Rawatlah Jiwamu

Merawat Jiwa

Orang disebut manusia / insan karena memiliki jiwa. Badan yang berwujud ini secara rutin diberi nutrisi, dirawat bila sakit, dan mendapat perhatian. Apakah jiwa sudah mendapat pemeliharaan yang semestinya, seperti halnya saat kita memperlakukan badan ?
Jiwalah yg mendorong perbuatan, dan secara kolektif menjadi motor penggerak peradaban.



Abu Lahab memiliki postur yg menawan, pengaruh, kekayaan dan sumberdaya lainnya. Tapi jiwanya tertutup, terbelenggu oleh arogansi dan kesewenang-wenangan.
Bilal, dari kalangan orang-orang lemah, tapi memiliki jiwa yang hidup, mampu menangkap pesan-pesan ilahiah. Derajat jiwanya mulia, sebagaimana para sahabat, yg menerima seruan-seruan iman.

Allah menyebut dalam Surat Asy Syams ayat 9 -10:
Qod aflaha man zakkaha (beruntunglah orang-orang yang membersihkan jiwanya). Wa qod khoba man dassaha (dan celakalah orang-orang yang mengotori jiwanya)
Jiwa perlu diperhatikan dan dirawat, bebaskan ia dari benih-benih: kedengkian, kesombongan, kelalaian.
Tumbuhkan benih-benih rindu dan cinta kepada yg Maha Cinta. Jangan biarkan ia menderita dan terlantar.

"Nafs (jiwa) dalam jasad itu bagaikan burung yang terkurung dalam sangkar, merindukan kebebasannya di alam lepas, menyatu kembali dengan alam rohani, yaitu alam asalnya. Setiap kali ia mengingat alam asalnya, ia pun menangis karena rindu ingin kembali.”Ibn Sina.
Kelak, ketika jadwal pulang sudah tiba, yang dipanggil adalah jiwa yg tenang.
"Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan rasa puas, dengan segala nikmat yang diberikan, lagi diridhaiNya. Masuklah ke dalam jamaah hamba-hambaKu. Masuklah ke dalam surgaKu”–(Qs. Fajr: 27-30)
Bangunlah jiwanya, bangunlahlah badannya, itu salah satu lirik dari lagu kebangsaan kita Indonesia Raya. Merawat jiwa, bukan dengan meninggalkan dunia, sehingga dunia dikepung berbagai  ketidakberesan. Jiwa yg menyala terus berikhtiar secara sadar, agar dunia dipenuhi taman-taman kebajikan, keutamaan, dan keadilan. Bukan ketamakan, kedengkian, keburukan dan kejahatan.

MENCARI JALAN PULANG 

Kawan. !!!!
Kita bukan penduduk bumi...
Kita adalah penduduk surga...
Kita tidak berasal dari bumi...
Tapi kita berasal dari surga...
Maka carilah bekal untuk kembali ke rumah...
Kembali ke kampung halaman...
Dunia bukan rumah kita...
Maka jangan cari kesenangan yg berlebih di dunia...
Kita hanya pejalan kaki dalam perjalanan kembali ke rumahNya.
Bukankah mereka yang sedang dalam perjalanan pulang selalu mengingat rumahnya dan mereka mencari buah tangan untuk kekasih hatinya yang menunggu di rumah?


Kawan, lantas....
Apa yang kita bawa untuk penghuni rumah kita, Rabb yang mulia?
Dia hanya meminta amal sholeh dan keimanan, serta rasa rindu padaNya yang menanti di rumah.
Begitu beratkah memenuhi harapanNya?


Kawan. !!!!
Kita tidak berasal dari bumi...
Kita adalah penduduk surga...
Rumah kita jauh lebih indah di sana.
Kenikmatannya tiada terlukiskan...
Dihuni oleh orang-orang yang mencintai kita...
Serta tetangga dan kerabat yang menyejukkan hati.
Mereka rindu kehadiran kita...
Setiap saat menatap menanti kedatangan kita...
Mereka menanti kabar baik dari Malaikat Izrail...
Kapan keluarga mereka akan pulang?


Kawan!!!!
Ikutilah peta (Al-Qur'an) yang Allah titipkan sebagai pedoman perjalanan., kita kaji, baik; segi bacanya  telaah isi dan juga hafalannya.
Jangan sampai salah arah dan berbelok ke rumahnya Iblis Laknatullah yaitu jalan ke Neraka Jahannam.

Kawan!!!
Kita bukan penduduk bumi...
Kita penduduk surga..
Bumi hanyalah dalam perjalanan...
Kembalilah ke rumah.
Selamat berikhtiar kawan, carilah rezekimu di dunia untuk mengantarmu kembali ke rumahmu di surga yang abadi.
Bismillah...

Baca juga : ciri-ciri orang cerdas (dan murah rezeki)

Wallahu alam...

Comments

Popular posts from this blog

Bolehkah Menolak Rezeki?

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Doa Agar Rezeki Tak Terputus