Bayarnya ke Allah

Mbah Jum si serba bisa  

Sebuah cerita tentang kesederhanaan dan filosofi yang membuat hidup tenteram dan rezeki lancar. Mbah Jum sosok wanita tua yang sederhana, pekerjaannya berdagang tempe. Biasanya ia diantar oleh cucunya yang bekerja sebagai buruh panggul di pasar. Ada yang istimewa dari Mbah Jum ini yaitu dia buta sejak lahir. Meski begitu dia memilih jualan daripada mengemis. Dia tidak ingin menghinakan diri dengan mengharap belas kasihan manusia. Karena baginya hanya kepada Allah lah kita berharap bukan kepada mahlukNya.


Tidak sampai 2 jam dagangan tempe mbah Jum sudah terjual habis. Mbah Jum selalu pulang paling awal dibanding pedagang lainnya. Sebelum pulang mbah Jum selalu meminta cucunya menghitung uang hasil dagangannya hari itu. Dan menariknya, bila cucunya menyebut angka lebih dari 50 ribu rupiah, mbah Jum selalu minta cucunya itu mampir ke masjid pasar dan memasukkan uang lebihnya itu ke kotak amal.
Modal untuk bikin tempe cuma 20 ribu. Menurutnya paling banyak dapetnya ya 50 ribu rupiah setiap hari. Kalau sampai lebih berarti itu kelebihan itu milik Allah dan harus dikembalikan lagi ke Pemliknya. Karena menganggap masjid adalah rumah Allah sehingga mbah Jum selalu menyuruh cucunya untuk memasukkan ke kotak amal mesjid.

Luar biasa bukan si Mbah ini? Bukankah itu haknya dan bisa diputar jadi modal lagi? Tapi bukan begitu yang dilakukan simbah yang disela-sela menunggu pembeli senantiasa bershalawat memuji Baginda Nabi.
Jika setiap hari membawa pulang uang hanya 50 ribu rupiah berarti jumlah tempe yang dibawanya pun sama, karena dipatok dengan modal 20 ribu rupiah per hari. Tapi apakah hasil jualannya juga sama setiap hari? Ternyata tidak ! Menurut cucunya, kalau ada yang beli tempe, karena simbah tidak bisa melihat, simbah selalu bilang, ambil sendiri kembaliannya. Tapi mereka para pembeli itu selalu bilang, uangnya pas, gak ada kembalian. Padahal banyak dari mereka yang membeli tempe seharga 5 ribu, bayarnya pake uang 20 ribu. Ada yang beli tempe seharga 10 ribu dan bayar pake uang 50 ribu. Dan mereka semua selalu bilang uangnya pas, gak ada kembalian. Konon pernah suatu hari simbah dapat uang 350 ribu. Ya 300 ribunya dimasukkan di kotak amal masjid.

Bukankah orang seperti ini langka? Disaat semua orang ingin semuanya menjadi uang, bahkan kalau bisa kotorannya sendiripun disulap menjadi uang, tapi ini mbah Jum... Aahhh…. Logika kita yang hidup di era kemoderenan jahiliyah ini memang belum sampai.
Aktivitas selanjutnya sepulang dari pasar jualan adalah simbah langsung masak untuk makan siang dan malam. Ternyata mbah Jum ini serba bisa, selain jualan tempe dia juga seorang tukang pijat bayi (begitulah orang dikampung itu menyebutnya). Bila ada anak-anak yang dikeluhkan demam, batuk, pilek, rewel, kejang, diare, muntah-muntah dan lain-lain, biasanya orangtua mereka akan langsung mengantarkan ke rumah mbah Jum. Bahkan bukan hanya untuk pijat bayi dan anak-anak, mbah Jum juga bisa membantu pemulihan kesehatan bagi orang dewasa yang mengalami keseleo, memar, patah tulang, dan sejenisnya. 
Ternyata di balik kekurangannya Allah memeberikan kelebihan pada Mbah Jum.

Mbah Jum tidak pernah memberikan tarif untuk jasanya itu, padahal dia tak keberatan diganggu 24 jam bila ada yang butuh pertolongannya. Bahkan bila ada yang memberikan imbalan untuk jasanya itu, ia selalu masukan lagi semuanya ke kotak amal masjid. Ya, semuanya, 100% ! 
Kenapa harus semuanya dimasukkan ke kotak amal ? Bukankah itu hak simbah dan dia bisa menggunakan untuk membeli keperluan dan membuat hidupnya lebih layak.
Mbah Jum memberi penjelasan begini :
"Saya itu sebenarnya nggak pinter mijit. Kalau ada yang sembuh karena saya pijit, itu bukan karena saya, tapi karena gusti Allah. Jadi bayarnya bukan sama saya, tapi sama gusti Allah."

Wajah keriput mbah Jum nampak bersinar. Manusia yang datang dari peradaban kapitalis akan terkaget-kaget saat dihadapkan oleh peradaban sedekah tingkat tinggi macam ini. Di era kapitalis seperti sekarang ini orang sekarat saja masih bisa dijadikan lahan bisnis. Orang miskin dilarang sakit, katanya. Karena rumah sakit dan pelayanan medis itu mahal dan mereka tidak menerima pasien yang tak mampu bayar. Yang punya kartu BPJS pun kerap dipandang sebelah mata. Apalagi sekarang BPJS konon merugi milyaran rupiah.....
Anyway lanjut soal Mbah Jum yang luar biasa ini..
Mbah Jum tinggal bersama 5 orang cucunya. Sebenarnya yang cucu kandung mbah Jum hanya satu, yaitu yang paling besar usia 20 tahun (laki-laki), yang selalu mengantar dan menemani mbah Jum berjualan tempe dipasar. Sisanya yang 4 orang lagi itu adalah anak-anak yatim piatu dari tetangganya yang dulu rumahnya kebakaran. Masing-masing mereka berumur 7- 12 tahun.
Dikarenakan kondisinya yang tuna netra sejak lahir, membuat mbah Jum tidak bisa membaca dan menulis, namun ternyata ia hafal 30 juz Al-Quran. Subhanallah!

Cucunya yang paling besar ternyata guru mengaji untuk anak-anak di kampung mereka. Ke-4 orang cucu-cucu angkatnya ternyata semuanya sudah khatam Al-Quran, bahkan 2 diantaranya sudah ada yang hafal 6 juz dan 2 juz.
Mengenai keadaannya Mbah Jum mengatakan :
"Saya ini orang kampung. Tidak bisa melihat apapun dari bayi. Alhamdulillah kehendak gusti Allah, saya diberi keberkahan, bisa hafal Al-Quran. Gusti Allah itu benar-benar sayang sama saya."

Mbah Jum tidak kaya, tidak berlebih harta, tak hidup mewah tapi hidupnya tenang. Dia tak diperbudak trend. Mencari rezeki pun secukupnya, menyerahkan pada Allah SWT. Jika berlebih semua tidak dimakannya, lebih banyak dia kembalikan pada Allah SWT lewat sedekah. Mungkin kita bertanya bagaimana mungkin Mbah Jum bisa hidup dengan 50 ribu rupiah perhari, dengan tanggungan 5 orang cucu. Kalo pun dibantu oleh cucu tertuanya, berapa sih penghasilan seorang buruh panggul setiap hari? 
Tapi begitulah Allah memelihara hambaNya. Allah lah yang menjamin hidupnya, sederhana tapi berkah. Meski matanya tak melihat tapi batinnya bercahaya, jauh lebih terang dari matanya.
Kurasa saat ini bidadari surga iri melihat mbah Jum, karena kelak di surga para bidadari itu akan menjadi pelayan bagi mbah Jum.

Wallahu alam

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?