Jangan Ragu Berbagi Rezeki Karena Balasan Allah Tidak Menunggu Lama

Mengapa enggan berbagi rezeki?

Kita telah dianugerahi rezeki yang banyak dari Allah SWT. Diantara rezeki untuk diri dan keluarga juga terselip bagian untuk orang lain. Jika orang lain mendapatkan rezeki melalui kita itu adalah rezeki yang ditakdirkan llahi untuk mereka hanya lewatnya yang melalui tangan kita. Semua yang Allah beri ke kita itu titipan. Titipan yang harus kita pergunakan dengan sebik-baiknya, sebanyak-banyak manfaatnya. Demikian juga harta, uang, makanan, pakaian dan rezeki lain yang kita miliki. Mengapa harus enggan? Satu-satunya hal yang tidak berkurang tapi akan bertambah meskipun terus-menerus dibagi itu adalah sedekah. Sedekah apa saja bisa memperderas rezeki.


Bersegeralah berbagi selama masih ada kesempatan

Sebelumnya saya pernah menulis tentang sedekah rambutan memperbanyak rezeki dan rezeki 50 ribu yang langsung dibalas keesokan harinya. Kisah inipun tidak jauh berbeda hanya jenis sedekahnya saja yang lain. Sedekah tidak harus berupa uang tapi bisa berupa apa saja yang kita miliki. Kalo sebelumnya sedekahnya berupa hasil panen seperti rambutan dan uang, kali ini sedekahnya berupa makanan.

Kisah ini dialami sendiri oleh penulis juga. Pagi hari seperti biasa saya ke kantor dan mengerjakan tugas-tugas harian sebagai abdi pemerintah di satu instansi. Kebetulan pagi harinya karena terburu-buru menuju kantor saya tidak sempat sarapan. Akhirnya saya berinisiatif untuk membeli makanan berupa pastel goreng yang saya anggap cukup untuk dimakan dengan teman satu ruangan. Akhirnya berpindahlah sepiring pastel goreng itu di tangan saya dan kami makan beramai-ramai.

Setelah jam kantor berakhir saya segera pulang ke rumah dan beristirahat sebagaimana biasanya. Tiba-tiba pintu rumah diketuk dan anak tetangga mengantarkan makanan karena habis hajatan, tidak tanggung-tanggung 5 piring sekaligus. Saya mengucap syukur kepada Allah SWT, Alhamdulillah kami sekeluarga tidak pernah kekurangan makanan. Begitu banyak rezeki Allah yang kami terima dan kami syukuri itu dengan hati lapang. Saya tidak pernah berharap bahwa sepiring pastel goreng yang dimakan beramai-ramai di kantor nantinya akan dibalas Allah dengan 5 piring rupa-rupa makanan sekaligus. Niat saya hanya ingin berbagi dan merasa bahwa uang saya harusnya bukan cuma saya dan keluarga yang menikmati.

Saya memang selalu berusaha berbagi apapun milik saya. Berbagi tak harus menunggu kaya atau banyak uang dulu. Kadang saya sengaja memesan nasi bungkus dan membagi-bagikan makanan untuk orang kusta yang biasanya banyak duduk mengemis di pinggir jalan. Jika ada pakaian baik milik saya, suami, anak-anak yang sudah tidak dipakai lagi saya bagikan pada keluarga atau orang lain yang memerlukan. Jika habis keluar kota atau keluar negeri sedapat mungkin saya membeli oleh-oleh untuk dibagi dengan keluarga. Semuanya saya lakukan karena saya sadar sekaranglah waktunya. Selama nyawa masih ada dalam badan, selama fisik masih kuat, selama uang di kantong masih ada. Jika kematian telah datang, jika saya sudah sakit-sakitan atau tua renta tak berdaya, atau ketika uang tidak punya lagi meskipun saya ingin berbagi dan berbuat banyak pasti akan terbatas jadinya.

Jadi berbagilah, sekarang juga ! Tak perlu tunggu esok atau lusa, karena esok itu masih misteri. Masihkah kita punya kesempatan? Tidak ada yang bisa menjamin. Karena ajal, kesusahan, sakit serta kemiskinan bisa saja datang melingkupi kita seketika. Meski hidup kita tidak selalu bahagia tapi kita selalu bisa membahagiakan orang lain. Segeralah berbagi karena balasan Allah tidak menunggu lama. Ada yang mengatakan kalau kita berbuat baik maka balasannya akan disegerakan, bahkan niat baik pun sudah diganjar Allah dengan pahala. Tidak ada yang salah dengan perbuatan baik. Itulah mengapa orang baik rezekinya banyak dan salah satu ciri-ciri orang yang mudah rezeki adalah orang yang menghiasi hidupnya dengan kebaikan. Wallahu alam.

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?