Merasa Tak Pantas Berjalan Dengan Seekor Anjing

ARTIKEL 687  

Tak pantas  

Orang saleh memang selalu memberi kejutan. Perilaku mereka menjadi sangat istimewa terutama bagi kita yang hidup di jaman now. Sebagaimana kisah sufi abad ke III Hijriah yaitu Abu Yazid Bisthami atau dikenal juga dengan nama Bayazid Bisthami. Kegemarannya adalah mempelajari Al Quran dan hadits. Dia pernah berkata, "Kalau engkau melihat seseorang sanggup melakukan pekerjaan keramat , seperti duduk bersila di udara, maka janganlah engkau terperdaya olehnya. Perhatikanlah apakah ia melaksanakan perintah Allah, mejauhi larangan (Allah), dan menjaga dirinya dalam batas-batas syariat.
Jadi kejadian yang nampak di depan mata tidak lah terlalu penting, yang penting apakah kesehariannya dia betul-betul berahlak mulia? Dia lebih banyak menggunakan akal pikiran untuk memahami hukum-hukum Allah SWT.
Tapi sebagai manusia beliau pun tak luput dari salah dan khilaf. Seperti kisah di bawah ini.


Di kisahkan di tengah perjalanan ke suatu tempat, Abu Yazid al-Bisthami bertemu dengan seekor anjing yang nampak buruk dan kudisan.
Refleks, diangkatlah gamisnya, dengan maksud agar tidak terkena najisnya.
Spontan anjing tersebut berhenti dan memandang Abu Yazid.
Atas kuasa Allah, Abu Yazid bisa mendengar anjing tersebut berbicara, kepadanya seperti ini :
"Wahai Yazid,  tubuhku ini kering, tidak akan menimbulkan najis kepadamu. Jika pun terkena najisku, engkau tinggal membasuhnya  7 kali, dengan air dan tanah. Maka najisku akan hilang, tapi luka yang kau tanamkan di hatiku takkan pernah bisa kau basuh dengan apapun. Dan jika engkau angkat gamismu, karena berbaju manusia, merasa lebih mulia dan menganggap aku hina, maka najis di dalam hatimu, tidak akan mampu terhapus, walaupu  kau bersihkan dengan air dari 7 samudera".
Abu Yazid terhenyak mendengar perkataan anjing tersebut.

Dia menunduk malu, dan segera meminta maaf kepada si anjing.
Diajaknya anjing tersebut bersahabat dan mengikuti perjalanannya, tetapi anjing itu menolak.
Kemudian anjing itu berkata:
"Engkau tidak mungkin bersahabat dan berjalan denganku, karena orang-orang yang memuliakanmu akan mencemooh kamu dan melempariku dengan batu.
Aku juga tidak tahu mengapa mereka menganggap aku hina, padahal aku telah berserah diri kepada Penciptaku atas wujud ini. Penciptaku sendiri tak pernah menganggapku demikian, tapi ciptaanNya, yaitu manusia inilah yang memperlakukan aku dan sesama manusia dengan berbeda. Mereka merendahkan aku.
Lihatlah...
Tidak ada yang aku bawa, bahkan sepotong tulang sebagai bekalku saja tidak.
Sementara engkau masih membawa bekal sekantong gandum".


Kemudian anjing tersebut berlalu..
Dari jauh Abu Yazid memandangi anjing tersebut, berjalan meninggalkannya.
Tidak terasa air  mata Abu Yazid menetes, dan ia berkata dalam hati:
"Ya Rabb, untuk berjalan dengan seekor anjing ciptaan-Mu saja aku merasa tidak pantas. Bagaimana aku bisa pantas berjalan dengan-Mu?
Ampunilah aku, sucikanlah najis di dalam kalbuku ini..."*.
Masyā Allāh...
Apakah kita bisa bersikap serupa jika melakukan kesalahan? Atau mungkin kita cuek dan gak peduli.
Yang paling penting sebenarnya bukan persoalan khilaf/salahnya, semua orang pasti tak ada yang bebas dari salah, tapi bagaimana menyikapi kesalahan itu sehingga membuat kita jadi lebih baik dari sebelumnya.
       
▪ Jangan pernah MERASA LEBIH MULIA daripada seluruh ciptaan Allah.
▪ Jangan pula merasa lebih baik, lebih terhomat daripada orang lain, karena Allah melihat kalbumu bukan penampilan fisik dan lahirmu.
▪ Kebaikan hati tidak perlu diungkapkan, Allah Maha Mengetahui ketulusan dan keikhlasan kita*.
▪ Tawadu di dalam iman dan akhlak. Bening hati dengan dzikrullah dan qiyamul lail.
Semoga Allah SWT menjadikan kalbu kita bening dan bersih dari segala kotoran, penyakit lahir dan batin sehingga tidak mau setitik pun menilai, mencela dan membuli orang lain, siapa pun dia...

Wallahu alam....

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?