Hidup Bukan Untuk Menunjukkan Siapa yang Paling Penting

ARTIKEL KE 789   

Anakku ranking 23 ...  

Sebuah cerita yang menggugah hati setiap orang tua..
Di kelasnya ada 25 orang murid, setiap kenaikan kelas, anak perempuanku selalu mendapat ranking ke-23. Lambat laun ia dijuluki dengan panggilan nomor ini. Sebagai orangtua, kami merasa panggilan ini kurang enak didengar, namun anehnya anak kami tidak merasa keberatan dengan panggilan ini.
Pada sebuah acara keluarga besar, kami berkumpul bersama di sebuah restoran. Topik pembicaraan semua orang adalah tentang jagoan masing-masing. Anak-anak ditanya apa cita-cita mereka kalau sudah besar? Ada yang menjawab jadi dokter, pilot, arsitek bahkan presiden. Semua orang pun bertepuk tangan. Tapi anak perempuan kami terlihat sangat sibuk membantu anak kecil lainnya makan. Semua orang mendadak teringat kalau hanya dia yang belum mengutarakan cita-citanya.

baca juga : Apapun impian anda semua mudah bagi Allah



Didesak orang banyak,akhirnya dia menjawab ,,,
"Saat aku dewasa,cita-citaku yang pertama adalah menjadi guru TK, memandu anak-anak menyanyi, menari lalu bermain-main". Jawabnya percaya diri.
Demi menunjukkan kesopanan,semua orang tetap memberikan pujian, kemudian menanyakan apa cita-citanya yang kedua.
Dia pun menjawab ,
"Saya ingin menjadi seorang ibu, mengenakan kain celemek bergambar Doraemon dan memasak di dapur, kemudian membacakan cerita untuk anak-anakku dan membawa mereka ke teras rumah untuk melihat bintang."
Semua sanak keluarga saling pandang tanpa tahu harus berkata apa. Nampak raut muka suamiku pun terlihat canggung sekali.
Sepulangnya kami kembali ke rumah, suamiku mengeluhkan kepadaku, apakah aku akan membiarkan anak perempuan kami kelak "hanya" menjadi seorang guru TK?
Aku terdiam tak menjawab apa-apa.

Perlakukan anak sebagai teman

Akhirnya kami memutuskan untuk memaksimalkan potensinya agar dia tak berada di urutan terakhir lagi.
Anak kami pun sangat penurut, dia tidak lagi membaca komik, tidak lagi membuat origami, tidak lagi banyak bermain. Bagai seekor burung kecil yang kelelahan, dia harus ikut les belajar sambung menyambung, buku pelajaran dan buku latihan dikerjakan terus tanpa henti. Sampai akhirnya tubuh kecilnya tidak bisa bertahan lagi. Ia terserang flu berat dan radang paru-paru. Akan tetapi hasil ujian semesternya membuat kami tidak
tahu mau tertawa atau menangis, tetap saja rangking 23.


baca juga : Ma, aku ke surga dulu, terlalu lelah rasanya di sini

Kami memang sangat sayang pada anak kami ini, namun kami sungguh tidak memahami bagaimana dia mendapat nilai di sekolahnya.
Pada suatu minggu, teman-teman sekantor mengajak pergi rekreasi bersama. Semua orang membawa serta keluarga mereka. Sepanjang perjalanan penuh dengan tawa, ada anak yang bernyanyi, ada juga yang memperagakan kebolehannya.

Anak kami tidak punya keahlian khusus, hanya terus bertepuk tangan dengan sangat gembira. Dia seringkali lari ke belakang untuk mengawasi bahan makanan,merapikan kembali kotak makanan yang terlihat sedikit miring, mengetatkan tutup botol yang longgar atau mengelap wadah sayuran yang meluap ke luar. Dia sibuk sekali bagaikan seorang pengurus rumah tangga cilik.
Ketika makan, ada satu kejadian tak terduga. Dua orang anak lelaki teman kami, satunya si jenius matematika, satunya lagi ahli bahasa Inggris berebut sebuah kue. Tiada seorang pun yang mau melepaskannya, juga tidak mau saling membaginya. Para orang tua membujuk mereka, namun tak berhasil. Terakhir anak kamilah yang berhasil melerainya dengan merayu mereka untuk berdamai.

Ketika pulang, jalanan pun padat dan macet. Anak-anak mulai terlihat gelisah. Anakku membuat guyonan dan terus membuat orang-orang semobil tertawa tanpa henti. Tangannya juga tidak pernah berhenti, dia mengguntingkan berbagai bentuk binatang kecil dari kotak bekas tempat makanan. Sampai ketika turun dari mobil bus,setiap orang mendapatkan guntingan kertas berbentuk hewan masing-masing dan mereka terlihat begitu gembira.

Anak-anak adalah guru terbaik kehidupan
yang dikirim Allah SWT buat orang tua

Selepas ujian semester, aku menerima telpon dari wali kelas anakku. Pertama-tama dia mendapatkan kabar kalau rangking sekolah anakku tetap 23. Namun dia mengatakan ada satu hal aneh yang terjadi. Hal yang pertama kali ditemukannya selama lebih dari 30 tahun mengajar. Dalam ujian bahasa ada sebuah soal tambahan. Dalam soal itu tertera: SIAPA TEMAN SEKELAS YANG PALING KAMU KAGUMI DAN APA ALASANNYA?
Dan jawaban dari semua teman sekelasnya sama, tak ada satu pun yang beda. Mereka serentak menuliskan nama anakku.
Mereka bilang karena anakku sangat senang membantu orang, selalu memberi semangat, selalu menghibur, selalu enak diajak berteman,dan banyak lagi.
Si wali kelas memberi pujian ,
"Anak ibu ini kalau bertingkah laku pada orang lain, benar-benar tak ada duanya".
Tak berselang lama aku mencandai anakku dan berkata padanya,
"Suatu saat kamu akan jadi pahlawan".
Anakku yang sedang merajut selendang leher tiba-tiba menjawab ,
"Bu guru pernah mengatakan sebuah pepatah, ketika pahlawan lewat, harus ada orang yang bertepuk tangan di tepi jalan."
Dia lalu melanjutkan ,,,
"Bunda... Aku tidak mau jadi pahlawan. Aku mau jadi orang yang bertepuk tangan di tepi jalan saja."


Aku terkejut mendengarnya. Dalam hatiku pun terasa hangat seketika. Seketika hatiku tergugah oleh anak perempuanku. Di dunia ini banyak orang yang bercita-cita ingin menjadi seorang pahlawan, jadi orang-orang hebat ataupun orang terkenal. Namun anakku memilih untuk menjadi orang yang tidak 'terlihat'. Seperti akar sebuah tanaman, tidak terlihat, tapi dialah yang mengokohkan, dialah yang memberi makan dan dialah yang memelihara kehidupan yang lain.

baca : orang hebat tidak dihasilkan dengan kemudahan

~  ~  ~
Pembaca,
Hidup itu bukan semata-mata untuk menunjukan siapa yang paling penting, siapa yang paling berperan atau siapa yang paling hebat tapi sederhana saja siapa yang paling bermanfaat bagi yang lain ... Tahukah anda bahwa orang yang paling dicintai Allah SWT adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain?

Kini aku tak lagi keberatan dengan anakku yang rangking 23. Mungkin dia kurang dari segi akademis tapi dia lebih dari segi sosial. Dia mengajarkanku banyak hal..

Wallahu alam...

Comments

Popular posts from this blog

Bolehkah Menolak Rezeki?

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Doa Agar Rezeki Tak Terputus