Penyeru Kebaikan Vs Pencegah Kemungkaran

ARTIKEL KE 684  

Ketika datang sebuah nasehat  

Tulisan sebelumnya saya bercerita bahwa menjadi penyeru kebaikan itu berat tapi bukan tidak mungkin dilaksanakan. Tulisan ini adalah lanjutan pembahasan tentang itu terinspirasi dari tulisan Tere Liye.
Pernah gak memperhatikan betapa ajaibnya tanggapan manusia saat datang sebuah nasehat padanya? Sebagaimana umat-umat terdahulu yang memilih untuk menolak kebenaran dan menantang Allah dengan keangkuhannya? Kita ini lemah dan ilmunya terbatas tapi lucunya kalo kita diberitahu sesuatu yang benar seringkali reaksi kita begini :



URUS SAJA URUSANMU !
1. Ketika datang nasehat kebaikan, kita berkata: "Urus saja urusanmu. Saya toh tidak mengganggu kamu, so tolong jangan ganggu saya juga!
Reaksi yang yang seringkali kita lontarkan ketika ada seruan kebaikan yang kita gak sepaham..Apa benar menyeru kebaikan itu mengganggu? Hanya setan yang terganggu dengan panggilan kebenaran..
Dan perintah untuk meyeru kebaikan itu datangnya dari Allah seperti firman Allah dalam urah Al Ashri ayat 1-3: (I) Demi masa, (II) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, (III) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Jelas sudah, surah ini bilang manusia itu dalam posisi rugi. Saya, anda dan kita semua dalam posisi rugi. Kecuali yang melakukan tiga hal: 
- beriman, 
- mengerjakan amal saleh, 
- dan saling menasehati dalam kebaikan. 
Beriman dan mengerjakan amal saleh adalah urusan pribadi masing-masing dengan Allah tapi menasehati dalam kebaikan itu melibatkan orang lain.
Maka, orang-orang yang bilang urus saja urusan masing-masing, jelas sekali tidak paham agamanya. Apalagi sampai menantang, saya tidak mengganggu Anda, kenapa Anda harus mengganggu saya? Kalimat ini muncul karena hatinya sudah tertutup dari kebenaran. Tak mau menerima kritik dan ogah diperbaiki karena merasa tidak ada yang salah pada dirinya...Orang seperti ini biasanya bermasalah rezekinya.
Tau gak, tidak mau menerima nasehat adalah salah satu dari 30 kebiasaan yang dapat mengurangi keberkahan rezeki.

GAK USAH SOK ALIM DEH !
2. Ketika nasehat datang padanya, mereka berkata: "Jangan sok alim deh!" Memberi nasehat itu wajib, bukan berarti yang menasehati itu lebih alim atau  sok suci, sok berilmu. Tapi menyampaikan apa yang diketahui itu mengikuti sabda Rasulullah SAW, "Sampaikan dariku walau hanya satu ayat." (H.R. Bukhari). Jadi meski hanya satu ayat yang diketahui wajib kita sampaikan bisa jadi banyak orang yang tidak tahu tentang itu.. Karena gak mungkin ada orang yang gak punya ilmu sama sekali.
Dal lagi kalo urusan saling menasehati harus menunggu semua orang suci dan alim dulu, bubar kehidupan ini.
Kalopun seseorang itu gak suci dan gak alim, bukan berarti kewajiban untuk menasehati jadi gugur. Adalah jalan menuju kebaikan ketika seseorang rajin mengingatkan, menasehati, secara terus menerus, hingga akhirnya perbuatan maksiat, dosa yang dilakukan menjadi berangsur-angsur berkurang. Minimal dirinya sendiri yang lebih dahulu diperbaiki. 
Orang seperti ini biasanya susah dapat rezeki, karena jalan untuk meraih rezeki itu mudah termasuk lewat saling nasehat menasehati.

NYINYIR AH !
3. Ketika datang nasehat, mereka berkata: "Nyinyir ah!." Nyinyir menurut kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai mengulang-ulang permintaan, perintah dan cerewet,
Kalo nyinyir diartikan seperti kamus ketahuilah orang yang paling nyinyir sedunia adalah Rasul. Semua rasul yang diutus ke bumi adalah orang yang nyinyir karena mereka mengulang-ulang perintah Allah SWT, mengulang-ulang permintaan agar kaumnya mau beriman, cerewet dalam artian gak pernah lelah dan berhenti menasehati meskipun gak ada yang dengar saat itu.
Jadi sebenarnya nyinyir itu bagus sepanjang nyinyir dalam hal kebaikan. 

LU SIRIK YA?
4. Ketika datang nasehat, mereka berkata: "Sirik lu. Ngiri! ya?" Sebuah tuduhan yang gak berdasar dan seolah-olah pembenaran kalo dirinya lebih baik dari yang memberi nasehat.
Kita memang mudah sekali bilang orang lain sirik, ngiri, hingga lupa, bahwa bagaimana mungkin orang yang memberi nasehat kebaikan ngiri sama kita? Justru karena dilihatnya kita menyimpang, rasa pedulinya lah yang membangkitkannya untuk menasehati agar kita kembali ke jalan yang benar dan tidak terus terjerumus ke jalan yang salah.. Membuat kita yang terlalu bangga dengan dosa-dosa tersadar akan kekhilafan yang kita lakukan..
Harusnya kita berterima kasih diingatkan sebelum semua terlambat..sebelum ajal datang dan tak sempat taubat dan memperbaiki diri...

KAMU UDAH LAKUKAN?
5. Ketika datang nasehat, mereka berkata: "Memangnya lu sudah melakukan apa yang lu bilang?." So..memangnya kenapa kalo dia gak lakukan? Dia gak boleh kasi nasehat, gitu? Apa yang kita tahu tentangnya? Bisa jadi dia sedang dalam proses melakukannya, atau dia sedang berproses memperbaiki diri dan mendapatkan ketentraman darinya?
Bukan urusan kita menilai hal ini. Itu urusan Allah. Jelas bahwa besar sekali kebencian Allah pada orang-orang yang gak melakukan apa yang dia katakan. Tapi itu bukan urusan kita. Yang jadi urusan kita adalah bagaimana reaksi kita terhadap nasehatnya..
Jika setiap kali nasehat datang, kita sibuk bertanya, memang lu sudah lakukan? Maka rusaklah keseimbangan dalam masyarakat. Kalaupun kita tahu seseorang itu memang munafik, bermuka dua, pendusta, sukanya kasi nasehat demi pencitraan belaka, jangan diserang dengan kalimat tersebut, masalahnya bukan di pemberi nasehatnya tapi di kita yang menerima nasehat. Kalo dia belum lakukan apa yang dia bilang itu urusannya dengan Allah..!

BISA SANTUN GAK SIH?
6. Ketika datang nasehat, mereka berkata: "Bisa nggak sih nasehatnya lebih santun.Gak ada seruan kebaikan yang keliru. Semua nasehat itu baik. Yang salah itu orang-orang yang gak mau memberikan nasehat. Ketika kita kehilangan alasan buat ngeles, kehabisan argumen berdasarkan dalil untuk membantah sebuah nasehat, maka jangan pernah justeru menyerang sisi elementernya--yaitu pemberi nasehat dengan bilang nasehatnya kasar dan gak sopan.
Dan ini membuka konfrontasi, amat kontra produktif, bayangkan, kita menyerang langsung depan umum, berdebat secara terbuka ditonton banyak orang. Maka orang-orang lebih asyik menonton, bukan mendengarkan substansi nasehat. 

Al Qur'an dan hadist, memiliki banyak peringatan yang disampaikan dengan keras, perumpamaan yang sangat menohok hati (manusia disamakan dengan binatang ternak), dan sebagainya agar manusia pake otaknya buat mikir.
Berbuat baik, termasuk di dalamnya saling menasehati adalah tanggung-jawab (responsibility). Tidak pernah menjadi pilihan (choice). Yang namanya tanggung jawan suka ato gak HARUS dilakukan sementara yang namanya pilihan boleh melakukan boleh juga tidak...namanya juga milih !
Nah, peradaban manusia bisa bertahan ratusan tahun karena masih ada sebagian manusia yang mengambil tanggung-jawab tersebut. Tanggung jawab untuk menasehati. Ogah melakukan pembiaran atas maksiat yang makin merajalela. Jika tidak, maka kita akan hancur binasa oleh tangan kita sendiri, atau digulung oleh azab Allah, sebagaimana  umat-umat nabi dan Rasul terdahulu. Ceritanya banyak di Al Quran. Nasehat itu seperti uang bermata dua: Amar ma'ruf, nahi munkar. Menyeru kepada kebaikan, itu sudah banyak, tapi yang mencegah kemungkaran, berdiri gagah mengingatkan hal-hal mungkar itu super, kita semua dibebani kewajiban tersebut.

Jadi jangan pernah  berhenti menyuarakan kebaikan dan mencegah terjadinya kemungkaran. Jika semua orang melakukannya maka hidup ini insya Allah jauh lebih baik.. dan nyari rezeki pun jadi mudah karena semua orang hidup rukun, salin support, mengingatkan kebaikan dan bekerjasama mencegah kemungkaran. Menolak pembiaran akan kemaksiatan yang makin merajalela dengan berbuat sesuatu, gak ikutan berbuat maksiat dan ngajakin orang melakukan yang sama dan yang udah terlanjur melakukannya diajak taubat...

Wallahu alam.

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?