Hati-Hati, Enggan Berbagi Rezeki Sama Dengan Zalim

Kehidupan yang zalim = kehidupan yang rapuh

Kehidupan siapakah yang rapuh? Pasti kehidupan orang-orang yang zalim. Karena Allah tidak pernah berkenan melindungi dan menolong orang-orang yang zalim. Jika bergantung pada tiang maka suatu ketika tiang itu akan roboh. Bila kita berlindung dibalik kemegahan dan kemewahan suatu ketika kemewahan dan kemegahan itu diambil oleh Sang Pemilik Kemegahan maka habislah kita. Bila kita mengandalkan jabatan dan wewenang, maka kita akan kecewa karena jabatan dan wewenang itu ada akhirnya. Hanya perlindungan Allah dan ketergantungan padaNya yang tidak akan ada batasnya, baik batasan kekuatan maupun batasan waktu. RezekiNya luas terhampar, banyak dan tidak terpengaruh kenaikan harga, senantiasa dicurahkan dari langit untuk kita dan semuanya gampang dicari serta gampang didapat.
enggan berbagi
menahan tangan untuk memberi = zalim

Kondisi kehidupan kita tidak selamanya senang, bahagia, makmur dan sejahtera. Pasti ada masa di mana kita membutuhkan orang lain untuk menyangga beban kita agar terlepas dari penderitaan dan kesulitan. Kehidupan juga akan senantiasa berputar. Bisa saja tahun ini kita berada di puncak kejayaan, usaha berhasil membawa banyak keuntungan, dan  rezeki berlimpah datang dari segala arah serta jabatan cemerlang. Tapi belum tentu kondisi yang sama akan kita hadapi tahun berikutnya.

Senantiasa mohon perlindungan Allah

Karena itu terhadap kehidupan yang tak pasti ini kita harus punya perlindungan. Perlindungan yang pasti dan kokoh. Sebaik-baik perlindungan adalah perlindungan Allah. Berlindunglah kepada Allah agar diberi masa tua yang sehat, terhindar dari penyakit yang berat. Mohon perlindungan Allah supaya anak keturunan tidak saling berebut harta, dikaruniai anak-anak yang berbakti, terhindar dari kehidupan merana akibat rezeki yang tidak berkah dan kita sendiri tidak menangis karena dosa-dosa kita di kuburan. Dosa-dosa penyesalan karena keburu meninggal tanpa sempat beramal. Kita harus berlindung dari bahaya di perjalanan darat, laut dan udara yang dilalui setiap hari. Setiap saat kita harus punya perlindungan.

Lalu bagaimana kalau Yang Maha Memiliki Perlindungan tidak berkenan melindungi kita? Percayalah, neraka dunialah yang akan dialami. Kita diberinya penyakit tapi tidak diberiNya ketentraman, kita jatuh terpuruk tapi tidak diberiNya ketabahan, kita jatuh miskin dan tidak diberi kesabaran menghadapinya, kita diberi anak yang dulu kita asuh dengan penuh kasih sayang sekarang berbalik menjadi anak yang menyusahkan di hari tua kita.

Enggan berbagi  rezeki itu zalim

Berhentilah memakan harta haram, menahan harta dan enggan berbagi rezeki dengan orang miskin. Mereka sudah memiliki beban yang banyak, harusnya kita meringankannya bukan hanya menjadi penonton, membiarkannya tetap dalam penderitaan tanpa ada usaha untuk menolong. Ingatlah, suatu saat kita juga berpeluang untuk susah dan menderita. Berhenti juga mengedepankan kekikiran dan hiasi rezeki dan harta kita dengan kemampuan berderma, membagi rezeki. Sedekah adalah penderas rezeki

Enggan berbagi dan bersifat kikir bisa juga dinamakan kezaliman. Kezaliman tidak hanya berupa perbuatan yang merugikan orang lain secara langsung tetapi juga yang merugikan orang lain secara tidak langsung. Di setiap rezeki dan harta kita ada hak orang lain. Saat kita tidak keluarkan hak tersebut berarti sama saja dengan kita memakan hak orang lain. Bukankah ini kezaliman juga?

Derma / Zakat / Sedekah yang kita beri itu sudah sewajarnya karena itu memang hak mereka yang dititipkan Allah melalui tangan kita. Bayangkan jika semua muslim menyadari hal ini maka sedekah massal / besar-besaran akan membangkitkan perekonomian orang miskin / orang lemah. Tidak akan kita temukan lagi orang miskin yang karena ketidakpedulian kita harus berbuat jahat untuk mengisi perutnya. Jika di sekitar kita banyak kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang miskin / lemah / kurang pendidikan bisa jadi beban dosanya juga ditanggung oleh kita. Karena kezaliman kita yang enggan berbagi, karena ketidakpedulian kita terhadap mereka. Nasib diri dan keluargapun belum tentu kita bisa tanggung selamat atau tidak di akhirat nanti ditambah pula beban tanggung jawab sebagai orang yang diberi nikmat rezeki berlebih dari Allah. 
Wallahu alam.


Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?