Untuk Ayah Renungkan

ARTIKEL KE 690  

BIAR KU BAYAR AYAH...  

Saya terhenyak membaca kisah ini bagaimana seorang anak antusias mengumpulkan uang untuk membayar ayahnya...semoga bisa jadi renungan buat kita, khususnya para ayah...


Kisah ini dimulai ketika seorang ayah pulang kantor dalam keadaan letih, lelah dan penat luar biasa. Dengan sudut mata dilihatnya anak laki- lakinya yang berumur 4,5  tahun dengan riang menyambutnya di depan pintu.
Seperti biasa ia akan melontarkan banyak pertanyaan. Rasa ingin tahunya memang luar biasa besar.
Anak : "Ayah boleh aku tanya sesuatu?"
Kata si anak sambil menatap wajah ayahya yang nampak kuyu.
Ayah : "Tentu nak, ada apa?"

Meski lelah luar biasa, si ayah tetap berusaha memperhatikan apa yang dibicarakan si kecil. Kemudian dengan nada tinggi si anak bertanya lagi.
Anak : "Ayah kok pulang kerja malam terus, berapa duit yang ayah dapat tiap hari ?"
Ayah : "Itu bukan urusanmu nak, kenapa kamu tanya itu?" (jawab Ayah sedikit kesal, kok anak sekecil ini mau tau urusan yang beginian?). Tapi si kecil gak menyerah dia terus mencecar ayahnya dengan pertanyaan yang sama.
Anak : "Aku cuma ingin tahu Ayah, tolong beritahu aku, berapa duit yang Ayah dapat sehari?" (kali ini dengan nada memelas)
Ayah : "Baiklah kalo kamu ingin tahu, Ayah dapat 100 ribu rupiah setiap harinya. Puas kan sekarang ayah mau mandi dan istirahat." Si ayah kemudian meninggalkan si kecil dengan sejuta pikiran di benaknya

Anak : "Ohhh" (terdengar sayup-sayup suara si kecil, tapi ayah sudah terlalu lelah untuk bertanya jawab lagi)

Selang beberapa hari berselang, si ayah sudah lupa percakapan dengan lelaki kecilnya sampai kemudian suatu hari seperti biasa ia menyambut ayahnya di depan pintu dan mulai bertanya lagi.
Anak : " Ayah pasti capek ya?" Katanya dengan wajah polos. 
Si ayah hanya bisa menganggukan kepala tanda setuju dengan pernyataan si kecil.
Tak lama kemudian si kecilnya mendongakkan kepala, dan bertanya lagi pada ayahnya :
Anak : "Ayah, boleh aku pinjam uang ayah 10 ribu?"
Ayah : "Untuk apa? Pasti buat jajan ya... lebih baik sekarang kamu ke kamarmu tidur!!" (jawab ayah dengan nada tinggi)
Si Kecilpun pergi ke kamarnya dalam keadaan sedih dan menutup pintu.  
Setelah beristirahat sejenak dan pikirannya mulai tenang, ia berfikir barangkali ia terlalu kasar pada si kecil, mungkin ada keinginan yang penting karena alih-alih minta pada ibunya ia malah minta uang pada ayahnya. Ayahpun beranjak menuju kamar si kecil. Dia melihat anaknya masih terjaga, terduduk di pinggiran tempat tidurnya. Berusaha untuk menetralisir keadaan kemudian ia bertanya :
Ayah : "Kok belum tidur nak?"
Anak : "Belum Yah,  aku belum ngantuk" (katanya pendek dengan wajah yang sedapat mungkin tidak memandang wajah ayahnya).

Pelan-pelan ayahnya kemudian berkata:
Ayah : "Maafkan Ayah ya nak, tadi Ayah terlalu keras sama kamu, hari ini Ayah begitu sibuk dan capek, jadi ayah terbawa emosi, maafin Ayah ya, nih uang  yang kamu minta tadi" Sambil mengangsurkan selembar uang sepuluh ribu ke tangan si anak.
Anak : "Asik..terima kasih Ayah" Tiba-tiba si anak lompat kegirangan dan memeluk ayahnya. Sekejap kemudian ia pun berbalik menuju tempat tidurnya, pikir ayahnya si anak sudah mau tidur. Tapi yang dilakukannya sungguh di luar dugaan si ayah.
Si anak mengeluarkan uang dari bawah bantal dan mulai mengitungnya. Ayah menatap heran lalu bertanya :
Ayah : "Kamu sudah punya uang, kok masih minta lagi sama Ayah?"
Anak : "Aku menabung Yah, tabunganku baru 90 ribu, jadi masih kurang 10 ribu untuk bisa membayar Ayah"
Ayah semakin heran darimana anak ini mendapat ide untuk menabung sampai ketika dia dengan alasannya..
Anak : "Ini yah, aku mau bayar Ayah 100 ribu untuk meminta waktu Ayah besok, satu hari aja untuk bisa ayah bersamaku" Katanya sambil menyodorkan segepok uang pecahan seribuan dan dua ribuan yang terbungkus dalam plastik bekas mainan.
Terhenyak ayah mendengar permintaan si kecil yang menatapnya dengan penuh harap. Tak disangka anaknya ingin membayar si ayah agar punya waktu untuk bersamanya, waktu yang memang menjadi haknya sebagai anak.  
Ayahpun menteskan airmata, lalu memeluk si kecil.
Ayah : "Maafkan Ayah nak, Ayah terlalu sibuk dan tak pernah ada waktu untukmu, Ayah memang jahat nak"
Si kecilpun mencium pipi dan berkata,
Anak : "Aku sayang Ayah"
Sambil memeluk si Kecil, dalam hati Ayah menangis sambil berkata :
"Lelahku untuk masa depanmu Nak".

Tak perlu ayah kalo hanya untuk cari nafkah. Karena sekarang banyak juga ibu-ibu yang bekerja, membantu suaminya untuk menghidupi keluarga. Tapi peran seorang laki-laki dalam rumah tangga adalah role model (teladan) bagi anak lelakinya. Pelajaran pertama menjadi ayah diperoleh anak lelaki dari ayahnya. Karena itu sediakan waktu untuk anak-anak anda. Karena mereka akan belajar cara memperlakukan anaknya kelak dari perilaku kita sekarang ini.

Tak ada kata pensiun menjadi orang tua, kita harus terus belajar, trial dan error.

Wallahu alam..

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?