Hidup Ini Adalah Menunggu, Mengapa Menyibukkan Diri Dengan Rezeki?
Hidup dengan kesibukan mencari rezeki
- Setiap hari kita keluar pergi pagi pulang sore, bersibuk-sibuk dikejar waktu, takut telat dan memaki-maki kemacetan jalan raya yang kita rasa menghambat perjalanan kita. Tujuannya satu mencari nafkah, mencari rezeki Allah yang terserak di bumi. Apa ada yang salah dengan itu?
- Tentu tidak. Sesuai dengan perintah Allah, " Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung" (Q.S. Jumu'ah : 10).
- Yang terjadi kita mengamalkan banyak-banyak perintah Allah untuk bertebaran di muka bumi mencari karunianya tapi menyedikitkan waktu shalat apalagi banyak mengingat Allah. (baca : zikir ini bisa mempermudah rezeki)
- Sadarkah kita, kalau waktu kita habis bekerja, dari jam 8 sampai jam 4 atau 5 sore bagi yang karyawan, belum termasuk kalau lembur dan membawa pekerjaan pulang ke rumah. Bagi pengusaha / bisnisman waktunya selain habis di kantor juga banyak di luar berurusan dengan klien / konsumen, belum habis di rapat-rapat pemasaran. Bagi yang buruh, tukang becak atau penjual jamu pun habis waktunya menjajakan dagangan / jasanya. Waktu kita habis untuk mencari nafkah..mencari rezekiNya
Hidup ini hakikatnya menunggu...
(1) MENUNGGU AJAL
- Adakah orang yang tahu kapan ajalnya datang? Tak ada bukan? Lalu kita yang hidup di dunia ini adalah camat alias calon mati. Kita membawa-bawa badan yang sehat kemana-mana untuk melakukan aktivitas sampai tiba saat ajal datang menjemput.
- Apa aktivitas yang harus kita lakukan? Ibadah dan mendekatkan diri pada Allah. Seperti yang diperintah ayat di atas. Kalimat pertama yang diperintahkan Allah adalah tunaikanlah shalat. Dirikanlah shalat. Jagalah shalat anda, bukan hanya jangan bolong tapi perbaiki. Tingkatkan kualitasnya. Bukankah shalat itu dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Itu kalau shalat itu dikerjakan dengan baik. Kita lihat begitu banyak orang yang shalat tapi tetap melakukan kemungkaran. Itu karena yang shalat hanya badannya. Tapi hatinya tidak. Dia hanya sekedar menggugurkan kewajiban, bukan memanfaatkan momen untuk mendekatkan diri kepada Allah. (baca : apa itu 5S pembuka pintu rezeki?)
- Kalau kita menunggu artinya harus bersiap sebelum yang ditunggu datang. Persiapannya lagi-lagi dengan ibadah dan amal saleh. Coba hitung waktu yang 24 jam yang diberi pada semua orang. Berapa persen diantara waktu-waktu yang kita gunakan untuk ibadah? Kerja sudah kita lakukan selama 9 jam. Tidur kita dianjurkan minimal 8 jam. Makan, minum dan aktivitas toilet (membersihkan diri) anggaplah 3 jam sehari. Itu sudah 20 jam kita habiskan untuk kepentingan dunia. Belum lagi kalau kita perlu waktu rekreasi, hiburan. Lalu kapan waktu kita ibadah?
- Jika esok Malaikat Maut datang mengetuk pintu kita, tak ada waktu untuk menolak dan minta diberi tangguh. Karena semuanya sudah terlambat. Lalu mengapa kita masih menyibukkan diri mencari rezeki dan harta yang nantinya akan ditinggal juga saat kematian datang.
(2) MENUNGGU WAKTU SHALAT
- Shalat yang wajib adalah shalat fardhu 5 kali sehari semalam yang telah ditentukan waktunya. Mau menambah shalt-shalat sunat itu lebih bagus. Diantara waktu-waktu shalat itu apa yang kita kerjakan? Mencari rezeki lagi? Betul-betul hidup kita dihabiskan dengan mencari dunia dan tetek bengeknya.
- Waktu untuk shalat paling lama 5 menit itupun sering kita kebut mengerjakannya. Sering telat, sholat di akhr waktu. Belum lagi terhitung yang tak kita kerjakan entah karena sengaja atau terlupa. Belum lagi kita sering lupa berzikir. Habis shalat langsung bangkit meninggalkan sajadah karena dunia telah memanggil.
- Kita betul-betul sedikit ibadahnya, sedikit zikirnya tapi Allah terus mencurahkan rezekinya pada kita. Tanpa pernah sedikitpun lupa menyediakan oksigen untuk kita bernafas. Ogah memberikan hujan untuk kebutuhan air kita. Lupa membangunkan matahari untuk menyinari dan memberi kehangatan bumi. Betapa manusia itu tak bersyukur.
Lalu apakah tidak boleh sibuk mengejar rezeki?
- Tentu saja boleh bekerja dan mencari aktivitas, tapi buatlah aktivitas itu bernilai ibadah. Jadilah pegawai, bisnisman, buruh, pekerja, pelayan yang jujur, memiliki integritas, tidak korupsi, kolusi, nepotisme. Ingat selalu bahwa Allah selalu mengawasi dan ada malaikat yang mencatat semua perbuatan kita.
- Tentu saja boleh, sepanjang bekerja mencari rezeki tidak melalaikan kita dari mengingat Allah. (baca : kapan rezeki menjadi masalah). Jika tiba waktunya shalat, tinggalkan semua aktivitas dan bersegeralah menuju mesjid / mushala atau mengakrabi sajadah anda. Beri waktu diri untuk bermesraan dengan Allah.
- Boleh, tapi kejarlah rezeki sewajarnya (baca : haruskah rezeki dikejar?) Karena rezeki itu sudah dijamin Allah. Untuk apa menyibukkan diri dengan sesuatu yang sudah dijamin Allah? Bukannya sibuk mempersiapkan diri pada sesuatu yang belum pasti, apakah nantinya masuk surga?
- Percayalah bahwa ibadah baik maka rezeki akan mengikuti. (baca : banyaklah berserah diri pada Allah, maka rezeki akan mengikuti)
Wallahu alam...
terima kasih atas informasinya
ReplyDeletesama-sama, semoga memberi inspirasi agar menjadi lebih baik
Delete