Salah Jurusan Bukan Berarti Kiamat

ARTIKEL KE 763  

Bantulah anakmu membangun masa depannya.  

Tahun ajaran baru telah dimulai dan tulisan Pambudi Sunarsihanto yang saya bagikan di bawah ini sangat menarik untuk disimak..
Cerita dimulai dengan tuturan penulis...
Dua hari yang lalu, saya berada di Singapore. Dan saya berkesempatan untuk minum kopi bersama seorang sahabat saya, yang menjadi profesor di sebuah Universitas terkemuka di Singapore.
Sebut saja namanya Henry. Kami janjian ketemu di sebuah pusat perbelanjaan ternama di sana. Kebetulan saya lagi kangen makanan Perancis.
Dan mulailah kami ngobrol sana sini, tentang disruption, tentang dunia pendidikan, tentang reward system untuk innovation program ...dll ...dll.
Sampai tiba-tiba Henry bertanya, "Mmm, anakku baru kelas 1 SMA dan dia bertanya, sebaiknya nanti dia kuliah apa ya?”
I said, ”Kok malah nanya aku, bukannya situ profesor universitas ternama!”
Henry meneruskan, ”Well, kamu tau kan, kadang-kadang apa yang dihasilkan dunia pendidikan dan yang dibutuhkan oleh industri bisa berbeda.
Saya sih pengen meyakinkan diri aja kalo putri saya menempuh jalan yang benar.
Apalagi dengan era disruption sekarang, begitu banyak pekerjaan yang akan hilang!
Terus anak saya harus kuliah apa dong
!”
Good question! 


Tetapi, apakah pertanyaan itu perlu ditanyakan? Bukankah pada akhirnya nanti kita semua akan menjadi HIMASALJU ? (Himpunan Mahasiswa Salah Jurusan?)
Ijasah temen saya Teknik Kimia,
sekarang jadi CEO bank.
Ijasah saya Computer Engineering, jadi HR Director,
dan saya punya teman lulusan Kedokteran Umum yang menjadi dosen dan konsultan management.
So what?
The most important thing will be your agility , kemampuan mempelajari hal hal yang baru.
Suatu saat saya membantu client saya merekeut Telco Troubleshooting engineer di Jepang.
Dan yang mendaftar adalah seorang dokter (lulusan Kedokteran Umum).
Dan saya tanya dia, ”Ngapain dokter mendaftar sebagai Telecom engineer?”
Dan dia menjawab , ”Saya sudah belajar untuk troubleshoot tubuh manusia, kalau anda kasih saya buku petunjuk nya Mobile Switching Center, saya akan pelajari dan saya akan troubleshoot your MSC!

Voila, segala sesuatu bisa dipelajari. Selama anda mau belajar dan bekerja keras di bidang yang baru!
Henry meneruskan, ”Tapi kan bukan berarti kita kuliah sembarang jurusan kan? Memang ada banker yang dari Akunting atau Teknik Kimia. Tapi kan gak ada banker yang dari jurusan seni rupa atau seni tari kan?”
Ok, ok, setuju!
Jadi gimana?
Ok, dibuat simpel aja.
Kuliah apapun, jurusan apapun, di universitas apapun, tidak akan ada yang bisa membekali anda dengan kemampuan yang membuat anda “siap kerja!”.
Di perusahaan anda nanti, anda masih harus di training lagi agar anda siap melakukan pekerjaan anda!
Makanya yang penting adalah agility, alias kemampuan anda mempelajari hal hal baru (seberapa cepat anda mampu menyerap pengetahuan baru dan menerapkannya).

Nah di situlah kita tetap perlu belajar tentang :
- logical thinking (berpikir logis)
- system thinking (berpikir sistematis)
- analytical skills (keterampilan menganalisa)
- big picture thinking (berpikir besar)
karena, pada akhirnya, kita memang akan mempelajari sebuah “system” dan menganalisa bagaimana “system” itu akan berinteraksi dan berhubungan satu sama lain.
Terserah apapun sistemnya.
Bisa banking system, supply chain , manufacturing atau apapun. Tetapi pada akhirnya ini yang akan dilakukan, mempelajari sebuah “system” dan menganalisa bagaimana “system” itu akan 
berinteraksi dan berhubungan satu sama lain.
Itulah mengapa seorang lulusan Teknik Kimia bisa menjadi CEO bank, karena di Teknik Kimia mereka mempelajari “proses”, jadi mereka bisa menerapkan ilmu mereka tentang “process” ke banking system.
Kalau orang-orang yang masih  bermental “jadoel” gak akan ngerti itu, dan mereka akan komentar seperti ini
- ngapain lulusan Kimia ke bank?
- kasihan amat, kuliah 5 tahun gak dipakai ilmunya?
- kok kerjanya bisa kesasar begitu?
Orang-orang yang bermental begitu masih terjebak dalam paradigma lama , dan masih  berfikiran dengan pola “mesin uapnya James Watt. Padahal kita sekarang sudah masuk jaman Industrial 4.0, bayangin telat berapa generasi tuh orang !

Ok, sekarang kita kembali ke Henry, apa yang harus Henry lakukan untuk memberikan saran yang tepat pada anaknya ....
Kita coba beberap langkah di bawah ini ...

a) Temukan "passion"nya
Pertama kali, cari passion mereka apa. Ingat orang yang mengerjakan sesuatu sesuai dengan passionnya akan perform lebih bagus.
Lihat, mata pelajaran apa yang nilainya lebih bagus.
Dan tanyakan 2-3 mata pelajaran yang dia paling sukai.

b) Bantu mereka menggambarkan cita-citanya.
Nah, kemudian tanyakan cita-cita hidupnya apa.
Bidang apa yang akan dia sukai
Ingat , anda lagi bantu si anak menggambarkan cita-citanya dan bukannya cita-cita anda untuknya!

c) Bantu anak menghubungkan antara passion dan impian akan cita-citanya.
Bantulah menghubungkan titik demi titik. Usahakan agar apa yang mereka sukai akan nyambung dengan apa yang mereka ingin kerjakan di masa depan.
Jadi lihatlah apakah anak anda:
- hobby berkutat dengan mobil-mobilan dan gadget electronic?
- Berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang?
- Lebih banyak fokus di kegiatan fisik dan olahraga?
- Bekerja sendiri dan berkreasi?
- Lebih banyak fokus pada kegiatan seni dan entertain?
Observasi anda akan membantu anda mengarahkan bidang apa yang akan dipelajari mereka di bangku kuliah.
Berdasarkan pengamatan tentang apa yang mereka sukai, bidang apa nilai mereka lebih bagus dan cita-cita yang ingin mereka capai, arahkan mereka ke jurusan yang akan mereka pilih.
Dont worry too much. Jurusan itu bukan membuat mereka terpaku seumur hidupnya, masih banyak kemungkinan bahwa mereka akan bekerja  di bidang yang (seolah-olah ) tidak ada hubungannya.
Jadi paradigmanya bukanlah “saya akan menjadi insinyur kimia yang baik”, tetapi paradigma sekarang adalah,”Saya akan belajar system and design thinking, dan saya menggunakan kasus-kasus di jurusan teknik kimia sebagai simulasi untuk memecahkan permasalahan !”

d) Bangun dan kecerdasan emosi dan sosial
Sampaikan bahwa selain kuliah, mereka juga harus belajar tentang leadership (kepemimpinan) dan teamwork (kerja tim).
Intinya bagaimana mengendalikan emosi sendiri dan bagaimana mereka memahami orang lain.
Hal ini bisa dipupuk dengan seringkali mengikuti kegiatan organisasi di kampus, senat, kegiatan kemahasiswaan, atau apapun yang membuat mereka berhubungan dengan orang-orang lain yang akan melatih social skills mereka.
Suatu saat nanti mereka akan mengerti bahwa kemampuan mereka dalam teamworking dan leadership ternyata akan sama pentingnya dengan kemampuan akademis mereka!

e) Bangun agility
Last but not least, tell them to build agility, dengan mempelajari sesuatu yang baru setiap saat.
Dunia akan berubah begitu cepat, mereka juga harus  belajar dengan irama yang lebih cepat lagi.
Untuk melatih itu mereka harus selalu mempelajari sesuatu yang baru.
Apa yang bisa mereka pelajari?
Anything! Bahasa asing, memasak, berkuda, olahraga baru, menggambar, memahat bahkan jadi sukarelawan...apa ajalah....
Gak masalah APA yang mereka pelajari. Yang paling penting adalah BAGAIMANA  terus merangsang otak untuk mempelajari sesuatu yang baru dan mendapat keterampilan darinya.
Ini akan sangat bermanfaat di masa datang.

Jadi ingat, untuk lebih mempersiapkan anak-anak anda untuk masa depan mereka, lalukan kelima langkah di bawah ini:
a) Find their passion (Temukan passionnya)
b) Help them draw their dream (bantu menggambarkan impiannya)
c) Help your children to choose one field with their passions and connect to their dream (bantu hubungkan antara passion dan impian)
d) They have to Build the emotional and social intelligence (bantu membangun kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial)
e) Tell them to build their agility (bangun agility)

Wallau alam..

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?