3 Tingkatan Rezeki Halal

Mengapa rezeki halal itu perlu?

  • Rasulullah mengingatkan kita, " Tiada mendatangkan faedah bagi daging yang tumbuh dari seumber yang haram, melainkan nerakalah tempat yang sewajarnya bagi daging itu" (H.R.Tirmidzi).
  • Beranikah kita menantang neraka? penjelasan lebih lanjut mengapa rezeki halal itu perlu dan penting banget, sehingga setetes pun cukup asal halal, silakan baca artikel Carilah rezeki halal meski cuma setetes.


3 Jenis Rezeki Halal

  • Syeikh Abdul Qadir Jaelani Rahimahullah, seorang ulama fiqih kelahiran Irak yang sangat dihormati  dan dianggap wali dalam dunia tarekat dan sufisme menyebutkan ada 3 jenis atau tingkatan rezeki halal bagi manusia.

(1) Rezeki yg diperoleh melalui pemberian
  • Rezeki yang diperoleh karena diberi menjadi utama karena adanya keistimewaan dan kekhususan pribadi di dalamnya, sebagaimana rezeki yang diperoleh oleh ibunda Nabi Isa as, Siti maryam. Ketika ditanya oleh Nabi Zakaria (paman dari Siti Maryam) darimana makanan dan buah yang tersedia di hadapan beliau di tempat persembunyiannya saat mengandung Nabi Isa as. Beliau menjawab min indillah (dari Allah). Pertanyaan itu muncul karena tak seorangpun yg datang mengunjungi Siti Maryam dan membawa makanan di tempat persembunyiannya tersebut kecuali Nabi Zakaria.
  • Hal ini sangat jelas dikisahkan dalam Al Quran, yaitu dalam Surah Al Imran. 
  • " ......setiap Zakaria menemui Maryam di mihrab ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata, " Hai Maryam, darimana kamu memperoleh makanan ini?". Maryam menjawab, " Makanan itu dari sisi Allah." Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa hisab " (Q.S. Al Imran (3) : 37)
  • Surah ini dinamakan demikian karena keluarga Imran adalah salah satu kelurga terpilih karena ketaatannya pada Allah. "Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, Keluarga Ibrahim dan Keluarga Imran, melebihi segala umat di masa mereka masing-masing (Q.S. Al Imran : 33). Bukti dari ketaatan tersebut adalah saat isteri Imran hamil dan mengandung Siti Maryam beliau bernadzar untuk "memberikan" anak yang dikandungnya sebagai pemelihara dan selalu berkhidmat di Baitul Maqdis (Yerusalem). " (Ingatlah),"ketika isteri Imran berkata, "Ya Tuhanku sesungguhnya aku menadzarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nadzar) itu daripadaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Al Imran : 35)

(2) Rezeki yg diusahakan
  • Rezeki yang diusahakan lewat kerja keras membanting tulang dan peras keringat sebagaimana ditunjukkan Rasulullah dengan menjadi penggembala kambing dan pedagang.
  • Bahkan pada Nabi Daud yang kaya raya dan gagah perkasa pun tetap berusaha memperoleh rezeki dari Allah. Zaman beliau hidup banyak melakukan peperangan dan memakai baju besi yang berat sehingga tidak leluasa bergerak sehingga Allah telah melunakkan besi untuknya. 
  • Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami berfirman), "Hai gunung-gunung dan burung-burung bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud dan Kami telah melunakkan besi untuknya. (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya, dan kerjakanlah amalan saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan "(Q.S As Sa'ba (34) 10 -11)
  • Nabi Daud adalah seorang raja, penguasa, dan kaya raya namun ia tetap bekerja mencari nafkah dengan membuat industri baju besi dan peralatan perang dari besi dan baja. Beliau masih juga mempelajari dan memproduksi peralatan dari besi. Sikap ini sama sekali tidak mengurangi kedudukannya justru menambah kemuliannya di sisi Allah.
  • Rasulullah bersabda, "Mencari rezeki halal itu laksana pahlawan yang berjuang di medan perang dan barangsiapa tertidur keletihan karena kerja mencari rezeki halal, Allah mengampunkan dosanya ketika tidur, " 

(3) Rezeki yang diperoleh melalui meminta

  • Meskipun rezeki yang didapat dengan meminta itu adalah halal namun cara ini tidak dianjurkan. Karena cara ini hanya bisa ditempuh jika keadaan darurat. Saat sakit dan tak memiliki kemampuan untuk mencari rezeki sendiri, misalnya. Soal pengemis baca di artikel ini Pada pengemis yang mengais rezeki haruskah selalu memberi?
  • Sengaja meminta dengan bersandiwara dan mempertontonkan kemiskinan agar orang lain menjadi iba dan kasihan padanya itu sama saja dengan menjual kemiskinannya. Islam tidak mensyariatkan meminta-minta dengan menipu bukan hanya perbuatan tersebut termasuk dosa, juga mencemari perbuatan baik serta merampas hak orang-orang miskin yang betul-betul membutuhkan bantuan.
  • Dari Hubsyi bin Junaadah ra, ia berkata Rasulullah SAW bersabda :
  • " Barangsiapa meminta-minta kepada orang lain tanpa adanya kebutuhan maka seolah-olah ia memakan bara api" 
  • Menjadi mulia kedudukan seseorang saat rezeki yg diperolehnya bukan semata untuk memenuhi kebutuhannya namun selalu berbagi dengan orang lain terutama yg membutuhkan. Semangat berbagi memberi dan peduli ini yang perlu ditanamkan dan dikobarkan agar jadi budaya di kalangan muslim. 
  • Zakat infaq dan sedekah menciptakan stabilitas masyarakat dan bangsa serta telah terbukti efektifitasnya. Marilah kita menggalakkan zakat dan sedekah untuk meningkatkan perekonomian umat.
  • Wallahu alam

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?