Kebanyakan Nikmat Itu Didustakan Manusia
Nikmat mana yang kau dustakan?
- Allah membekali kita, manusia yang hidup di dunia ini dengan rezeki / nikmat agar bisa menjalani hidup dengan baik, nyaman dan sejahtera. Kebanyakan manusia menganggap bahwa nikmat yang diberi Allah itu memang sudah seharusnya. Padahal itu wujud dari kasih sayang Allah kepada kita. Artinya kita seharusnya banyak bersyukur. Tapi apa yang kita lihat??? Kebanyakan kita mendustakan nikmat itu bahkan menggunakannya untuk melakukan maksiat dan dosa.
- Allah mengetahui hal itu dan melukiskannya dalam sebuah surah yaitu Surah Ar Rahman. Allah memulai surah ini dengan memperkenalkan dirinya sebagai Ar Rahman (yang Maha Pemurah). Allah memperkenalkan dirinya dengan sifat pemurah ini ketika Dia menerangkan kepada kita mengenai kekuasaanNya seperti penciptaan alam raya, langit yang tujuh, planet bahkan manusia, semua diciptakan dengan sempurna tanpa ditemukan satu kekurangan / cacat.
- Kalo kita perhatikan di dalam Surat Ar-Rahman ada pengulangan satu ayat yg berbunyi :
- فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
- ِ
- "Fabiayyi aala 'i rabbi-kumaa tukadzdzibaan"
- Artinya : "Maka Nikmat Tuhan-mu yang manakah yang 'Kamu Dustakan'?"_
- Kalimat ini diulang-ulang sebanyak 31x oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
- Apa gerangan makna kalimat tersebut ?
- Setelah Allah menguraikan beberapa nikmat yang dianugerahkan kepada kita, seperti mengajari kita pandai berbicara (ayat 4), meratakan bumi untuk mahlukNya (ayat 11), di bumi disediakan buah-buahan dan pohon kurma yang memiliki kelopak mayang (ayat 12), di bumi juga biji-bijian berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya (ayat 13), lalu Allah bertanya :
- "Maka Nikmat Tuhan-mu yang manakah yang Kamu Dustakan'?"
- Menarik untuk diperhatikan bahwa Allah menggunakan kata _"DUSTA",_ bukan kata _"INGKAR"_ dalam konteks ayat ini.
- Hal ini menunjukkan bahwa Nikmat yang Allah berikan kepada manusia itu tidak bisa diingkari. Manusia tahu bahwa nikmat itu dari Allah, Dia yang memberi kita nikmat. Karena Allah adalah Zat yang Memberi Nikmat (Al Mun'im), sebagaimana dikemukakan dalam Surah An Nahl ayat 53 berikut ini :
- Kita gak dapat menghitung nikmat Allah. Allah menjelaskan itu dalam Surah Ibrahim ayat 34,
- Kita tahu kalo nikmat itu di beri Allah, nikmatNya banyak sampe kita gak bisa ngitung tapi yang sering dilakukan kita, manusia ini adalah 'Men-dustakan' NYA. Padahal nikmat yang diberi pada kita itu nantinya akan ditanya di Hari Penentuan. Sudah kah kita mempersiapkan jawabannya?
- Dusta berarti 'Menyembunyikan Kebenaran'.
- Manusia sebenarnya tahu bahwa mereka telah *'Diberi Nikmat' oleh Allah*, tapi mereka 'menyembunyikan Kebenaran itu, sehingga mereka
- *MENDUSTAKANNYA!*
- Bukankah kalau kita mendapat rezeki banyak, kita katakan bahwa itu karena hasil dari 'Kerja Keras' kita??? Pada ngaku nggak, kalo banyak rezeki dengan congkaknya mengatakan bahwa itu usaha kita pribadi? Padahal rezeki datang bukan dari usaha kita.
- Kalau kita berhasil meraih gelar Sarjana S1/S2 bahkan S3, itu karena merasa 'Otak Kita' yang cerdas??? Padahal siapa yang memberi kita nikmat untuk paham berbagai ilmu?
- Kalau kita sehat, jarang sakit, itu karena 'kepiawaian kita', kita 'Pandai Menjaga' Pola Makan & Rajin ber-Olah Raga dan lain-lain. Padahal kesehatan itu nikmat yang Allah beri.
- Semua nikmat yang kita peroleh seakan-akan hanya karena usaha kita, tanpa sadar,kita telah melupakan Peranan Allah. Kita melakukan hal-hal berikut ini.
- Kita sepelekan kehadiran Allah pada semua keberhasilan yang kita raih. Kita merasa itu semata-mata dari hasil usaha kita sendiri. kita merasa kalo rezeki yang banyak itu hasil kita bekerja dan berusaha, padahal rezeki bukan dari hasil bekerja.
- Kita dustakan bahwa sesungguhnya nikmat itu semuanya datang dari Allah. Kita menganggap apa yang kita terima memang sudah seharusnya. Kita pikir kalo kita yang bergelimang dosa ini pantas untuk diberikan nikmat sebesar yang kita terima selama ini.
- "Maka nikmat Tuhan-mu yang manakah yang Kamu dustakan?"
- Kita telah bergelimang kenikmatan :
- » Harta,
- » Pasangan Hidup,
- » Anak anak yang telah kita miliki,
- Semua nikmat itu akan ditanya pada Hari Kiamat Kelak, seperti janji Allah pada ayat di bawah ini.
- "Sungguh kamu pasti akan ditanya pada hari itu akan 'Nikmat' yang kamu peroleh saat ini" (QS At-Takatsur : 8)
- Sudah siapkah kita menjawab dan mempertanggung Jawabkannya ?
- "Dan jika kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya. (QS An-Nahl : 18)
- Tidak patutkah kita bersyukur kepada-NYA?
- Ucapkan Alhamdulillah,
- Berhentilah mengeluh, apalagi membanggakan diri. Kita ini siapa sih? Hanya seonggok tulang berbungkus daging dari air yang hina (mani)! Kenapa harus mengeluh dengan jumlah rezeki yang kita punya? Apakah kalo mengeluh jumlahnya langsung tiba tiba berubah? Gak bukan? Terimalah rezeki yang diberiNya dengan ikhlas dan lapang hati. Gak usah sok karena sebenarnya kita ini gak mampu apa-apa jika Allah gak membuat kita sanggup. Kita sanggup karena Allah memberi kita kesanggupan.
- Jalani Hidup ini dengan ikhlas, tawadhu sebagai bagian dari 'Rasa Syukur' kita. Tawadhu adalah bersikap rendah hati, merendahkan diri di hadapanNya, mengakui kelemahan kita sebagai manusia. Syukur itu harus jadi penghias hidup kita. Bukankah kalo kita bersyukur Allah akan menambah nikmat kita?
- Jangan lupa untuk selalu mendekatkan diri pada Allah SWT juga. Mau rezeki tapi ogah deket-deket sama Yang Punya Rezeki, ya.. wajar kalo gak kebagian, kalo pun dapet ya cuma seuprit.
- سئل الإمام الشافعي ما أعظم عمل يتقرب به العبد إلى الله؟
- Al-Imam As-Syaafi'i ditanya;Apakah amalan yang paling besar,yang mana dengan amalan tersebut seorang hamba mampu mendekatkan dirinya kepada ALLAH?
- فبكى رحمه الله ثم قال أن ينظر الله إلى قلبك فيرى أنك لاتريد من الدنيا والآخرة إلا هو
- Imam Syaafi'i menangis,kemudian beliau berkata; (amalan hati) yaitu ALLAH melihat kepada hati seorang hamba tersebut,hati sang hamba tersebut tidak ada keinginan dunia atau keinginan akhirat kecuali keinginan kepada ALLAH SWT saja.
Sudahkah anda bersyukur hari ini?
Wallahu alam..
.
Comments
Post a Comment