Kalo Bisa Beli Kenapa Mesti Minta Gratisan?

ARTIKEL KE 854  

Mental MISKIN Jiwa PENGEMIS  

Gratisan? Siapa yang gak suka...
Semua orang suka ditraktir, dikasi oleh-oleh, dibeliin barang, hadiah, kado, pemberian, lungsuran apapun sebutannya yang penting gak ngeluarin duit buat mendapatkannya itu rasanya happy...
Bahkan untuk promo beli 1 gratis 1 atau bahkan produk yang tulisannya isi 20% lebih banyak cukup menggembirakan kita. Karena merasa memperoleh lebih dari mengeluarkan jumlah  uang yang sama..
Seseorang yang pernah  tinggal di Australia bercerita tentang pengalamannya,...yang mungkin bisa jadi pelajaran buat kita.


Suatu sore, sesudah menikmati secangkir capucino di di sebuah Café yang konon capucino-nya paling enak seantero Australia, dia mampir ke toko roti yang sudah hampir tutup. Membeli sebatang roti kismis dan minta kepada si mbak penjaga toko roti, untuk dipotongkan, sehingga saat tiba rumah gampang, tinggal comot dan makan.
Selesai dipotong dan dibungkus rapi, lalu diserahkan kepadanya. Dan keluarlah lah dari kantongnya lembaran uang 10 dollar untuk membayar roti tersebut.
Tapi ditolak oleh Mbak kasir sambil berucap, "It's free, nothing to pay (gratis, gak perlu bayar)" Sambil tak lupa tersenyum manis padanya..
"Are you sure?” katanya gak paham.... 
"Anda yakin?"
Gadis remaja lainnya yang juga bekerja di toko itu menjelaskan dengan sopan bahwa kalau toko sudah hampir ditutup, roti tidak boleh lagi dijual. Boleh diberikan kepada siapa yang mau atau diantarkan ke Second Hand shop untuk orang yang membutuhkan. Ini salah satu cara toko untuk selalu menjual roti yang baru setiap harinya dan roti bermalam itu gak dibuang ke tong sampah (mubazir) tapi karena masih layak makan diberi pada mereka yang membutuhkan roti tapi tak mampu beli..
Tercengang dia mendengarkan penjelasannya. Terbayang, kalau di Indonesia, kebijakan seperti ini bisa bikin bangkrut toko ini, karena orang bakalan ramai menunggu toko tutup supaya dapat yang gratis!.
Belum selesai ngobrol dengan si mbak, tiba-tiba ada suami istri, yang juga mau belanja roti. Rupanya mereka tanpa disadari sudah mendengar percakapannya dan penjaga toko. Si Suami adalah bule Australia, sedangkan istrinya adalah tipe orang Asia. Si wanita juga minta roti dari si mbak, tapi di cegah oleh suaminya, sambil berkata,

"No darling, please. We have enough money to buy. Why do we have to pick up a free one? Let’s another people who need it more than us take it."
"Jangan sayang, tolong... Kita punya cukup uang untuk membelinya, kenapa kita harus mengambilnya dengan gratis?"
"Biarkan orang lain yang lebih membutuhkannya untuk mengambil roti gratis ini"


Wah... wah, dia merasa tersindir dan wajahnya memerah mendengar kalimat bule itu… Mau marah kok kayaknya gak pantas karena roti udah di tangan, mo mengembalikan juga kok tidak sopan. Akhirnya diapun berlalu sambil ngedumel dalam hati, ”Gini-gini saya ini dulu pengusaha tau”.
Untungnya kekesalan itu gak sampai terucapkan. Karena orang yang bicara itukan suami ke istrinya, masa iya dia tiba-tiba ikut komen ditengah-tengah? Meski kesalnya bukan main dia masih sadar dan gak mau berbuat kesalahan. Karena toh mereka gak omongin siapa-siapa (termasuk dia) … Kalau akhirnya dia merasa tersindir, itu salahnya sendiri. Mengapa gampang sensi dan baper...??

Setiba di rumah dia langsung menikmati roti gratis tadi sambil mikirin kejadian yang baru saja dialaminya..
Hingga menjelang tidur, kata-kata si bule pada istrinya masih terngiang-ngiang di telinganya, "We have enough money to buy... why do we have to pick up a free one." 
"Kita punya cukup uang untuk membelinya, kenapa kita harus mengambilnya dengan gratis?"
Setelah direnungkan, dia merasakan bahwa kata-kata ini benar. Kalau semua orang yang punyai duit, ikut antri dan dapatkan roti gratis, yang biasanya diantarkan ke Second Hand Shop untuk dibagi bagikan gratis, berarti orang yang sungguh-sungguh membutuhkan tidak bakalan kebagian roti tersebut.
Si mbak penjual roti itu tetap komit tidak mau terima uangnya, walaupun sesungguhnya pembeli mampu dan mau bayar karena patuh pada kebijakan pemilik toko. Bisa saja dia tetap terima uang itu dan masuk kantongnya toh gak ada yang tahu. Tapi itulah integritas...Pelajaran hidup ini gak mungkin bisa dilupakan...
--
Kalau kita sanggup beli. jangan ambil yang gratis.
Biarlah orang lain yang lebih membutuhkan untuk mendapatkannya
.
--
Sungguh sebuah kepedulian akan sesama yang diterapkan dengan kesungguhan hati.
Kini dia baru tahu, kenapa kalau di kafe ada kopi gratis, tapi jarang ada yang ambil, mereka lebih suka membeli. Bukan karena gengsi-gengsian tetapi terlebih karena RASA PEDULI mereka pada orang lain, yang mungkin lebih membutuhkan.
Pelajaran yang sungguh sungguh memberikan inspirasi bagi semua orang.



Allah sudah memberikan rezeki yang sungguh luar biasa banyak buat kita, tidak perlu lagi kita mengambil rezeki yang diperuntukkan bagi orang lain.
Kemiskinan khususnya di Indonesia bukan untuk dipolitisir dan dieksploitasi, karena sebenarnya kemiskinan adalah mental yang mesti dirubah dan diberantas. Mental minta-minta, suka gratisan, pemalas, potong kompas, termasuk mental jualan produk bohong-bohongan, semua itu adalah mental pengemis yang membuat bangsa ini rendah dan terhina, itulah kemiskinan kultural.
Berpikirlah dengan benar! Sudah saatnya kita bangkit dan sadar.
Karena tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. Menjaga harga diri lebih baik dari pada menjatuhkan kehormatan hanya demi barang gratisan...
Berpikirlah dengan bijak untuk segala PROSES yang akan kita jalankan.
Karena pada akhirnya hidup itu akan selalu menjadi sebuah pilihan.
"The Secret of Living is Giving".
Rahasia dari kehidupan adalah dengan memberi
Berbagi dengan orang lain....


Wallahu alam...

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?