Kini Agama Jadi Berhala

Ketika Agama Kehilangan Tuhan  

Artikel ini terinspirasi tulisan dari KH A Mustafa Bisri (Gus Mus) tentang fenomena yang bisa jadi renungan kita bersama. Jaman sudah berubah bahkan cara manusia memperlakukan agama pun sudah berbeda dengan sebelumnya..
Lain dulu lain sekarang..pernahkah anda memperhatikannya?


Dulu dari kisah-kisah yang kita baca, agama menghancurkan berhala. Kini agama jadi berhala. Tak kenal Tuhannya, yang penting agamanya.
semua orang dikenali berdasarkan identitas agamanya. Bahkan KTP pun memuat informasi tentang agama seseorang (jadi kalo yang gak punya agama di KTPnya ditulis apa ya?). Meski seseorang itu tak menjalankan agamanya

Dulu orang berhenti membunuh sebab agama. Karena orang yang paham agama pasti tahu bahwa membunuh adalah dosa besar. Sekarang orang saling membunuh karena agama. Masalah sedikit saja bisa menyulut kemarahan dan membuat orang meradang. Tulisan kecil (bisa jadi cuma hoax) bisa dianggap menghina dan membuat seseorang jadi halal darahnya, halal untuk dibinasakan. Naudzubillah..

Dulu orang saling mengasihi karena beragama. Bukan hanya dengan sesama Muslim, dengan kaum Nasrani dan Yahudi pun di zaman Rasul dan para khulafaur Rasyidin mereka hidup berdampingan dengan damai. Kini orang begitu mudahnya saling membenci karena agama. Orang jadi sangat mengagungkan agamanya dan menghina agama orang lain. Padahal Allah mengingatkan kita tak menyembah apa yang mereka sembah tapi bukan berarti kita harus menghina dan merendahkan mereka. Harusnya akhlak kita bisa jauh lebih baik agar mereka tertarik pada Islam.

Agama tak pernah berubah ajarannya dari dulu, Tuhannya pun tak pernah berubah dari dulu. Lalu yang berubah apanya? Manusianya.
Dari zaman Rasulullah sampe sekarang agama yang diajarkan tetap sama tapi manusia berubah mengikuti perkembangan zaman. Dan perubahan itu sebagian ke arah yang baik dan sebagiannya lain ke arah yang salah... Fanatisme dan radikalisme menjadi trend..seolah-olah jihad membela agama hanya lewat cara memerangi orang lain, lewat perang yang bukan hanya membinasakan non muslim tapi juga muslim pun kena imbasnya.
Akhirnya Islam yang damai melekat dengan isu terorisme dan Islamophobia (ketakutan akan Islam) menjadi trend di negara barat.

Dulu orang belajar agama sebagai modal, untuk mempelajari ilmu lainnya. Sehingga mereka semakin meyakini kekuasaan dan rahmatNya, semakin mengimani firmanNya karena semua yang diberitakan di Al Quran sejalan dengan sains modern. Sekarang orang malas belajar ilmu lainnya, maunya belajar agama saja. Sehingga pikirannya hanya terpaku pada apa kata uztaz / pemimpin agamanya saja. Benar ato salah kalo uztaz yang ngomong PASTI benar ! Tanpa merasa perlu menggunakan otak untuk menimbang benar dan salahnya. Padahal uztaznya hanya manusia biasa yang bisa khilaf dan salah juga.. Karena gak punya pengetahuan lain, gak punya pembanding ! Gampang tersulut amarah, gampang diadu domba.

Dulu pemimpin agama dipilih berdasarkan kepintarannya, yang paling cerdas di antara orang-orang lainnya. Sekarang orang yang paling dungu pun, yang tidak bisa bersaing dengan orang-orang lainnya, dikirim untuk belajar jadi pemimpin agama.
Dulu para siswa diajarkan untuk belajar giat dan berdoa agar bisa menempuh ujian. Sekarang siswa malas belajar, tapi sesaat sebelum ujian berdoa paling kencang, karena diajarkan pemimpin agamanya untuk berdoa supaya lulus.
Dulu agama mempererat hubungan manusia dengan Tuhan. Sekarang manusia jauh dari Tuhan karena terlalu sibuk dengan urusan-urusan agama.
Dulu agama ditempuh untuk mencari Wajah Tuhan. Sekarang agama ditempuh untuk cari muka di hadapan Tuhan.

Esensi beragama telah dilupakan. Agama kini hanya komoditi yang menguntungkan pelaku bisnis berbasis agama, karena semua yang berbau agama telah didewa-dewakan, takkan pernah dianggap salah, tak pernah ditolak, dan jadi keperluan pokok melebihi sandang, pangan, papan. Agama jadi hobi, tren, dan bahkan pelarian karena tak tahu lagi mesti mengerjakan apa.
Agama kini diper-Tuhankan, sedang Tuhan itu sendiri dikesampingkan.
Agama dulu memuja Tuhan. Agama kini menghujat Tuhan. Nama Tuhan dijual, diperdagangkan, dijaminkan, dijadikan murahan, oleh orang-orang yang merusak, membunuh, sambil meneriakkan nama Tuhan.
Tuhan mana yang mengajarkan untuk membunuh?
Tuhan mana yang mengajarkan untuk membenci?


Tapi manusia membunuh, membenci, mengintimidasi, merusak, sambil dengan bangga meneriakkan nama Tuhan, berpikir bahwa Tuhan sedang disenangkan ketika ia menumpahkan darah manusia lainnya.
Agama dijadikan senjata untuk menghabisi manusia lainnya. Dan tanpa disadari manusia sedang merusak reputasi Tuhan, dan sedang mengubur Tuhan dalam-dalam di balik gundukan ayat-ayat dan aturan agama. 


Dulu orang beribadah pada Tuhan dan di sela jeda ibadah itu mencari rezekiNya. Berapapun rezeki yang didapat hari itu disyukuri sebagai pemberian Tuhan. Diyakini bahwa itu rezeki yang dibutuhkannya hari ini. Karena yang paling penting adalah ibadahnya tetap lancar dan tepat waktu. Kini orang sibuk mencari rezeki dan ibadah di sela-selanya itupun kalo ingat. Saat melaksanakannya pun terburu-buru dan tak khusyu. Karena dunia dan mencari rezeki jauh lebih penting. Tuhan seolah terlupakan dan baru dicari lagi saat rezekinya macet. Baru mengadu dan beribadah berurai air mata karena merasa rezekiNya tak sesuai yang keinginannya.
Orang mulai menjadikan agama sebagai bisnis, komoditi dagangan yang bisa untung bisa rugi. Gak apalah mengumpulkan dana umat untuk kepentingan pribadi. Berapa banyak travel umroh yang akhirnya bermasalah dan tak bisa memberangkatkan jamaah yang telah mempercayakan uangnya pada mereka?

Dulu manusia lebih fokus pada berkahnya, pada kualitas rezekinya daripada kuantitasnya. Meski sedikit yang penting berkah. Manusia sekarang fokus pada jumlah,pada kuantitas, yang bisa dihitung. Karena ia mengasosiasikan dirinya dengan barang / harta / uang /rezeki yang dimilikinya. Seberapa banyak yang didapatnya itu menentukan seberapa hebat dia di masyarakat. Bukan seberapa manfaat dirinya dan rezekinya.

Mari kita merenung..........

Wallahu alam...

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?