Pelajaran dari "Drama Penentuan Cawapres 2018"

ARTIKEL KE 806  

Drama Copras Capres 2018  

Penentuan calon wakil presiden Joko Widodo dan Prabowo telah diumumkan beberapa waktu lalu. Setelah melalui lobi-lobi dan pembicaraan tingkat tinggi yang sudah pasti lah ada deal-deal politik antar partai pendukung. Publik yang sebelumnya hanya bisa mereka-reka dan menerka-nerka akhirnya disajikan tontonan yang menghibur layaknya drama.. 
Kita hormati pilihan pak Jokowi yang memilih kyai Ma'ruf Amin yang sudah sepuh untuk mendampinginya jika terpilih menjadi presiden selama 5 tahun ke depan.. Begitu juga pilihan pak Prabowo Subianto atas pengusaha Sandiaga Uno. Saya sih gak ikut-ikutan mendukung salah satu calon tapi lebih tertarik menarik pelajaran dari "drama" penentuan cawapres kemarin..



Apa saja yang bisa dipelajari?
Pelajaran dari Agus Harimurti untuk kita semua: Jangan resign kalau belum dapat kerjaan baru, meskipun dapet rekomendasi dari bapak.
Mas Agus, putra pertama SBY, masih muda, baru berulang tahun ke 40, tahun ini, memilih meninggalkan karier cemerlang sebagai anggota TNI demi menggapai ambisi menjadi Gubernur DKI periode 2018-2023. Meskipun akhirnya kalah bertarung karena warga DKI lebih memilih pasangan Anies dan Sandi, setidaknya beliau sudah mencoba. 
Tak banyak yang tahu apakah Mas Agus meninggalkan kariernya di militer untuk terjun ke politik seperti bapak dan adiknya, karena kemauan sendiri atau keinginan bapaknya? Tak banyak pihak yang tahu pula jika Mas Agus sudah mengukur kemampuannya untuk jadi pemimpin bangsa/masyarakat sebelum bertarung. Karena jadi pemimpin itu tergantung dari kemampuan individu bukan berdasarkan warisan... Bapaknya presiden, anaknya belum tentu bisa jadi presiden....Bapaknya diidolakan oleh sebagian orang, anaknya belum tentu... mereka adalah dua pribadi yang berbeda...
Lalu mengapa mesti resign di usia muda? Boleh dong mencari rezeki dan penghidupan yang lebih baik? Lagipula udah pasti dapat job di partai, wong bapaknya ketua umum... 
Apakah karier jadi tentara kurang bagus dibandingkan politikus? Tergantung penilaian masing-masing ya...Yang jelas fokusnya udah beda, kalo jadi TNI membela negara kalo politikus pastilah membela partai...hehe..
Nasehat di atas khusus buat orang kebanyakan seperti anda dan saya... Jangan resign kalo belum dapat kerjaan baru ya gaes..

Pelajaran dari Pak Mahfud buat kita semua: Jangan cerita-cerita ke orang-orang dapat kerjaan baru kalau belum sign kontrak.
Banyak orang yang bersimpati pada pak Mahfud dan jadi jengkel sama pak Jokowi yang dianggap memPHP pak Mahfud..
Kita gak tau persis apa yang terjadi di balik layar, semua orang sudah mereka-reka kalo calon wapres paka Jokowi berhuruf awal "M", wah semua sudah mengira nama pak Mahfud bakal jadi, ternyata realitanya tak demikian. 
Sementara pak Mahfud meski merasa gak kecewa tapi istilah beliau adalah "terkejut" sambil menceritakan apa yang dialaminya (sudah ukur baju, di suruh nunggu di dekat tempat pengumuman" de el el)..eh nyatanya yang diumumkan bukan beliau...
Mahfud MD bagaimanapun seorang negarawan, mungkin beliau memang gak kecewa dan menyimpan dendam. Toh dari kemampuannya beliau pasti akan dipercaya untuk jabatan lainnya. Jadi nasehat di atas berlaku lagi-lagi buat anda dan saya sebagai orang kebanyakan...yang gampang kecewa dan bisa jadi suka menyimpan dendam..

Pelajaran dari Sandiaga untuk kita semua : Selalu liat peluang baru yang lebih baik. Berani keluarin modal untuk keberhasilan.
Konon kabarnya pak Sandi nawarin duit biar jadi pasangan Pak Prabowo sehingga akhirnya pak Prabowo menjatuhkan pilihan padanya dan meninggalkan Agus Harimurti yang tadinya diusulkan Demokrat untuk mendampingi beliau...
Wallahu alam ya..tapi dalam politik itu udah biasa...
Nasehat untuk selalu melihat peluang baru dan berani keluarin modal (hari gini mana ada yang gratis gaes) berlaku buat siapa aja.. Cawapres tentu lebih bagus dari "hanya" jadi Cagub. Jika di sekitar kita ada kesempatan untuk berkarier lebih baik, mencari rezeki yang jauh lebih banyak dan berkah dan berbuat baik dan beramal dengan mudah, bukankah itu harus dimanfaatkan..? 

Pelajaran dari Ma’ruf Amin buat kita semua: Jangan putus asa jika usia sudah tidak muda lagi, siapa tau keberhasilan datang di usia di atas 60 tahun?
Jangan menyerah hanya karena sudah berumur... Saya pun melanjutkan sekolah dan hunting beasiswa justru di umur 40-an sekarang ini.. Karena pendidikan tak di batasi umur.. begitupun jabatan Capres/Cawapres..yang dibatasi hanya masa jabatannya bukan umurnya...
Jadi jangan menyerah...terus berusaha, mana tau rezekinya justru datang di usia matang atau malah di usia sepuh? Who knows???

KESIMPULAN
Setiap orang punya jalan masing-masing. Jika sudah rezeki pasti tetap akan didapatkan meski orang berspekulasi lain..seperti halnya pada pak Sandi dan pak Ma'ruf Amin di atas. Begitu juga kalo bukan rezeki, meski sudah digadang-gadang dan di mata publik sudah sangat meyakinkan, jika bukan rezeki tak akan didapatkan....
Rezeki tak akan kemana... gak ada istilah rezeki yang nyasar ataupun tertukar karena rezeki tahu benar di mana posisimu dan gak mungkin pula Allah memberi rezeki pada orang yang salah... Maha Suci Allah dari kekurangan seperti itu...

Tetap semangat dan sukses selalu..

Wallahu alam...

Comments

Popular posts from this blog

Bolehkah Menolak Rezeki?

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Doa Agar Rezeki Tak Terputus