Rezeki Bukan Tentang Hasil

Buat hidupmu jadi berarti

  • Tak terasa kita sudah berada di pertengahan bulan Februari. Waktu terus berjalan,  tanpa disadari kita semakin dekat menuju kematian. Suka ato gak suka,  siap ato gak siap kita semua sedang berjalan menuju ke kematian kita sendiri yang masih misteri kapan datangnya. Kita gak tau di belahan bumi mana kita akan menemui ajal, karena semua yang bernyawa akan merasakan mati, itu pasti. Tapi berhubungan karena saya dan anda yang membaca ini masih hidup,  marilah sejenak kita renungkan kehidupan yang kita jalani. Kalo kematian gak usahlah, karena pasti udah telat merenungi hidup jika ajal sudah datang.

a. Umur gak mencerminkan hidup.
  • Umur tidak mencerminkan hidup kita. Hidup bukan tentang berapa lama bukan juga berapa banyak, tapi tentang apa yang anda capai, sesuatu yang berarti untuk kini dan nanti, untuk anda dan orang di sekitar. Umur boleh banyak tapi belum tentu bermanfaat. Hidup boleh lama tapi belum tentu berkah. Jadi umur gak ada kaitannya dengan kualitas hidup kita. Karena bukan hitungan angka di kalender itu yang bikin kita hidup tapi cara kita menjalani hidup, itulah kehidupan yang sebenarnya..

b. Bahagia itu gak ada urusannya dengan uang.
  • Kebahagiaan gak ada hubungannya dengan uang. Kebahagiaan bukan tentang berapa banyak uang yang kita dapat, juga berapa lama kita menikmatinya, tapi pada pemahaman siapa yang memberi, dan pada siapa kita berbagi. Kebahagiaan terletak bukan pada perolehannya tapi pada pemanfaatannya. Rezeki bukan tentang berapa hasil yang diperoleh tapi tentang berbagi.. Karena dalam rezeki itu ada hak orang duafa. Uang di kantong boleh banyak tapi jika gak dibagi uang itua gak ada gunanya, mengendap menjadi penyakit, kesialan dan penderitaan. Hal itulah yang menjelaskan mengapa banyak orang yang punya uang tapi kok hidupnya gak bahagia, malah gak sedikit yang bunuh diri, mempersingkat umur hidupnya karena udah gak tahan hidup.

c. Kenikmatan hidup itu proses bukan hasil.
  • Kenikmatan hidup gak bisa diukur dengan uang. Sejatinya kenikmatan bukan tentang hasil, tapi tentang sebab dan tentang proses, tentang mengapa dan bagaimana kita melakukan sesuatu. Nikmatnya rezeki yang kita terima tidak tergantung oleh jumlahnya tapi oleh keberkahannya. Apakah rezeki itu bermanfaat dan meningkatkan kualitas hidup atau sebaliknya? Apa proses mendapatkannya secara halal?  Sanggupkah nantinya kita menjawab pertanyaan Allah tentang sumber dan penggunaannya?
  • Jadi hidup gak usah mengkuatirkan rezeki yang sudah dijaminNya tapi pada kesiapan menjawab pertanyaan Allah tentang rezeki yang diberiNya itu. Di dapat dari mana dan dibelanjakan ke mana? Artinya ikhtiar yang kita lakukan adalah dalam koridor untuk menjawab pertanyaan itu.

d. Hidup yang tenang itu adalah yang diridhai Allah.
  • Hidup yang tenang bukanlah hidup yang berkelimpahan harta benda dan kemewahan tapi hidup yang diridhai olehNya. Ketenangan bukan tentang dimana dan juga kapan, tapi didapat saat kita mengakui Tuhan yang benar, lalu menyembah pada-Nya. Bukan tempat atau suasana yang membuat kita tenang tapi kondisi hati yang menyerahkan semua urusan di tanganNya.
  • Bukankah itu tujuan penciptaan kita? Mengabdi kepadaNya. Jadi sudah seharusnya kita menghabiskan waktu untuk merengkuh dunia agar bisa dekat sama PemilikNya, bukan sebaliknya.

e. Hidup terbaik adalah hidup yang berkah. 
  • Hidup berada dalam keseimbangan karena rezeki bukan lagi dipatok dari jumlahnya tapi berkahnya. Hidup dalam jalan ketaatan adalah tugas manusia di bumi ini. Bahagia, nikmat, tenang, senang, apapun rasanya, karena Allah jua yang jadi sebabnya.
  • Tapi bila jauh dari Allah, maka hanya kebahagiaan yang semu, kenikmatan yang jemu, dan ketenangan yang takkan pernah bertamu dalam hidup kita.
  • Harta banyak,  duit tebal,  kemewahan jadi ukuran apakah jadi jaminan bahagia?  Hati boleh senang, hidup boleh nyaman karena mampu membeli apa saja tapi yang didapatkan hanya kebahagiaan semu. Kebahagiaan yang hanya tampak di luar saja tapi di dalam hampa.. 
  • Karena gak punya tujuan hidup.  Yang dilakukannya hanyalah cari uang,  membelanjakannya secara konsumtif, cari yang lebih banyak lagi,  belanja lagi.  Gak ada kepuasan karena selalu ingin yang baru dan ingin lebih banyak. Akhirnya dia diperbudak oleh kerakusannya sendiri.
  • Kenikmatan yang diperoleh saat mengejar dunia adalah kenikmatan yang menjemukan.  Awalnya tampak menarik tapi lama lama jadi membosankan. Rezeki yang dapatnya mudah dengan jalan yang haram pula takkan bertahan lama.  Rezeki itu akan balik menyerangnya. Lewat musibah,  celaka dan ragam masalah. Jika ditanam di lahan yang rusak maka harus memanen hasil yang bermasalah.
  • Ketenangan itu kita yang ciptain kok.  Mau hidup tenang ikuti petunjuk agama. Karena Allah gak akan menyusahkan kita. Bahkan dibalik kesusahan yang diberiNya selalu ada kemudahan setelahnya.
Wallahu alam...

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?