Pengemis Bohongan, Bolehkah Disedekahi?

Pengemis instan.

  • Sekarang ini adalah zaman instan, banyak orang yang mau kaya secara instan, mau terkenal secara instan bahkan makanan instan pun laris di pasaran. Bagaimana dengan pengemis instan? Banyak orang yang mengalami kesulitan hidup dan mencari profesi yang gak perlu kerja terlalu keras tapi hasilnya lumayan. Akhirnya pilihan mereka jatuh pada profesi pengemis. Cukup pakai outfit compang camping dan kumuh, sediakan kaleng trus pasang tampang memelas di sudut-sudut jalan di mana banyak orang lewat, dan tunggulah rupiah demi rupiah yang dilemparkan orang di kaleng tersebut.

  • Pernah kita baca di berita betapa seorang pengemis memiliki penghasilan sampai berjuta-juta dari hasil mengemis.. Uang itu dikumpulnya dalam gerobak sampah dan niatnya pengen dipake naik haji. Kita yang menontonnya langsung berdecak kagum..WOW..
  • Profesi pengemis adalah profesi yang menjanjikan materi tanpa perlu keterampilan khusus dan kerja keras seperti halnya pekerjaan kasar lain seperti buruh bangunan, tukang tambal ban, ataupun pembantu rumah tangga.. Para pengemis instan ini jumlahnya bertambah saat bulan suci ramadhan karena pada bulan ini kecenderungan orang bersedekah sangat tinggi. 

Bersedekah pada pengemis bohongan..

  • Pada artikel sebelumnya saya telah menulis, " pada pengemis yang meminta haruskah selalu memberi?" kecenderungan meningkatnya jumlah pengemis di sekitar kita dan bagaimana menyikapi fenomena ini. Adalah tabiat manusia untuk memiliki sifat iba dan suka berbagi. Begitu melihat pengemis yang menadahkan tangan, kita langsung iba dan tergerak memberi sebagian rezeki yang kita punyai. Tapi tak semua pengemis itu benar-benar miskin. Tak sedikit diantaranya yang sebenarnya hidup layak tapi menjadikan mengemis sebagai profesi. Mereka ini orang mampu yang pura-pura susah demi mengais rupiah dari rasa kasihan orang lain. Mereka menjual kemiskinannya hanya untuk mendapatkan uang.
  • Bagaimana menyikapi pengemis bohongan ini? Bolehkah bersedekah sama mereka. Takutnya mereka jadi tambah malas.
baca : bolehkah mencari rezeki dengan minta-minta?
  • Kata Uztad Khalid Basalamah, jika menemui hal seperti ini yang kita lakukan adalah : 

(1) Tangan di atas lebih baik.
  • Perhatikan hadits Rasulullah berikut ini :


  • Tangan di atas maksudnya posisi tangan mereka yang suka memberi. Jauh lebih baik mereka yang tangannya di atas dibanding mereka yang tangannya di bawah. Meski sesungguhnya yang meminta itu jauh lebih kaya, tapi yang memberi jauh lebih baik. 
  • Terlebih bagi mereka yang fakir, memberi itu sangat mulia. Saking pentingnya urusan memberi ini Rasulullah sampai meminta kita kalo pun hanya punya 1 butir kurma, begitu liat orang susah, lagi lapar, hendaknya kurmanya dibagi dua, setiap orang dapat setengah butir. Seperti itu motivasi dalam agama.

(2) Memberi pasti dapat pahala. 
  • Jika ada yang mengatakan gak usah memberi karena melatih pengemis jadi malas, terbiasa dan gak mau bekerja, padahal tubuhnya sehat dan mampu kerja. Apakah ada jaminan bahwa pengemis itu memang bisa dapat pekerjaan? Kita tahu nyari pekerjaan sekarang ini kan susah. Sarjana aja banyak yang nganggur. Gak ada yang tau pasti apa yang telah dilalui pengemis itu. Mungkin saja sebelumnya dia pernah nyari kerja tapi gak ada yang mau kasi kerjaan ke dia. Akhirnya karena tuntutan perut ia kembali lagi ke profesi awalnya, minta-minta.
  • Jangan menarik potensi untuk mendapatkan pahala hanya karena prasangka yang belum tentu benar pada orang lain. Beri saja, bukankah memberi itu sedekah, apalagi pada mereka yang minta, artinya mereka sangat butuh. Kalo gak pasti mereka juga ogah meminta kan..? Sedekah itu pahalanya bisa sampai 700 kali lipat lho.. Masa' kesempatan buat dapat pahala kita sia-siakan...??

(3) Tugas kita hanya memberi.
  • Kalo ada yang meminta, kasi saja. Tugas kita hanya memberi dan bukan menilai apa mereka bohong, apa mereka nipu, apa mereka digerakkan orang lain, apa mereka dieksploitasi. Kalo pun mereka nipu atau bohong itu bukan urusan kita, itu urusan mereka sama Allah..
  • Karena Allah gak membebankan tugas pada kita untuk menilai mereka ini bohong atau enggak.. Misalnya, kita lagi kumpul dan ada orang bawa proposal mesjid dan kita semua nyumbang, eh belakangan ketauan kalo mereka ini bohong, duitnya di bawa lari dan proposalnya palsu belaka. Apakah kita rugi? Sama sekali enggak ! Kita tetap dapat pahala sesuai dengan niat kita sedekah untuk bangun mesjid tadi. Yang nipu itu yang rugi dan dapat dosa karena kelakuannya.
  • Lagipula kita kan gak dituntut harus ngasi sebanyak-banyaknya? Kita cuma disuruh ngasih seikhlasnya. Berapa isi duit di kantong, kasiin ke mereka, udah gitu lupain.. Jadi gak perlu kaya dulu, banyak duit dulu baru mau memberi, karena ajal gak pernah nunggu kita kaya dan banyak duit dulu baru dijemput..
  • Jadi gak ada celah bagi kita buat gak ngasi orang yang meminta.

(4) Gak boleh ngasi kalo jelas untuk maksiat.
  • Kapan kita gak bole ngasi mereka yang minta? Kalo kita tahu seseorang itu ahli maksiat dan uang atau harta yang dia minta udah jelas-jelas akan dia gunakan untuk melakukan maksiat, maka kita boleh gak ngasi, boleh menolak memberi. Misalnya minta duit buat mabok, buat beli narkoba, buat bayar pelacur untuk zina, buat bayar preman mukulin orang.. 
  • Asal kita tahu dengan pasti, itu boleh nolak. Kita wajib mencegah kemaksiatan merajalela. Dan jika kita tau seseorang minta duit buat maksiat kita wajib menolak permintaannya..
  • Gak usah liat tampangnya...pelaku maksiat banyak yang tampak rapi, necis dan berpendidikan tapi sukanya minta-minta. Kalo liat mereka ini, sebesar apapun kita suka padanya dan seberapa murah hatipun kita, mending duitnya dikasi ke yang lain aja deh. Daripada kita dimintai pertanggung jawab di akhirat karena turut menyuburkan maksiat.
Udah jelas kan gimana agama ngajarin kita untuk menjadi pribadi yang murah hati? Kalo ada yang minta kasi aja. Itu potensi buat dapetin pahala sedekah. Bukan tugas kita buat menilai kelakuan mereka yang minta-minta. Tugas kita hanya memberi dan dapat pahala. Titik !!! Berpindahnya kepemilikan dari kita ke orang lain lewat pemberian maka tanggung jawab juga berpindah. Terserah dia mau gunakan apa uang itu..akan menjadi tanggung jawab pribadinya dengan Allah..

Gak ada celah untuk gak memberi..

Wallahu alam..

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?