Rezeki Yang Bisa Dibandingkan Dengan Orang Lain Adalah yang TIGA ini

Kalau kita masih suka membandingkan rezeki kita dengan orang lain terkait banyaknya harta, sebarapa bagus gelarnya, seberapa tinggi pangkatnya, seberapa nyaman kedudukannya, seberapa hebat gajinya, jangan pernah bermimpi untuk bahagia. Mengapa? Karena kebahagiaan hanya hadir saat kita mensyukuri nikmat Allah. Hilangkan semua itu sifat iri dan dengki, karena akan menjauhkan rezeki. Allah telah menentukan rezeki kita masing-masing. Kalau memang itu rezeki kita maka rezeki takkan kemana, pasti nyamperin kita. Tapi kalau bukan rezeki, biar dikejar bagaimanapun pasti lepas. Baca artikel saya tentang haruskah rezeki di kejar?
rezeki burung

Jadi jangan pernah takut ada rezeki salah alamat. Allah bukan tukang pos yang kadang suka gak ketemu alamat rumah sehingga suratnya gak nyampe. Allah serba Maha dan dia tahu kebutuhan rezeki masing-masing hambaNya. Apa pernah kita melihat binatang yang tidak punya akal itu kelaparan? Tidak bukan? Karena Allah sudah menyediakan rezeki buat mereka. 

Orang hidup untuk bahagia. Kebahagiaan hanya bisa kita dapatkan melalui hati yang selalu bersyukur serta menikmati hidup tanpa mengukurnya dari perspektif orang lain. Tidak perlu iri dan membandingkan diri dengan rezeki orang lain kecuali untuk 3 hal ini :

# 1. Rezeki Allah sehingga seseorang tekun beribadah.

Boleh kita membandingkan diri dengan seseorang yang tekun beribadah, ibadahnya lebih bagus, lebih ikhlas, wajib dan sunat semua digeber, ketaatannya pada Allah tidak diragukan lagi. Rezeki atau boleh dibilang hidayah Allah pada orang ini begitu besar, sehingga dia betul-betul menjadikan hidupnya sesuai tujuan penciptaannya yaitu untuk beribadah kepada Allah.

Coba tengok diri kita. Kita ingin rezeki yang banyak berlimpah tapi tingkah kita lebih banyak maksiat dan dosa, ibadah kita pas-pasan bahkan lebih banyak bolongnya. Boleh iri dan membandingkan diri tapi dengan orang yang lebih bagus ibadahnya. Kita juga harus berusaha agar menjadi orang yang ibadahnya tekun, rajin semata-mata karena Allah. Bukan karena ingin rezekinya ditambah. Kalau ibadah tekun, rajin maka rezeki insya Allah akan mengikuti


# 2. Rezeki Allah sehingga seseorang besar manfaatnya bagi orang lain.

Boleh kita membandingkan diri dengan orang yang besar manfaatnya bagi orang lain. Pada artikel sebelumnya saya sudah menulis apakah anda sudah menjadi rezeki bagi orang lain? Mengapa kita harus iri pada mereka yang selalu berbuat kebaikan? Karena merekalah sebaik-baiknya manusia. Sebaik-baik manusia adalah orang yang besar manfaatnya bagi orang lain. 

Kita hidup diciptakan untuk mengabdi kepada Allah. Bentuk pengabdian kita kepadaNya ada yang langsung ditujukan pada Allah seperti shalat, puasa, haji tapi ada juga yang terkait dengan hubungan kita pada sesama manusia. Rezeki bisa datang bukan hanya langsung dari Allah ditujukan pada kita tapi rezeki kita juga bisa lewat tangan orang lain.

# 3. Rezeki Allah sehingga seseorang memiliki ilmu yang dalam.

Kita boleh membandingkan diri dengan orang yang memiliki ilmu yang dalam. Tidak sama antara orang yang berilmu dan yang tidak. Orang berilmu menghadapi hidup lebih plong, lebih tenang, lebih enak, karena tahu arah dan tujuan hidupnya kemana. Ilmu adalah pangkal kearifan, akar kebijaksanaan dan membuat hidup kita lebih mudah.

Itu sebabnya mengapa ada pepatah yang mengatakan "tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina". Ada lagi yang mengatakan "tuntutlah ilmu mulai dari buaian sampai liang lahat."Saking pentingnya ilmu maka kita di suruh untuk mencarinya meskipun itu ke tempat yang jauh. 

Itulah 3 hal yang boleh kita bandingkan dengan orang lain. Jika ada yang lebih tekun ibadahnya, lebih luas manfaatnya dan lebih dalam ilmunya, maka berlombalah dengannya. Jika ada orang yang lebih ikhlas pengabdiannya pada Allah, lebih hebat kontribusinya pada sesama, yang lebih semangat dalam menimba berbagai macam ilmu, maka putuskan utntuk berkompetisi dengannya. Jangan mau ketinggalan dengan orang itu. Saingi mereka. Irilah pada mereka. Karena rasa iri pada orang baik adalah keutamanaan.

Selain rezeki yang menyangkut 3 hal di atas, syukuri yang telah kita peroleh.Nikmatilah hidup dna rezeki yang kita miliki. Semoga dengan begini Allah membahagiakan jiwa kita. Terlalu berambisi mengumpulkan rezeki dunia dan terus membanding-bandingkan dengan perolehan orang lain hanyalah akan memperbudak diri dalam keserakahan. 

Tidak mau kalah dengan orang yang lebih banyak hartanya, lebih tinggi pangkatnya, lebih cemerlang kariernya, lebih tinggi popularitasnya, lebih hebat kekuasaannya hanya akan menyita usia kita dalam ketamakan yang tak berujung. Jangan penah berharap dapat meraih ketenangan dan kebahagiaan hidup ketika kita masih suka menempatkan kebahagiaan kita di bawah bayang-bayang keberhasilan duniawi orang lain.

Yang kita butuhkan bukan harta, jabatan ataupun popularitas. Untuk merasakan kebahagiaan di dunia yang sudah  semrawut ini adalah kedekatan dengan Tuhan. Segala masalah, problema dan kekurangan yang membuat kita dekat dengan Tuhan hakikatnya adalah anugerah. Segala keberlimpahan yang membuat kita jauh dari Allah hakikatnya adalah musibah. 

Maslah terbesar dalam hidup manusia bukanlah kekuranga harta dan kehilangan kehormatan di hadapan sesama. Masalah terbesar adalah saat cinta Allah tidak lagi singgah pada diri kita. Wallahu alam.

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?