Mungkinkah Kita Salah Fokus Rezeki?

Rezeki Allah itu luas.

  • Rezeki Allah tidak hanya harta atau berupa uang saja. Tapi makna rezeki itu sangat luas. Silakan baca kembali makna rezeki dan hakikat rezeki yang pernah saya tulis di blog ini. Sebenarnya rezeki kita itu banyak, hanya kadang kita terlalu bodoh untuk melihatnya. Kita fokus pada kekurangan kita. Kurang duit, kurang harta, kurang pintar, kurang sukses sehingga membuat kita jadi kufur nikmat dan lupa bersyukur. Karena fokus kita bukan pada keberlimpahan tapi pada kekurangan. Perasaan berkelimpahan itu menarik rezeki. Ia ibarat magnet yang menarik rezeki dimanapun kita berada. Jadi hitunglah rezekimu dan berhenti mengeluh!
fokus rezeki

Fokus rezeki

  • Mengapa saya menggaris bawahi untuk memfokuskan rezeki pada tulisan ini? Karena bisa saja kita salah fokus sehingga merasa hidup tak begitu bersahabat dengan kita, merasa galau, merasa rezeki tak berpihak pada kita. Padahal kasih sayang Allah begitu besar.
  • Kalau boleh meminjam istilah Emha Ainun Najib kita terlalu fokus pada bungkusnya daripada isinya.
(1) Rumah yang indah hanya bungkus.
  • Kita mungkin bersedih karena belum diberi rezeki rumah. Selama ini kita hidup numpang sama orangtua / mertua, numpang sama keluarga, numpang sama sodara. Atau sekian lama hidup di kontrakan atau kos-kosan yang sempit.
  • Tahukah kalau kita salah fokus rezeki? Kita fokus pada rumah sebagai benda. Kita menganggap diri sukses dan berezeki baik saat sudah punya rumah sendiri, yang indah, yang nyaman. (baca : ciri-ciri rumah berezeki baik)
  • Padahal kita melupakan rezeki yang lain yang diberi Allah, yaitu keluarga yang bahagia. Meski hidup numpang sama orang lain, kos atau hidup di kontrakan yang sempit tapi keluarga kita bahagia. Mereka ikhlas hidup susah senang bersama kita. Isteri solehah setia mendampingi dan tak pernah mengeluh. Anak-anak soleh/solehah tumbuh sehat dan menjadi aset yang kelak akan menjadi amal jariyah kita. 
  • Kita merasa sedih dan tak bersyukur karena kita salah fokus. Kita fokus pada bungkusnya daripada isinya. Buat apa rumah megah bak istana tapi isteri minggat dengan lelaki lain dan anak-anak rusak tak bisa diatur?

(2) Pesta perkawinan hanya bungkus.
  • Bagi anda yang akan menikah begitu galau karena ingin mewujudkan pesta pernikahan yang megah. Karena nikah itu insya Allah sekali seumur hidup jadi harus di usahakan sebaik mungkin. Sementara kondisi keuangan anda tak mencukupi untuk menghasilkan pesta impian bersama sang pujaan. Akhirnya anda sedih dan merasa kekurangan.
  • Sekali lagi anda salah fokus rezeki. Anda fokus pada pesta perkawinan megah, padahal itu hanya bungkus. Harusnya anda fokus karena telah diberi Allah rezeki jodoh yang baik, yang soleh/solehah. Anda harusnya fokus mempersiapkan diri menjadi imam yang bertanggung jawab, jika anda lelaki. Jika anda wanita, fokuslah menjadi isteri yang soleh dan siap menjadi partner suaminya.
  • Fokuslah pada rezeki berupa cinta kasih yang diberi Allah di hati anda berdua. Buat apa diberi rezeki mampu menyelenggarakan pesta pernikahan yang megah dengan tamu ribuan dan dimeriahkan artis ibukota, tapi umur pernikahan hanya bertahan 3 bulan? Pesta perkawinan hanya bungkus, isinya adalah cinta kasih, pengertian dan tanggung jawab.

(3) Ranjang mewah hanya bungkus.
  • Mungkin kita susah karena selama ini hanya bisa tidur melantai beralaskan tikar. Atau kalaupun punya ranjang hanya berupa dipan tua yang sudah reot dan berderak-derak saat ditiduri. Anda membayangkan betapa nikmatnya tidur di ranjang mewah, kasur busa yang nyaman dalam kamar ber AC bukan? Anda merasa susah karena merasa tak punya banyak rezeki untuk merasakan kenyamanan ranjang mewah itu.
  • Sekali lagi anda salah fokus. Ranjang mewah itu hanya bungkus. Isinya adalah tidur nyenyak. Jika selama ini anda bisa tidur nyenyak di atas diapn reot atau di atas lantai beralas tikar, tidakkah itu rezeki yang tiada terhingga drai Allah? Betapa banyak orang kaya yang tidur di atas ranjang mewah tapi tak bisa nyenyak. Bahkan ada yang tergantung pada obat-obatan supaya bisa tidur. Juga ada yang selalu diganggu mimpi buruk. Juga ada yang tak bisa tidur karena pasangan hidupnya tidak kembali ke rumah.
  • Tidur yang nyenyak itu rezeki dari Allah. 

(4) Kekayaan hanya bungkus
  • Banyak yang sedih karena terlahir miskin dan merasa rezekinya kurang. Apa ada yang bisa menjamin kalau orang kaya itu pasti bahagia? Tidak bukan? Ya.. betul, karena kekayaan itu hanya bungkus, isinya adalah hati yang gembira.
  • Hidup yang bahagia tak mesti kaya, tak mesti berharta banyak tapi hati yang gembira meski dalam keterbatasan itulah kekayaan yang sesungguhnya. Buat apa kaya dan harta banyak tapi hati galau melulu? Harta tak bisa dinikmati juga tak bisa dibawa mati. Kan sia-sia.. cari harta banyak, waktu habis untuk mencari harta itu tapi hati tak bisa bahagia juga. 
  • Hati yang gembira itu rezeki.

(5) Makan enak hanya bungkus.
  • Mungkin selama ini kita hanya bisa menelan liur menyaksikan orang kaya bisa makan makanan enak kapan saja mereka mau. Sementara kita yang berjuang untuk mendapatkan sesuap nasi setiap hari, hanya sanggup makan makanan sederhana.
  • Salah fokus lagi? Ya.. betul! Anda fokus pada makanan enaknya, bukan pada gizi, energi yang dihasilkan, rasa kenyang yang ditimbulkannya dan tubuh sehat yang diberinya. Apakah makanan sederhana itu tidak memberi rasa kenyang? Harusnya kita bersyukur, banyak orang di luar sana yang tak bisa makan dan harus menahan lapar karena tak punya uang. Apakah tubuh kita bisa bergerak karena energi yang dihasilkan oleh makanan sederhana itu? Apakah makanan itu mengandung gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan fungsinya? Apakah badan kita sehat wal afiat karenanya? Semua jawabannya YA. Lalu di mana masalahnya?
  • Buat apa memenuhi tubuh dengan makanan enak, tapi tidak mengandung gizi, hanya lemak, garam yang tinggi dan zat aditif yang berbahaya buat tubuh? Akhirnya tubuh digerogoti penyakit karena kebanyakan makan makanan enak yang tak bergizi.
  • Makanan itu rezeki meskipun sederhana. Yang penting cukup gizi dan tidak membahayakan tubuh.

(6) Wajah menarik itu bungkus.
  • Merasa galau karena wajah kurang tampan atau muka kurang cantik? Penampakan itu hanya bungkus yang paling penting adalah isinya alias hati dan kepribadian. Buat apa wajah tampan atau cantik jelita tapi kepribadiannya kayak setan berbentuk manusia? Kerjaannya memanfaatkan wajah menarik itu untuk bikin orang lain susah.
  • Wajah tak perlu sempurna seperti model iklan. Yang penting panca indera yang nempel di wajah itu berfungsi dengan sempurna itu rezeki yang tak ternilai. Anda bisa membayangkan mereka yang buta, tuli, bisu. 
  • Jadi jangan salah fokus rezeki ya..!

(7) Bicara itu bungkus.
  • Banyak yang jago bicaranya, orator ulung, pidatonya berapi-api, tapi kenyataannya atau realisasinya NOL. Ya.. betul tak perlu fokus pada bicara, fokuslah pada kenyataannya.
  • Buat apa janji-janji tapi tak bisa dipenuhi? Seseorang dihormati karena dapat memegang kata-katanya. Bagi anda yang jadi pemimpin hati-hatilah dengan lidah anda. Lidah itu bisa membawa anda ke neraka.
  • Merasa sedih karena tak bisa berdiri di depan publik dan bicara berapi-api, serta beradu debat dengan orang lain. Santai saja! Bicara itu hanya bungkus yang penting kenyataan alias realisasi dari bicara itu.
  • Diberi mulut untuk bisa berbicara itu rezeki tapi mempertanggungjawabkan apa yang telah diucapkan itu yang penting.

(8) Buku hanya bungkus.
  • Merasa bangga karena punya perpustakaan pribadi yang luas? Tapi bukunya hanya dibaca sendiri, trus ilmunya hanya untuk diri sendiri. Salah fokus lagi. Buku itu hanya bungkus, isinya adalah pengetahuan. 
  • Buat apa diberi rezeki banyak untuk membeli buku tapi bukunya dibaca sendiri. Atau bukunya malah tak sempat dibaca, ditumpuk saja di lemari biar jadi pajangan. Kalaupun dibaca ilmunya tidak diamalkan dan tidak dibagi dengan orang lain.
  • Pengetahuan itu rezeki dan rezeki akan semakin bertambah jika disebar luaskan dan memberi manfaat bagi banyak orang. Termasuk pengetahuan. Pengetahuan atau ilmu yang diajarkan pada orang lain akan membuat pengetahuan itu berkembang. Ini juga salah satu alasan mengapa saya menulis blog ini. Mungkin ilmu saya yang sedikit ini akan bermanfaat setidaknya bagi diri sendiri. Blog ini akan dibaca orang meskipun setelah saya pensiun menulisinya atau bahkan setelah saya mati nanti.

(9) Jabatan hanya bungkus.
  • Bagi anda yang kebetulan dipercaya memegang sebuah jabatan, percayalah itu hanya bungkus. Isinya adalah pengabdian dan pelayanan. Kenapa orang memilih kita menjadi pejabat? Karena mereka percaya kalau kita mampu melayani mereka dengan lebih baik.
  • Jabatan baiknya jangan diminta-minta tapi kalau dipercayakan dan bisa melaksanakannya, silakan diterima. Tapi sekarang ini malah banyak orang mengejar jabatan, karena jabatan identik dengan fasilitas. Akhirnya minta dilayani dan difasilitasi oleh rakyat. Mulailah memperkaya diri pribadi dengan uang negara, uang rakyat yang memilihnya dengan prinsip aji mumpung. Mumpung masih menjabat, kalo sudah turun kan tak bisa mendapat uang banyak lagi. Tak perlu malu melakukan korupsi, kolusi dan menerima gratifikasi. Toh semua orang melakukannya. Lalu dimana pengabdian dan pelayanan pada mereka yang memberi kepercayaan pada kita?
  • Jabatan itu bisa menjadi rezeki berkah bagi kita jika kita fokus pada semangat pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat. Sehingga jabatan itu benar-benar memberi manfaat bagi banyak orang. Jangan lupa di akhirat nanti akan ditanya oleh Allah tentang jabatan itu.

(10) Pergi ke tempat ibadah itu bungkus.
  • Melakukan ajaran agama itu isi. Buat apa capek-capek melangkahkan kaki ke mesjid tapi shalat tak pernah khusyu', maksiat dan dosa jalan terus. Buat apa menghabiskan duit mengunjungi Baitullah tapi hati tak pernah lepas dari perasaan dengki dan amarah pada orang lain, percuma saja.
  • Dalam agama diajarkan untuk tidak bohong. Tapi kenyataannya banyak orang yang menjadikan kebohongan sebagai hal biasa. Dia juga ke mesjid shalat sebagaimana orang lain, dia punya yayasan anak yatim bahkan sudah bergelar haji. Tapi kadang ucapannya tak bisa dipercaya.

(11) Kharisma itu hanya bungkus.

  • Karakter itulah yang isi. Kharisma itu pesona yang tampak dari luar, citra yang sengaja ditimbulkan untuk memperoleh tujuan tertentu. Sebagaimana yang dilakukan oleh para kandidat yang bertarung di pilkada. Mereka berusaha menonjolkan diri dengan pencitraan. Tapi apakah karakternya seperti yang dicitrakannya itu? Belum tentu.
  • Jadi fokuslah untuk mengembangkan karakter yang baik yang akan menjadikan kita rezeki buat orang lain. Orang baik rezekinya baik dan jadi rezeki pula bagi orang lain. Jika karakter kita baik tak perlu repot-repot membuat pencitraan karena otonatis citra itu akan terbentuk dengan sendirinya. Karakter yang baik otomatis akan berkharisma.

Jadi jangan salah fokus lagi terhadap rezeki kita. Selama ini kita menganggap rezeki terbaik jika kita punya rumah yang indah, ranjang mewah, kekayaan berlimpah, jabatan yang tinggi dan megah. Padahal itu semua hanya bungkus, bukan isinya. Yang terpenting adalah utamakan isinya dan jangan lupa rawat bungkusnya. Isi tanpa bungkus juga tak akan sempurna.
Wallahu alam.

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?