Bagaimana Rezeki di Belanjakan?
ARTIKEL KE 685
PANDUAN BELANJA ISLAMI:
Saya pernah menulis artikel di blog ini tentang tariklah rezeki dengan membelanjakannya. Artikel itu fokus pada memotivasi pembaca untuk membelanjakan rezeki karena sesungguhnya rezeki mengalir sama seperti air, sehingga harus berputar dan memberi manfaat bagi banyak orang.
Perintah Allah soal membelanjakan rezeki sudah jelas lewat firmannya Al Baqarah ayat 265, "Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.”
Perintah Allah sangat jelas yaitu : BELANJAKAN HARTA DEMI MENCARI RIDHA ALLAH SWT. Belanja yang dimaksud di sini adalah sedekah. Sedekah dianggap memberi pinjaman pada Allah SWT. Manusia saja yang kita beri pinjaman akan mengembalikan sesuai jumlah yang dipinjam bagaimana kalo Allah Sang Pemilik Rezeki yang minjam? Pasti akan dikembalikan berkali-kali lipat, seperti halnya perumpaan kebun di ayat atas yang Dia katakan terus menghasilkan dua kali lipat karena curahan rezekiNYA yang tak pernah putus.
(baca : semua tentang sedekah)
Meskipun pengertian rezeki itu luas, bukan hanya uang dan materi tapi tulisan ini fokus pada bagaimana membelanjakan rezeki yang kita terima jika rezeki itu berupa uang.
Uang itu alat tukar jadi pasti harus dibelanjakan agar bisa ditukar dengan barang. Lalu bagaimana sebaiknya membelanjakan rezeki berupa uang itu?
1. Belanja seperlunya.
Belanja yang tidak perlu sama dengan pemborosan dan mubazir dan ini dilarang oleh agama. Meskipun kita kebanyakan uang gak jadi pembenaran kalo kita bisa belanja seenaknya. Baju yang dipake setiap hari hanya sepasang atasan dan bawahan, ngapain belanja baju sampe selemari. Koleksi?? Hati-hati dengan koleksi yang mencelakakan
Belanjalah secara bijaksana. Gak ada salahnya hemat anggaran untuk ibadah di masa depan. Misalnya menabung untuk berangkat haji / umrah, membangun mesjid / mushala / rumah tahfidz dan sebagainya.
Belanja yang tidak perlu sama dengan pemborosan dan mubazir dan ini dilarang oleh agama. Meskipun kita kebanyakan uang gak jadi pembenaran kalo kita bisa belanja seenaknya. Baju yang dipake setiap hari hanya sepasang atasan dan bawahan, ngapain belanja baju sampe selemari. Koleksi?? Hati-hati dengan koleksi yang mencelakakan
Belanjalah secara bijaksana. Gak ada salahnya hemat anggaran untuk ibadah di masa depan. Misalnya menabung untuk berangkat haji / umrah, membangun mesjid / mushala / rumah tahfidz dan sebagainya.
2. Perhatikan label makanan yang dibeli.
Cermati kemungkinan masuknya bahan-bahan haram pada produk. Contoh istilah bahan haram pada makanan: pig, pork, ham, bacon, lard, swine, porcine, ethanol (ethyl alcohol), wine, whiskey, brandy, kirsch, spirits, campagne, liquor, vodka, dll.
Jangan asal murah atau asal bernama asing (biar gaul dan modern).
(baca : makanlah yang baik-baik).
Cermati kemungkinan masuknya bahan-bahan haram pada produk. Contoh istilah bahan haram pada makanan: pig, pork, ham, bacon, lard, swine, porcine, ethanol (ethyl alcohol), wine, whiskey, brandy, kirsch, spirits, campagne, liquor, vodka, dll.
Jangan asal murah atau asal bernama asing (biar gaul dan modern).
(baca : makanlah yang baik-baik).
3. Pastikan halal.
Pilih produk yang bersertifikat halal resmi. Hindari produk-produk yang tidak jelas status kehalalannya. Jika meragukan lebih baik hindari.
Pilih produk yang bersertifikat halal resmi. Hindari produk-produk yang tidak jelas status kehalalannya. Jika meragukan lebih baik hindari.
4. Perhatikan manfaatnya.
Beli produk yang benar-benar dibutuhkan bukan yang diinginkan, karena yang dibutuhkan pasti bermanfaat sementara yang diinginkan belum tentu ada manfaatnya. Jangan boros membelanjakan harta. Mending ditabung untuk bekal akhirat, nabungnya bisa via: infak/shodaqoh di masjid, rumah tahfidz, anak yatim, pesantren, dll.
Beli produk yang benar-benar dibutuhkan bukan yang diinginkan, karena yang dibutuhkan pasti bermanfaat sementara yang diinginkan belum tentu ada manfaatnya. Jangan boros membelanjakan harta. Mending ditabung untuk bekal akhirat, nabungnya bisa via: infak/shodaqoh di masjid, rumah tahfidz, anak yatim, pesantren, dll.
5. Waspadai pemilik usaha.
Hindari membeli produk-produk yang kita ketahui keuntungan penjualannya dipergunakan untuk memusuhi Islam. Kalo kita belanja di toko seperti ini bisa jadi uang kita turut andil menghancurkan Islam.
Hindari membeli produk-produk yang kita ketahui keuntungan penjualannya dipergunakan untuk memusuhi Islam. Kalo kita belanja di toko seperti ini bisa jadi uang kita turut andil menghancurkan Islam.
6. Belanja di toko muslim.
Pilih belanja di toko atau resto milik warga Muslim, memberdayakan sesama muslim sehingga tak ada lagi muslim yang hidup menghinakan diri dengan menjadi pengemis / peminta-minta.
Semoga bermanfaat
Wallahu alam..
Pilih belanja di toko atau resto milik warga Muslim, memberdayakan sesama muslim sehingga tak ada lagi muslim yang hidup menghinakan diri dengan menjadi pengemis / peminta-minta.
Semoga bermanfaat
Wallahu alam..
Comments
Post a Comment