Jangan Sekali-Kali Mengkufuri Rezeki
Kufur adalah kebalikan dari syukur. Kufur artinya mengingkari, tidak menerima dan tidak ridha terhadap nikmat Allah. Kufur juga bisa berarti mempergunakan nikmat Allah bukan di jalan yang benar. Mempergunakan nikmat dan rezeki yang telah diberi Allah untuk melakukan maksiat. Rezeki yang diperoleh berupa harta dipergunakan pada jalan yang haram.
Rezeki Disyukuri Terasa Lapang, Rezeki Dikufuri Terasa Kurang
Sebelumnya kita telah membahas jika rezeki disyukuri terasa lapang. Mensyukuri rezeki artinya menerima rezeki yang telah dianugerahkan Allah dengan ikhlas, banyak ataupun sedikit semuanya diterima. Sementara mengkufurinya adalah mengingkari semua nikmat Allah, banyak dipermasalahkan, sedikit apalagi. Orang yang kufur nikmat senantiasa merasa kurang dan tidak cukup, selalu membandingkan dirinya dengan orang lain. Jika orang lain menerima lebih banyak dari dia, jika orang lain lebih sukses, lebih kaya dan lebih segala-galanya dari dirinya, maka ia tidak pernah tenang. Hatinya dipenuhi dengan rasa dengki dan iri. Jika kebetulan dianugerahi rezeki yang banyak selalu saja merasa tidak cukup dan kurang. Lalu apa hubungannya dengan rezeki.Kufur menghalangi rezeki
Waktu kecil dulu kita pernah mendapat pelajaran bahwa di alam kubur nanti ada pertanyaan dari malaikat penjaga kubur dari Allah. Yaitu kemana kita menghabiskan rezeki yang diberikan Allah. Meski mulut kita bisa berbohong tapi anggota badan yang lain akan menjelaskan kemana penggunaan rezeki kita. Marilah kita berfikir bahwa dunia ini adalah cerminan akhirat. Artinya tidak perlu menunggu mati dan dikubur. Bisa saja pertanyaan itu kita tanyakan pada diri kita sekarang ini. Apakah saya sudah menggunakan rezeki Allah dengan baik, sudah mensyukuri nikmatNya, atau selama ini salah menggunakan kebaikan Allah ?
Banyak orang yang lupa pada Allah saat sedang jaya. Tapi begitu kejayaannya dihilangkan oleh Allah, ia segera tersungkur ingat padaNya. Banyak orang yang lupa shalat, lupa mengaji dan lupa bersedekah saat kaya, saat berlimpah rezeki dan harta, tapi mendadak jadi alim begitu kejayaan itu hilang dari genggaman. Itulah sifat manusia.
Perhatikan diri kita apakah kita sudah mengelola pinjaman Allah dengan baik? Semua yang kita miliki adalah pinjaman dari Allah, termasuk rezeki kita. Tidak ada hak kepemilikan mutlak terhadap apa-apa yang kita miliki dan apa saja yang ada di sekeliling kita. Semuanya berasal dari Allah dan hanya milikNya. Kita hanya bisa memakainya. Jika Allah berkehendak Dia bisa menghilangkan emas segede gunung. Kalau Allah mau makanan sebanyak pasar makanan pun tidak bisa kita makan satupun. Bahkan kita sendiripun tidak berhak atas keabadian badan kita. Kita bertambah tua, mendekati kematian sampai tiba saatnya ajal menjemput kembali ke asalnya Allah Rabbul Alamin.
Apakah kita sudah mengelola pinjaman Allah dengan baik? Apakah kita lebih banyak menengok janda-janda tua yang miskin, bukan janda muda untuk dipacari. Tanyalah diri kita, mata digunakan untuk apa? Melihat barang-barang indah tapi haram? Atau melihat kesusahan orang banyak lantas tergerak membantu? Telinga ini dibawa untuk mendengar apa? Mendengar keburukan orang lantas menyebarkan lebih jauh lagi? Atau mendengar jeritan laparnya tetangga yang tak punya, lalu melangkahkan kaki untuk membantu? Semakin banyak kita merenung tentang pinjaman-pinjaman Allah, nikmatNya, rezekiNya akan semakin membantu kita menghargai segala rezeki dan pemberianNya.
Akan halnya jika kita banyak membandingkan diri dengan rezeki orang lain maka kita tidak akan pernah bersyukur karena selalu merasa kurang dan merasa Alah tidak adil pada kita. Bagaimana kita menghadapkan muka minta tambah rezeki pada Allah? Apakah tidak malu, kita belum bersyukur tapi terus-terusan minta tambah? Allah itu tidak harus diminta baru memberi. Kalau kita bisa memanfaatkan rezeki Allah dijalanNya, Dia tidak akan segan-segan untuk memberikan tambahan rezeki pada kita.
Terakhir, kembali lagi ke pertanyaan alam kubur, bahwa semua pinjaman Allah, semua rezekinya akan dipertanyakan ulang, kemana dan untuk apa kita gunakan? Bagaimana? Anda bisa menjawab?
Wallahu alam.
Akan halnya jika kita banyak membandingkan diri dengan rezeki orang lain maka kita tidak akan pernah bersyukur karena selalu merasa kurang dan merasa Alah tidak adil pada kita. Bagaimana kita menghadapkan muka minta tambah rezeki pada Allah? Apakah tidak malu, kita belum bersyukur tapi terus-terusan minta tambah? Allah itu tidak harus diminta baru memberi. Kalau kita bisa memanfaatkan rezeki Allah dijalanNya, Dia tidak akan segan-segan untuk memberikan tambahan rezeki pada kita.
Terakhir, kembali lagi ke pertanyaan alam kubur, bahwa semua pinjaman Allah, semua rezekinya akan dipertanyakan ulang, kemana dan untuk apa kita gunakan? Bagaimana? Anda bisa menjawab?
Wallahu alam.
Blog menarik untuk dibaca dan semoga menjawab semua pertanyaan semua yang lagi galau
ReplyDeleteTerima kasih Mas...mudah-mudahan bermanfaat.
Delete