menghancurkan siapapun yang coba menggangguku.
- SEKARANG : pada mereka yang menyakiti hatiku kumemilih untuk BERSABAR dan MEMAAFKAN. Karena aku paham bahwa mereka dihadirkan untukku tujuannya entah sebagai berkah atau sebagai pembelajaran bagiku. (baca : mengapa rezeki saya pergi, hilang, atau diambil kembali?)
- Jika seseorang marah pada kita membalas dengan marah, memaki tidak akan membuat kita lebih baik. Yang ada malah kita sama buruknya dengan mereka. Butuh 2 orang untuk memulai pertengkaran, permusuhan bahkan perkelahian. Tapi jika hanya satu orang maka tidak akan terjadi. Untuk apa memperbanyak lawan dan musuh?
(3) Aku memilih....
- DULU : dunia dan segala isinya karena kupikir itulah yang akan membuatku bahaya. Rezeki yang diberi Allah kutumpuk sedemikian rupa untuk menyenangkan hatiku. Tapi diantara tumpukan harta benda itu aku merasakan kehampaan. Aku tak merasakan kepuasan dan terus menerus menambahnya karena aku selalu merasa kurang.
- SEKARANG : untuk bersyukur dengan semua yang aku miliki. Aku sadar bahwa rezekiku hanya yang 3 ini. Jika semua itu sudah terpenuhi (pasti terpenuhi) aku merasakan kebahagiaan. Tumpukan harta yang tadinya membuatku hampa aku bagi bagi mereka yang membutuhkan.
- Hidup yang bermakna bukanlah yang berlimpah rezeki dan harta benda tapi yang berlimpah manfaat. Buat apa harta dan rezeki banyak tapi tidak bermanfaat? Harta yang banyak tanggung jawabnya besar. Karena nanti kita akan ditanya di Yaumul Hisab nanti kemana harta itu kita manfaatkan?
(4) Aku berpikir..
- DULU : bisa membahagiakan orangtua, saudara, keluarga dan orang di sekitarku jika aku berhasil meraih dunia. Sukses dalam karier, berharta banyak, keluarga harmonis dan melimpahi mereka semua dengan kenyamanan materi.
- SEKARANG : yang mereka butuhkan bukannya materi yang banyak dariku tapi kehadiranku saat dibutuhkan, sikap dan perhatianku pada mereka, ucapan yang lembut dan tingkah laku yang menyenangkan hati mereka. (baca : jadikan orangtuamu raja, maka rezeki seperti rezeki raja).
- Buat apa harta banyak tapi malah menjauhkan kita dari orang terkasih? Mereka tidak butuh harta kita, tapi kehadiran kita di sisi mereka. Kesediaan kita membantu saat mereka butuh. Kesediaan kita mendengar keluh kesah di saat mereka berduka, dan kesediaan membagi kebahagiaan dengan mereka. Jangan sampai kesibukan mengejar dunia membuat kita lupa bahwa kita punya keluarga, orangtua, saudara, teman dan orang-orang yang peduli pada kita.
(5) Aku membuat..
- DULU : rencana-rencana hebat untuk masa depanku. Cita-citaku yang ingin merengkuh dunia dengan serangkaian planning untuk mencapainya. Tahapan-tahapan hidupku telah kufokuskan untuk mencapai cita-cita besar itu. Tapi.. kulihat satu demi satu kawan-kawanku pergi menghadap Sang Khalik saat berjuang untuk mencapai cita-citanya sama sepertiku.
- SEKARANG : hidupku fokus pada ibadah dan amal saleh, bagaimana hidupku berkenan di mata Allah dan sesama. Karena kematian itu bisa setiap saat. Aku tak ingin pergi menghadapNYA tanpa membawa bekal yang cukup. Aku malu padaNYA yang telah begitu baik menganugerahiku rezeki dan kecukupan tapi ku hanya datang tanpa modal. Celakalah aku!
- Dunia ini adalah tempat transit / tempat persinggahan semata. Jika tiba waktunya kita meninggalkan tempat ini, maka kita tak bisa menolaknya. Kematian bisa datang esok atau lusa, siapkah kita?
- Wallahu alam
Comments
Post a Comment