Riba Mengambil Alih Rezeki Kita
Riba Yang Membinasakan.
Sebuah pendapat tentang riba yang mungkin bisa menambah wawasan dan membuka pikiran kita. Tulisan ini saya temukan dan sharing di sini semata-mata untuk memperlihatkan pikiran penulisnya tentang sebuah realita yang umum terjadi di sekitar kita dan ditengarai sebagai pemicu kekacauan hidup serta mengambil alih rezeki kita.
Tulisan ini dimulai dengan problematika harian, lonjakan harga bahan pokok. Bila hari-hari ini harga cabe, daging dan bahan makanan lainnya melonjak trus siapa yang paling pantas disalahkan ? Saya menyalahkan riba ! Kok bisa ? Bagaimana riba menyebabkan harga pangan melonjak ? Inilah kesempatan bagi kita untuk bisa memahami dampak buruk riba yang seringkali kita sepelekan . Dampak itu begitu langsung dan nyata bukan hanya sekedar teori, maka setelah datang petunjukNya yang begitu jelas itu, apakah kita masih hendak melanggengkan sistem ribawi dalam pengelolaan ekonomi kita ? Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Yang namanya haram udah gak ada tawar menawar lagi, GAK BOLEH dilakukan..
Untuk memahami dampak buruk riba pada melonjaknya harga pangan secara mudah, saya uraikan secara ringkas melalui tiga poin berikut.
PERTAMA
Poin pertama yang kita pelajari sejak kita belajar ekonomi di tingkat sekolah menengah dahulu, harga dibentuk oleh mekanisme supply and demand. Ketika supply (persediaan) terbatas sedangkan demand (permintaan) tinggi, pasti harga melonjak.
Permintaan kita terhadap daging selalu tinggi karena penduduk kita besar dan mayoritasnya ingin bisa makan daging, permintaan cabe juga tinggi karena begitu banyak menu masakan kita yang enak-enak membutuhkan cabe sebagai pemberi rasa pedas yang nikmat. Di sisi persediaan, barang-barang itu cenderung terbatas karena tidak banyak yang mau beternak, yang mau bertani, menanam cabe dan lain-lain.
KEDUA
Poin kedua mengapa orang enggan beternak dan bertani ? Beternak dan bertani adalah usaha yang beresiko relatif tinggi, sementara hasilnya tidak tinggi-tinggi amat. Bila Anda beternak atau bertani dengan hasil 15 %-20% per tahun misalnya, maka itu sudah sangat bagus. Kalau untuk usaha ini Anda harus berbagi dengan pemodal 50/50 misalnya, maka Anda mendapatkan hasil 7.5% -10% dan demikian pula pemodal Anda. Menarikkah hasil sekitar 7.5 % -10% ini bagi Anda yang hendak bertani atau investor Anda yang mendapatkan hasil bersih yang sama ?
KETIGA
Inilah poin ketiga dimana riba berperan, dengan hasil yang 7.5% - 10 % sekalipun – investor kebanyakan belum akan tertarik, mengapa ? Karena mereka akan bandingkan investasinya dengan investasi yang aman dan dijamin oleh pemerintah dan rakyatnya, yaitu investasi deposito yang dengan mudah memberikan hasil di kisaran 6 % tanpa resiko !
Investor kebanyakan akan dihadapkan pada pilihan hasil pertanian 7.5% - 10 % tetapi beresiko, atau menaruh uang di bank saja memberikan hasil di kisaran 6 % tetapi tidak beresiko. Pilihan kebanyakan orang yang memiliki uang apa kira-kira ? Mayoritas mereka akan memilih menaruh uangnya di bank saja yang tanpa resiko !
Maka dengan 3 poin tersebut Anda sudah akan bisa melihat begitu gamblang bagaimana riba memenangkan persaingan, melawan produksi pertanian dalam meraih hati kebanyakan orang yang memiliki uang. Melalui proses seperti inilah riba mengambil sumber-sumber rezeki kita.
Mungkin akan timbul pertanyaan bagi Anda, bagaimana dengan negara-negara lain ? bukankah mereka juga negara-negara ribawi ? Kok mereka bisa survive (bertahan hidup) dengan pertaniannya bahkan sampai bisa mengekspor produksinya ke kita ?
Riba juga ada di negara-negara pengekspor hasil pertanian ke kita, dan hasil pertaniannya sebenarnya juga tidak terlalu jauh dengan hasil pertanian di negeri kita. Yang membedakannya adalah suku bunga deposito di negara-negara mereka rata-rata sangat rendah dibandingkan tingkat suku bunga deposito di negeri kita.
Amerika mengekspor kedelai ke kita, suku bunga deposito mereka hanya sekitar 1.35 % per tahun rata-rata. Artinya kalau petani kedelai mereka menghasilkan return (laba) bersih sama dengan kita 7.5 % - 10% pun orang sudah akan mau invest di kedelai.
Belanda suku bunga deposito rata-rata hanya 0.05 %, artinya kalau peternak susunya bisa memberikan hasil 5 % saja pertahun – itu sudah 100 x lebih besar dibandingkan bunga deposito mereka, maka peternak susu sapi mereka tidak ada kesulitan untuk mengumpulkan modal.
Australia dan Selandia Baru tingkat suku bunga depositonya di kisaran 3% - 3.5%, artinya kalau peternak sapi pedaging mereka menghasilkan hasil bersih 7.5 % saja bagi investornya, itu sudah lebih dari dua kali lipat dari suku bunga deposito perbankan mereka.
Dari sini kita bisa melihat polanya dengan jelas bahwa seluruh negara-negara yang berhasil mengalahkan kita dalam perdagangan bahan pangan adalah negara-negara d yang tingkat suku bunga perbankannya lebih rendah dari kita.
Bayangkan bila negara yang masih menggunakan sistem riba – tetapi dengan tingkat bunga yang lebih rendah saja sudah dapat dengan mudah mengalahkan negara yang tingkat suku bunganya lebih tinggi, apalagi negara yang tanpa riba pasti mampu mengalahkan kekuatan ekonomi negara-negara lainnya yang masih menggunakan riba.
Maka inilah peluang kita sesungguhnya, bukan hanya mencukupi kebutuhan makanan dalam negeri dengan harga yang terjangkau – lebih dari itu bila bisa menghilangkan riba kita akan bisa unggul dalam produksi dan perdagangan bahan pangan dibandingkan negara-negara lain yang masih menggunakan riba.
Meskipun peran riba yang begitu nyata dalam menghancurkan ekonomi persis seperti yang dingatkanNya langsung (QS 2:275-279), ironinya di negeri yang mayoritas muslim ini – saya belum pernah mendengar satupun (calon) pemimpin daerah maupun pusat, muslim maupun non muslim, daerah istimewa maupun yang tidak istimewa – belum pernah ada yang mencanangkan untuk menghilangkan riba sebagai programnya untuk memakmurkan rakyatnya.
Mestinya sekaranglah waktunya umat ini untuk memilih pemimpinnya dengan benar, yaitu dengan menyodorkan kontrak kerja terhadapnya – bahwa bila mereka bener-bener terpilih nanti, mereka harus memiliki program untuk menghilangkan riba di wilayahnya – karena itulah satu-satunya jalan untuk menghadirkan kemakmuran yang sesungguhnya bagi negeri ini.
Riba itu apa?
Riba menurut wikipedia, berarti menetapkan bunga/melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok, yang dibebankan kepada peminjam. Riba secara bahasa bermakna: ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain, secara linguistik riba juga berarti tumbuh dan membesar . Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil. Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam.
PERTAMA
Poin pertama yang kita pelajari sejak kita belajar ekonomi di tingkat sekolah menengah dahulu, harga dibentuk oleh mekanisme supply and demand. Ketika supply (persediaan) terbatas sedangkan demand (permintaan) tinggi, pasti harga melonjak.
Permintaan kita terhadap daging selalu tinggi karena penduduk kita besar dan mayoritasnya ingin bisa makan daging, permintaan cabe juga tinggi karena begitu banyak menu masakan kita yang enak-enak membutuhkan cabe sebagai pemberi rasa pedas yang nikmat. Di sisi persediaan, barang-barang itu cenderung terbatas karena tidak banyak yang mau beternak, yang mau bertani, menanam cabe dan lain-lain.
KEDUA
Poin kedua mengapa orang enggan beternak dan bertani ? Beternak dan bertani adalah usaha yang beresiko relatif tinggi, sementara hasilnya tidak tinggi-tinggi amat. Bila Anda beternak atau bertani dengan hasil 15 %-20% per tahun misalnya, maka itu sudah sangat bagus. Kalau untuk usaha ini Anda harus berbagi dengan pemodal 50/50 misalnya, maka Anda mendapatkan hasil 7.5% -10% dan demikian pula pemodal Anda. Menarikkah hasil sekitar 7.5 % -10% ini bagi Anda yang hendak bertani atau investor Anda yang mendapatkan hasil bersih yang sama ?
KETIGA
Inilah poin ketiga dimana riba berperan, dengan hasil yang 7.5% - 10 % sekalipun – investor kebanyakan belum akan tertarik, mengapa ? Karena mereka akan bandingkan investasinya dengan investasi yang aman dan dijamin oleh pemerintah dan rakyatnya, yaitu investasi deposito yang dengan mudah memberikan hasil di kisaran 6 % tanpa resiko !
Investor kebanyakan akan dihadapkan pada pilihan hasil pertanian 7.5% - 10 % tetapi beresiko, atau menaruh uang di bank saja memberikan hasil di kisaran 6 % tetapi tidak beresiko. Pilihan kebanyakan orang yang memiliki uang apa kira-kira ? Mayoritas mereka akan memilih menaruh uangnya di bank saja yang tanpa resiko !
Maka dengan 3 poin tersebut Anda sudah akan bisa melihat begitu gamblang bagaimana riba memenangkan persaingan, melawan produksi pertanian dalam meraih hati kebanyakan orang yang memiliki uang. Melalui proses seperti inilah riba mengambil sumber-sumber rezeki kita.
Mungkin akan timbul pertanyaan bagi Anda, bagaimana dengan negara-negara lain ? bukankah mereka juga negara-negara ribawi ? Kok mereka bisa survive (bertahan hidup) dengan pertaniannya bahkan sampai bisa mengekspor produksinya ke kita ?
Riba juga ada di negara-negara pengekspor hasil pertanian ke kita, dan hasil pertaniannya sebenarnya juga tidak terlalu jauh dengan hasil pertanian di negeri kita. Yang membedakannya adalah suku bunga deposito di negara-negara mereka rata-rata sangat rendah dibandingkan tingkat suku bunga deposito di negeri kita.
Amerika mengekspor kedelai ke kita, suku bunga deposito mereka hanya sekitar 1.35 % per tahun rata-rata. Artinya kalau petani kedelai mereka menghasilkan return (laba) bersih sama dengan kita 7.5 % - 10% pun orang sudah akan mau invest di kedelai.
Belanda suku bunga deposito rata-rata hanya 0.05 %, artinya kalau peternak susunya bisa memberikan hasil 5 % saja pertahun – itu sudah 100 x lebih besar dibandingkan bunga deposito mereka, maka peternak susu sapi mereka tidak ada kesulitan untuk mengumpulkan modal.
Australia dan Selandia Baru tingkat suku bunga depositonya di kisaran 3% - 3.5%, artinya kalau peternak sapi pedaging mereka menghasilkan hasil bersih 7.5 % saja bagi investornya, itu sudah lebih dari dua kali lipat dari suku bunga deposito perbankan mereka.
Dari sini kita bisa melihat polanya dengan jelas bahwa seluruh negara-negara yang berhasil mengalahkan kita dalam perdagangan bahan pangan adalah negara-negara d yang tingkat suku bunga perbankannya lebih rendah dari kita.
Bayangkan bila negara yang masih menggunakan sistem riba – tetapi dengan tingkat bunga yang lebih rendah saja sudah dapat dengan mudah mengalahkan negara yang tingkat suku bunganya lebih tinggi, apalagi negara yang tanpa riba pasti mampu mengalahkan kekuatan ekonomi negara-negara lainnya yang masih menggunakan riba.
Maka inilah peluang kita sesungguhnya, bukan hanya mencukupi kebutuhan makanan dalam negeri dengan harga yang terjangkau – lebih dari itu bila bisa menghilangkan riba kita akan bisa unggul dalam produksi dan perdagangan bahan pangan dibandingkan negara-negara lain yang masih menggunakan riba.
Meskipun peran riba yang begitu nyata dalam menghancurkan ekonomi persis seperti yang dingatkanNya langsung (QS 2:275-279), ironinya di negeri yang mayoritas muslim ini – saya belum pernah mendengar satupun (calon) pemimpin daerah maupun pusat, muslim maupun non muslim, daerah istimewa maupun yang tidak istimewa – belum pernah ada yang mencanangkan untuk menghilangkan riba sebagai programnya untuk memakmurkan rakyatnya.
Mestinya sekaranglah waktunya umat ini untuk memilih pemimpinnya dengan benar, yaitu dengan menyodorkan kontrak kerja terhadapnya – bahwa bila mereka bener-bener terpilih nanti, mereka harus memiliki program untuk menghilangkan riba di wilayahnya – karena itulah satu-satunya jalan untuk menghadirkan kemakmuran yang sesungguhnya bagi negeri ini.
Bahayanya Riba
1. Harta menjadi gak berkah.
Berapapun harta yang diperoleh dari hasil riba gak akan bermanfaat sedikitpun bagi pemiliknya. Meskipiun kelihatan jumlahnya banyak, tapi manfaatnya belum tentu sebanding...Bisa saja harta itu menggelincirkannya ke jurang kemaksiatan, diberi penyakit kronis yang membuatnya harus menghabiskan harta untuk berobat atau hidupnya celaka terus menerus, anak narkoba, isteri selingkuh atau dirinya sendiri dipenjara... (baca : ciri-ciri rezeki yang tidak berkah).
Apapun harta yang diperoleh dari riba akan dimusnahkan Allah seperti janjinya dalam ayat di bawah ini :
2. Menyerupai orang gila dan kekal di neraka.
Anda tentu tahu bagaimana tabiat orang gila? Makan kotoran pun dia gak keberatan karena akal sehatnya udah gak jalan..
Orang yang mengambil riba diibaratkan seperti orang gila yang sebenarnya pikirannya waras tapi tindakannya jauh dari waras..
Orang yang melakukan praktek riba jika sampai mati belum juga taubat dipastikan akan menjadi penghuni neraka selamanya...dipastikan kekal.. Sungguh celaka. Hidup di dunia gak berkah, mati masuk neraka, kekal pula di dalamnya, naudzu billah min dzalik.
3. Berenang di sungai darah..
Masuk neraka aja udah mengerikan apalagi sampe berenang di sungai darah? Betapa menyedihkan nasib pelaku riba di neraka sebagaimana digambarkan oleh hadits di bawah ini...
4. Sedekahnya tertolak.
Allah itu Maha Baik dan hanya menerima yang baik..Jadi kalo sumbernya gak baik, dari hasil maksiat, menentang Allah termasuk riba, jangan harap pahala sedekahnya bisa diterima.
5. Doa tertolak..
Betapa celakanya kita jadi hamba jika harapan kita pada Allah tertolak. Kita ingin doa kita diijabah oleh Allah, tapi jika hidup kita berhias yang haram, maka pupuslah harapan itu.
Sekarang paham kah anda jika dikatakan riba mengambil alih rezeki kita, menghilangkan keberkahannya, menjadikan kita penghuni neraka, dilaknat, dikutuk serta semua amal kebajikan termasuk sedekah tertolak dan satu-satunya harapan memohon pertolongan yaitu doa pun tertolak..?
Naudzubillahi min dzalik..
baca juga : efek dari rezeki haram
Wallahu alam...
kalo kredit mobil atau motor termasuk riba juga ya?
ReplyDeleteJual beli secara kredit atau yang dikenal dengan sebutan bai’ut taqsîth yaitu jual-beli barang dengan sistem pembayaran dicicil dalam jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan dua belah pihak. Mengenai hukum jual-beli dengan cara seperti ini, para Ulama berbeda pendapat, ada yang menghukuminya haram, ada yang mengatakan sah dan ada pula kelompok ketiga yang pertengahan antara boleh dan tidak tetapi lebih cenderung memakruhkan. Mereka berhujjah dengan keumuman firman Allâh Azza wa Jalla, “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.” [An-Nisa’/4:29]. Yang mengatakan boleh jika memenuhi persyaratan sebagai berikut 1) Harga harus disepakati pada awal transaksi. Meskipun pelunasannya dilakukan kemudian. Misalnya: harga motor 12 juta bila dibayar tunai dan 15 juta bila dibayar dalam tempo 3 tahun, 2)Tidak boleh diterapkan sistem perhitungan bunga apabila pelunasan mengalami keterlambatan sebagaimana yang sering berlaku, 3) Pembayaran cicilan disepakati kedua belah pihak dan tempo pembayaran dibatasi sehingga terhindar dari praktek bai` gharar (penipuan).
DeleteSaya tidak berani mengatakan apakah riba atau tidak, tergantung prakteknya dan keyakinan masing-masing orang... Jika ingin terhindar dari riba dan semacamnya, silakan menabung sehingga bisa membeli secara tunai, mobil/motor bekas pun tak apa, supaya nantinya kalau kita mendapatkan barang yang diinginkan tetap mendapatkan keberkahan dan keridhaan Allah ta'ala. Ulama menyatakan, "Barang siapa meninggalkan suatu hal karena Allah, niscaya Allah akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik."
Wallahu alam..