Siapakah yang Paling Buruk?

ARTIKEL KE 845   

Yang Buruk Itu Kita !

Cerita ini sesuatu yang paling familiar dan sering ditanyakan oleh orang-orang di sekitar kita.
"Wahai Kiyai, manakah yang lebih baik, Seorang beragama yang ibadahnya banyak, tetapi kelakuannya buruk."
"Ataukah seorang yang tidak beribadah, tapi kelakuannya baik pada sesama...?"
Tanya seorang santri kepada kiyainya.


Contohnya nih ada orang sebut saja Salim, yang setau kita ibadahnya bagus...
Ke mesjidnya rajin, lima waktunya gak pernah absen. Kalo ada pengumpulan dana untuk mesjid dan panti asuhan selalu nyumbang, jumlahnya gak sedikit pula..Hajinya udah lebih dari sekali, jangan tanya soal umroh hampir setiap tahun dia pasti berangkat. Denger-denger puasa senin kamis dia juga sering lakukan...
Tapi mengapa tiba-tiba dia jadi tersangka suap? Ditangkapnya pun di sebuah tempat yang jauh dari kesan islami, sebuah bar eksklusif dengan beberapa wanita yang bukan muhrim? Di atas meja ada minuman keras yang tinggal setengah botol dan beberapa linting kertas berisi bubuk putih yang diduga narkoba. Cerita ini bukan fitnah karena konon dia tertangkap tangan sedang menerima uang suap dari seseorang dilengkapi dengan foto yang menunjukkan lokasi penangkapan...

Gak nyangka aja gitu...
Sekian tahun kita mengenalnya sebagai orang yang saleh..
Sehingga kita sangat maklum jika rezekinya bagus dan bisnisnya lancar.
Belum lagi dia dipercaya untuk memegang jabatan penting di pemerintahan.
Rezeki betul-betul mengikuti dimana dia berada.
Hidupnya begitu mudah..
Urusan kalo udah di tangan dia pasti lancar..
Kita paham karena memang dia tampak begitu baik
Sehingga banyak diantara kita menjadikannya teladan...
Ternyata semua itu cuma topeng belaka
Allah menunjukkan siapa dirinya sebenarnya...
Jangan-jangan rezekinya itu adalah rezeki haram...???

Di sisi lain...ada orang sebut saja Sultan anaknya sangat baik hati, sopan dan ringan tangan. Tapi meski dia mengaku islam dan dibesarkan dalam keluarga yang taat tak sekalipun kita melihatnya shalat. Jangan kata shalat lima waktu, shalat jumat aja yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim laki-laki yang sudah baligh, seminggu sekalipun tak dia lakukan.
Saat waktu Jumatan tiba...dia pasti kelayapan entah di mana.
Atau malah main hp di rumah..
Selama bulan ramadhan dia gak pernah puasa, enak-enakan ngerokok dan makan siang sementara orang lain sibuk beribadah...
Tapi dia gak pernah nyakitin orang dan juga gak pernah menyulitkan orang lain.
Kucing yang jatuh di selokan pun dia tolong..
Diberi makan dan minum...
Liat tetangga yang mobilnya mogok, pasti segera dia bantuin dorong..
Rezekinya pun bagus-bagus aja...
Bisnisnya lancar, mudah dapat klien dan keuntungannya terus meningkat..
Padahal ibadah wajib gak pernah dia lakukan...

Gimana ini...pak Uztaz??

Siapa yang paling baik diantara keduanya, Salim atau Sultan??
Maha Suci ALLAH...
"Keduanya baik...", ujar sang kiyai sambil tersenyum...
"Lho, kok bisa...?" desak sang santri...

"Karena Salim yang tekun beribadah itu boleh jadi akan dibimbing Allah SWT untuk berkelakuan mulia melalui ibadahnya...
Sebagai manusia biasa, wajarlah jika dia khilaf.
Kejatuhan adalah ujian baginya untuk kembali ke jalan Allah..
Begitulah cara Allah menyentil hamba yang disayangiNYA..
Rezeki yang "diberiNYA" tak hanya berupa keberuntungan dan materi tapi juga kejatuhan....
Sesungguhnya semua musibah dan kesialan yang kita dapatkan bukan Allah yang memberi tapi kita sendiri yang minta...lewat pilihan-pilihan salah yang kita lakukan. Kita bebas memilih dan karena itu seseorang yang tadinya baik bisa terjurumus di jalan yang salah karena salah menjatuhkan pilihan...
Akhirnya muncullah kisah Salim yang tadinya saleh menjadi Salim yang salah di koran...
Bisa jadi itulah cara Allah mengajari Salim untuk kembali ke jalan yang benar...

Sedangkan Sultan yang baik kelakuannya itu, boleh jadi akan dibimbing Allah SWT melalui rahmat-Nya untuk semakin taat kepadaNYA..."
Sesungguhnya hatinya sudah baik dan dia berpotensi untuk menjadi orang yang saleh hanya saja dia perlu waktu untuk sampai di proses itu.
Bisa jadi kita lihat dia santai-santai saja dan tak pernah ibadah padahal dia sementara belajar agama diam-diam dan sedang memantapkan hati untuk manusia paripurna..
Dia keliatan banyak main hape padahal dia lagi searching soal Islam dan serius mempelajarinya...
Rezeki banyak yang didapatkannya itu, mungkin karena Allah menginginkan  agar dia bisa berbuat baik dan bermanfaat bagi banyak orang dengan rezeki itu.
Karena nalurinya dipenuhi kebaikan hati...
Silaturahminya tak pernah terputus..

"Terus, siapa yang lebih buruk...?" desak sang santri penasaran...
Air mata mengalir di pipi sang kiyai...
"KITA NAK..." ujar beliau dengan suara tersendat...
"Kitalah yang layak disebut buruk, sebab gemar menghabiskan waktu untuk menilai orang lain, melupakan diri sendiri..."
Tangis Beliau sambil terisak...
"Kelak di hadapan ALLAH, kita ditanya tentang diri kita, BUKAN tentang orang lain..."
Lalu mengapa kita sibuk menilai orang lain?
Sementara diri kita pun belum tentu lebih baik...
Sementara bukan kita yang memberinya, kita pun tak terlibat dalam usaha mencarinya???

Karena bukannya mengusahakannya secara optimal
Tapi waktu kita habis buat menilai rezeki orang lain..
Sibuk membandingkan dengan peroleh rezeki orang lain...
Sibuk mengasihani diri dan lupa bersyukur..
Bukannya sibuk memperbaiki ibadah kita...
Agar bisa jadi kecintaanNYA, mendapatkan ridhaNYA dan rezekiNYA..
Malah sibuk ngomongin kualitas ibadah orang lain....
Astaghfirullah...

Bagi yang masih suka ghibahin orang...semoga kisah ini bisa jadi cerminan dan segeralah kembali ke jalan yang benar...


Wallahu alam...

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?