Belajar Berbagi Rezeki dari Seorang Bocah

Bocah budiman

rezeki

  • Kisah ini saya ceritakan kembali dari sebuah media sosial untuk jadi renungan bersama.
  • Setelah jumatan seorang lelaki duduk istirahat di sebuah teras mesjid kompleks sekolahan. Jamaah yang tadi khusyuk melaksanakan shalat jumat sudah bubar kembali pada kesibukannya masing-masing.
  • Seorang nenek tua bertampang letih menawarkan dagangannya, kue tradisional yang dijual seharga 5 ribu rupiah per plastik. Sebenarnya lelaki itu tak berniat membeli tapi karena kasihan akhirnya dia beli juga seplastik. Sang nenek mengangsurkan kue tersebut pada lelaki itu. Setelah itu dia beringsut menjauh dan beristirahat di tempat yang teduh. Lelaki itu memandangi wajah sang nenek dari kejauhan yang nampak tua dan letih. Dagangannya terlihat masih banyak yang belum terjual. 
  • Tiba-tiba seorang bocah lelaki mungkin berumur 7 tahun berpakaian seragam SD mendekati sang nenek. Dia memesan 10 bungkus kue sang nenek dan mengangsurkan selembar uang 50 an ribu. Sang bocah meminta agar nenek itu menyimpan saja kuenya untuk dijual lagi dan uangnya untuk si nenek saja.
  • Tak terbayangkan betapa terharunya perasaan si nenek dan mengucap terima kasih pada si bocah dan mengatakan bahwa uang tersebut akan dipakai untuk membeli obat cucunya yang sedang sakit.
  • Si lelaki memperhatikan adegan tersebut dengan seksama. Kemudian dipanggilnya bocah budiman itu. Dia memperkenalkan dirinya sebagai Radit, murid kelas 2 SD. Si lelaki penasaran dan bertanya apakah uang jajannya sebesar 50 ribu setiap hari? Si bocah menggeleng dan berkata kalau uang jajannya hanya 10 ribu per hari. Dia tidak pernah jajan karena membawa bekal dari rumah. Uang jajannya disimpan agar setiap jumat dia bisa bersedekah sebesar 50 ribu rupiah. Sedekah itu diniatkan untuk ibunya yang telah berpulang.
  • Si lelaki begitu takjub dengan apa yang dilakukan oleh bocah kecil itu. Akhirnya dia mengeluarkan selembar 50 ribuan untuk mengganti uangnya, tapi dengan halus dan tetap sopan si bocah menolak pemberian lelaki itu. Alasannya dia masih kecil dan tak punya tanggungan apa-apa, tidak seperti si lelaki yang sudah dewasa dan pasti punya tanggungan keluarga. Kemudian si bocah pamit ingin kembali ke kelas karena waktu istirahat telah berakhir.
  • Si lelaki merasa tertohok batinnya dan merasa malu karena bocah kecil itu telah memberinya pelajaran berharga, belajar berbagi rezeki. 
  • Dengan ekor matanya dia melihat si nenek pedagang kue masuk ke dalam apotik yang berada tidak jauh dari situ. Dia membeli obat untuk cucunya dan si lelaki mengikutinya dan mendekat ke kasir apotik menanyakan berapa jumlah yang harus dibayar si nenek. Ternyata jumlahnya 44 ribu. Diangsurkannya selembar uang 50 ribuan yang ditolak oleh si bocah tadi dan berpesan agar sisanya diberikan pada si nenek. Kemudian dia segera berlalu menuju kesibukan yang telah menantinya.
  • Tampak si nenek memandanginya dengan wajah berkaca-kaca menahan tangis haru.


Apa yang bisa dipelajari dari kisah di atas?

1. Allah bisa memberi kita pelajaran lewat apapun.
  • Allah selalu memberi kita petunjuk atas berbagai hal di dunia ini. Petunjuk itu bisa dilihat melalui tingkah laku ciptaanNya. Termasuk mengirim seorang bocah untuk mengajarkan tentang pentingnya berbagi rezeki dan berbakti pada orang tua. Bocah itu tahu bahwa rezeki uang jajan yang diberi Allah padanya akan jauh lebih bermanfaat jika disedekahkan agar bisa menambah tabungan amal ibundanya di alam kubur sana.
2. Tak perlu menunggu kaya / banyak rezeki untuk bersedekah.
  • Banyak yang menunggu punya uang banyak/rezeki melimpah dan kaya raya baru ingin berbagi. Tapi Allah menunjukkan kepada kita bahwa seorang bocah kecil yang tidak punya gaji, yang bahkan uang jajannya masih tergantung pada orangtuanya, begitu tergerak hatinya untuk menabung dan menyedekahkan semua tabungannya itu.
  • Kalau menunggu kaya baru mau berbagi rezeki, apakah yakin bahwa Allah akan memberi kita kekayaan? Kalo tidak akhirnya kita tak bersedekah?Sungguh rugi mereka yang tak menggunakan hartanya di jalan Allah. Karena harta itu nanti memberi manfaat jika digunakan untuk berbuat kebajikan.
3. Tak perlu menunggu dewasa untuk paham artinya berbagi.
  • Seorang anak kecil yang kemampuan berpikirnya terbatas ternyata paham bahwa rezeki itu sebaiknya dibagi, jangan dikuasai sendiri. Karena berbagi itu bisa dilakukan oleh siapa saja. Membiasakan berbagi rezeki sejak kecil itu membuatnya menjadi terbiasa setelah besar nanti.
4. Bakti seorang anak yang tak pernah putus untuk ibundanya.
  • Seorang bocah yang ditinggal pergi ibundanya sejak kecil tidak membuatnya merasa sedih. Malah dia terus mendoakan dan berbuat baik untuk ibundanya, termasuk lewat sedekah.
  • Karena dia paham bahwa sudah tak bisa lagi menunjukkan baktinya di hadapan ibu karena telah dipanggil oleh Allah. Karena itu baktinya ditunjukkan lewat amal saleh yang diperuntukkan untuk ibundanya. Itulah anak saleh.
5. Rezeki itu jauh lebih membahagiakan jika dibagi.
  • Bocah itupun dalam umur semuda itu begitu merasakan nikmatnya dan bahagianya berbagi rezeki dengan mereka yang butuh. Itu sebabnya dia terus melakukannya berulang-ulang. Dia memilih menyedekahkan semua uang jajannya demi mendapatkan kebahagiaan berbagi.
6. Rezeki seseorang bisa datang lewat tangan siapa saja. 
  • Bahkan lewat seorang bocah dan lelaki yang tak dikenal. Jika sesuatu memang menjadi rezeki kita, maka kita akan mendapatkannya bagaimanapun caranya. Baik langsung diberi ke tangan kita atau lewat perantaraan orang lain. Begitu juga sebaliknya jika bukan rezeki maka akan pergi meninggalkan kita bagaimanapun caranya. Entah diambil orang atau hilang.
Wallahu alam..

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?