Kehidupan Merana Akibat Rezeki yang Tidak Berkah

Pak Samson yang "sempat" kaya raya itu termenung. Di usianya yang menginjak paruh baya, kejayaannya sirna. Satu demi satu hartanya pergi meninggalkannya. Usahanya bangkrut, harta bendanya habis terjual semuanya untuk menutupi utang yang bertumpuk. Harta kekyaannya pun habis digerogoti oleh anak-anaknya. Bahkan kini untuk makan pun sangat susah, padahal sebelumnya makanan berlimpah dan beragam terhidang di meja makannya. Simpanan pun sudah tidak ada lagi.

merana

Hatinya bertambah gundah bila memikirkan nasib anak-anaknya. Rumah tangga anak pertamanya terancam hancur karena suami puterinya selingkuh. Masih segar dalam ingatan Pak Samson kalau di masa mudanya dia juga gemar main perempuan. Tidak ada kata absen mengunjungi rumah bordil atau "memesan" perempuan dari rekannya saat kantongnya lagi penuh uang. Dia tidak pernah memperdulikan perasaan istrinya. Asal ia mencukupi nafkah dan memberi uang baginya sudah lebih dari cukup. Tidak disangka ternyata anak perempuannya mengalami nasib yang sama dengan ibunya. Anak perempuan inipun dulunya terpaksa dikawinkan karena hamil duluan.

Anak keduanya meninggal saat balapan motor di jalan raya. Hal ini sangat menyesakkan dada bagi Pak Samson karena dia ingat bahwa motor itu dulu dibelinya dengan uang hasil mark up proyek yang didapatkannya. Uang yang diperoleh dari menyalahgunakan jabatannya itu dipakai membeli motor balap yang sudah lama diimpikan anaknya. Ia menyesal telah "menukar" nyawa anaknya dengan ketamakan.

Lain lagi dengan anak bungsunya, kini sedang berjuang melawan ketergantungannya pada obat-obatan terlarang. Badannya sudah seperti tengkorak hidup hanya tulang berbalut kulit. Matanya buram tak bercahaya. Pak Samson menyesal sedalam-dalamnya karena telah memberi makan anaknya dari rezeki yang haram yang menyebabkan anak-anaknya mudah dekat dengan hal-hal yang diharamkan Allah. Selain dari mark up proyek, juga menerima suap, mengambil uang yang bukan haknya adalah rezeki yang selalu di bawa pulang untuk keluarganya. Karena tidak pernah tertangkap dan selalu berhasil lolos dari pemeriksaan Pak Samson menjadi semakin ketagihan dan terus menjalankan aksinya. Pikirnya dengan uang yang banyak ia bisa membahagiakan keluarganya. Ternyata yang ia bawa pulang selama ini bukan rezeki tetapi bahan bakar kesusahan yang sudah mulai ia tuai satu demi satu.

Sedangkan istrinya karena tidak sanggup menghadapi semua masalah yang menghadangnya harus menjadi pasien rumah sakit jiwa. Di sini ia menemukan ketenangan dalam kegilaannya. Melepaskan diri dari masalah yang terasa menghimpitnya. Tinggal Pak Samson dengan segala kegundahan dan kesepian merunduk menyesal. Tetapi penyesalan memang selalu datang belakangan. Kehidupannya berantakan sementara dia malu bertanya pada Allah apa gerangan dosa-dosa yang membuat kehidupannya dirundung masalah. Dia malu, karena dia tahu jawabannya. Karena itu hidupnya tiada keberkahan. Dia yakin kalau saja menjalankan kehidupan sebagaimana layaknya mukmin dan muttaqin, tentu Alah akan pakaikan kepadanya pakaian kebaikan dan pakaian keberkahan.

Carilah penghidupan dan cara-cara yang membawa pada keberkahan. Karena sesungguhnya yang harus dicari bukan sekedar kekuasaan dan kemewahan tapi juga ketenangan dan kebahagiaan. Segeralah bertaubat sebelum semuanya terlambat. Sebelum kematian datang menjemput. Wallahu alam.

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?