Mau Rezeki Lancar dan Berkah? Pelihara Rasa Malu !
Manusia diciptakan sebaik-baiknya oleh Allah
Allah menggariskan bahwa keberadaan ajaranNya adalah untuk menempatkan manusia pada posisi mulia, posisi yang berbeda dengan mahluk Allah yang lain. Penempatan ini lantaran manusia diberi daya pikir yang dapat menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Penempatan ini juga menjadi sebuah kehormatan yang diberikan Allah kepada manusia. Allah menghendaki setiap manusia menjaga kehormatan yang Dia berikan dengan terus mengikuti petunjuk-petunjukNya. Pengabaian terhadap petunjuk yang telah Dia gariskan akan menyebabkan manusia kehilangan kehormatan, baik kehormatan di mata manusia maupun kehormatan di mata Allah. Jika manusia sudah kehilangan kehormatannya maka dipastikan jalan rezekinya pun terhambat, mampet dan tidak lancar.Kami menciptakan manusia dalam sebaik-baik keadaan. kemudian Kami mengembalikannya kepada keadaan yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beramal saleh (Q.S. At Tin : 4 - 6).Dari ayat Al quran jelas terlihat bahwa jika manusia tidak beriman dan beramal saleh akan dikembalikan pada keadaan yang serendah-rendahnya. Silakan terjemahkan sendiri keadaan yang serendah-rendahnya itu. Bisa saja mencakup kehidupan dunia yang susah rezeki, merana dan terus berkubang dosa sampai kematian menjemput.
Hilangnya kehormatan, Hilangnya Keberkahan Rezeki Karena Hilangnya Malu
Hilangnya kehormatan, hilangnya keberkahan rezeki utamanya disebabkan oleh hilangnya rasa malu. Dan biasanya rasa malu itu akan hilang jika nafsu dikendalikan oleh hati yang busuk dan pikiran yang kotor. Hati dan pikiran seperti ini tidak akan dapat lagi mengendalikan organ-organ fisik dengan baik secara naluri ilahiah karena kendali sepenuhnya berada di kawasan perut dan kemaluan. Manusia yang kehilangan rasa malu akan melebihi liarnya seekor binatang.Dalam khazanah kaum sufi, rasa malu tertinggi adalah ketika kita bisa memiliki rasa malu kepada Sang Maha Pencipta. Yakni, rasa malu apabila mempertontonkan pengabdian yang buruk, padahal Yang Maha Kuasa telah memberikan kasih sayangNya yang luar biasa kepada kita. Atau, perasaan malu tidak pernah berbakti kepada Allah yang telah memberi kita kehidupan, sedangkan Dia tidak pernah berhenti mengucurkan karunia-karuniaNya. Rasa malu kita hanya rasa malu di tingkat yang paling rendah yaitu malu dinilai oleh manusia lain. Ukuran kita hanya penglihatan dan penilaian manusia yang rendah. Seseorang bisa tega membunuh orang lain hanya karena malu dibilang bau ketek? (baca : rezeki terputus, nyawa melayang karena zina). Seseorang tega melakukan aborsi atau membuang bayinya karena malu pada pandangan orang karena hamil tanpa suami. (baca : mengapa kamu membuang bayimu, dia lahir membawa rezekinya sendiri). Menempatkan malu bukan pada tempatnya. Malu pada manusia tapi tidak malu pada Allah yang melihat perbuatannya. Tidak takut jika Allah menghilangkan rezekinya atau mencabut keberkahan dari rezekinya. Itulah malunya manusia kebanyakan, bahkan mungkin termasuk kita?
Perasaan malu pada Allah mencegah kita berbuat sembarangan dan bisa mendorong kita untuk untuk mempersembahkan perilaku yang baik-baik kepadaNya. Menurut Imam Gazali, beribadah akan lebih mulia bila timbul dari malu, bukan dari rasa takut. Menahan diri dari perbuatan maksiat akan lebih bermakna jika diperoleh dari rasa malu.
Jadikan malu sebagai standar moral menuju rezeki yang berkah
Mulai sekarang malulah kita pada Allah. Malulah apabila kita menjadi manusia yang kikir, bila kita bisa berfikir bahwa kita terlahir dari ketiadaan dan bahwa semua fasilitas, semua yang kita punya, hanyalah dari Dia semata. Apalagi jika dibarengi kesadaran bahwa kita akan mati dengan ketiadaan pula. Sepantasnya kita malu apabila kita tidak pernah mengimbangi nikmat yang Allah berikan dengan kesyukuran (baca : mengapa kita harus bersyukur atas rezeki kita). Dan sepantasnya pula kita merasa malu apabila kita terus meminta kepada Allah tambahan rezeki tanpa pernah mensyukuri rezeki yang sudah kita terima, ditambah lagi enggan berbagi rezeki yang dititipkan Allah pada kita?
Alangkah baiknya jika rasa malu menjadi standar moral di hati kita. Hal ini dapat menahan hati kita agar tidak terus menerus mempertontonkan kemaksiatan di hadapan Allah yang Maha Melihat, di tengah curahan kasih sayang, rahmat, rezeki berlmpah yang diberikan olehNya.
Mulailah benahi diri. Benahi perilaku kita yang tidak sesuai keinginanNya. Allah juga memberikan kabar gembira bahwa ampunan dan maafNya di atas segalanya.
"Katakanlah kepada orang yang kufur, jika mereka menghentikan kekufurannya, pasti Allah akan ampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Tapi jika mereka kembali lagi, sungguh akan berlaku ketentuan-ketentuan terhadap orang-orang terdahulu." (Q.S. Al Anfal :38)
.... Maka barangsiapa yang menerima pelajaran dari Tuhannya, lalu berhenti melakukan kesalahan-kesalahannya, maka baginya apa yang telah lalu dan urusannya menjadi urusan Allah kesudahannya. Barangsiapa yang melakukannya, mereka adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya (Q.S. Al Baqarah : 275)Tumbuhkan dan kembangkan rasa malu agar jadi penghias hati. Sifat ini akan memelihara kita dari segala sesuatu yang buruk dan juga akan mendatangkan kebaikan, menarik rezeki yang banyak dan berkah. Kita akan menjadi orang yang malu berbuat kejahatan, malu jika dalam sehari tidak berbuat kebaikan dan malu jika tidak memberikan pengabdian yang baik sebagai manusia kepada Tuhannya. Imam Ali ra, pernah berkata " Perbesarlah rasa malu, niscaya ia akan menyelamatkan". Imam Ali ra memiliki julukan karamallahu wajhah, karena konon ia memiliki rasa malu yang sangat besar, sehingga untuk melihat "kemaluannya" sendiri dia enggan saking malunya.
Saat ini bahkan manusia pun sudah dijadikan hadiah arisan (setidaknya menurut film ini) |
Adalah fitrah, bahwa perut dan kemaluan memiliki kebutuhan. Tapi, mari kita penuhi kebutuhannya lewat cara yang terhormat. Adalah wajar jika manusia itu butuh hiburan di tengah kehidupan yang keras dan kadang membosankan. Tapi, mari kita cari hiburan yang tidak akan mempermalukan kita kelak di hari yang tidak ada pertolongan kecuali pertolonganNya. Manusiakan diri karena kita berbeda dengan binatang yang memenuhi kebutuhan perut dan kemaluannya di mana saja dan dengan siapa saja. Wallahu alam
Comments
Post a Comment