Mengapa Rezekinya Sama Tapi Dampaknya Beda

Si A dan si B rezekinya sama, mengapa dampaknya beda?

  • Tiap hari kita dihadapkan dengan begitu banyak permasalahan dan kejadian yang akhirnya menjadi sebuah pengalaman kehidupan. Rezeki yang diterima Si A dan Si B  katakanlah sebagai PNS di sebuah instansi pemerintah mungkin jumlah nominalnya sama (kebetulan golongan, pangkat dan masa tugasnya sama). Tapi rezeki ini bisa saja berdampak beda bagi keduanya. Tergantung bagaimana dia memperlakukan rezeki itu. Mungkin si A menginvestasikan kembali pada usaha kecil-kecilan miliknya sehingga berkembang lebih banyak, sementara si B habis dimakan dan dibelanjakan sehingga habis bulan kembali kere. Mungkin si A bersyukur dengan rezeki yang diterimanya dan tak keberatan berbagi dengan mereka yang kurang mampu. Sementara si B karena merasa dirinya saja tidak cukup enggan untuk berbagi.
  • Itulah kenyataan kehidupan. Apa yang membedakan si A dan si B? CARA BERPIKIRNYA. Cara berpikir positif yang dimiliki si A membuat rezekinya berkembang dan bertambah-tambah atau istilahnya berkah. Tapi si B berpikir negatif sehingga selalu merasa kekurangan. Cara berpikir yang berbeda inilah yang menyebabkan caranya menghadapi kehidupan termasuk rezeki yang diterimanya juga berbeda.

rezeki sama

Rezeki boleh sama tapi pemaknaannya bisa berbeda

  • Contoh lain lagi. Semua orang mampu beli sikat gigi bukan? Si A, si B dan si C, si D rezekinya sama, dimampukan Allah untuk membeli sikat gigi sebagai piranti wajib menjaga kebersihan gigi dan mulut. Suatu hari saat sedang mandi sikat gigi mereka jatuh di lubang toilet. Kejadian ini bisa memberikan respon dan dampak yang berbeda bagi mereka. 
  • Si A merespon negatif sehingga keluar dari lisannya kata-kata kotor dan umpatan. Segala macam sumpah serapah terucap dari bibirnya, bahkan sampai selesai mandipun dia tak berhenti kesal dengan kejadian itu.
  • Si B cuek dan bersikap biasa-biasa saja, sehingga tidak memberikan dampak apa-apa bagi hidupnya ke depan. Pikirnya toh itu cuma sikat gigi yang harganya murah dan dia bisa beli sikat gigi baru kapan saja dia mau dan memilih tidak sikat gigi hari itu. 
  • Si C menyikapinya dengan lebih positif. Dia menjadikan kejadian itu sebagai pelajaran, sebagai media untuk merenung. "Ya Allah apakah mulutku ini kerap mengucapkan kata-kata kotor, sehingga sikat gigi yang harusnya masuk ke dalam mulutku Engkau lemparkan ke dalam toilet? Akhirnya dia beristighfar dan menjadikan kejadian ini sebagai bahan perenungan untuk perbaikan akhlaknya ke depan.
  • Si D mulai mereka-reka jangan-jangan itu pertanda sial baginya. Dan betul saja sepanjang hari itu dia mulai mendapatkan kesialan demi kesialan dan mulai membenarkan firasatnya sejak pagi hari. 

Hati-hati dengan pikiran

  • Hati-hatilah dalam berpikir. Jangan pernah membiarkan pikiran negatif menguasai pikiran kita. Karena getaran yang hadir di pikiran itu ibarat doa. Jika kita berkonsentrasi pada hal-hal negatif maka pikiran dan tindakan kita akan fokus pada pikiran negatif itu. Yang akhirnya menjadi magnet yang menarik hal-hal negatif terjadi satu demi satu. Kita yang memintanya bukan? Mengapa rezeki si A dan Si B berbeda dampaknya? Karena si A menarik rezeki yang baik sementara si B menarik rezeki secara negatif.
  • Sebenarnya setiap peristiwa yang kita hadapi selalu menyimpan celah untuk bisa memperbaiki diri (baca : mengapa rezekiku susah? Coba lakukan perenungan ini). Sekecil atau seburuk apapun peristiwa itu pasti punya sisi hikmah yang luar biasa besar jika kejadian itu direnungkan dan ditafakuri.
  • Begitu juga sebaliknya, peristiwa yang hebat seringkali tak memberi arti dan dampak apa-apa pada seseorang yang tak bisa mengambil hikmah dan pembelajaran dari kejadian yang ditemuinya. 

Kesialan yang sama tapi dampaknya berbeda

  • Ada dua orang wanita yang diperkosa oleh empat orang lelaki di Amerika Serikat. Wanita A menyikapinya dengan negatif. Merasa kotor, tak berharga, nista seolah jadi sampah, hidupnya terasa hancur dan berantakan. Karena dai memberi pemaknaan negatif pada peristiwa buruk yang dialaminya, lantas apa yang dia lakukan? Betul saja, dia bunuh diri.
  • Wanita B yang juga korban perkosaan yang sama, memaknainya berbeda. Dia memang merasa kotor dan ternoda tapi dia menyikapi itu sebagai peringatan dari Tuhan agar lain kali lebih berhati-hati dan bisa menjaga dirinya dengan baik. Dia ingin melakukan sesuatu agar kejadian yang menimpanya tidak terjadi pada wanita lainnya. Dia berpikir wanita harus kuat dan mulailah ia belajar bela diri. Kejadian buruk yang dialaminya betul-betul menginspirasinya untuk berbuat baik pada sesama. Jiwa sosialnya justru tumbuh saat diberi musibah itu. Setelah ahli dalam beladiri dia mendirikan organisasi untuk melatih kaum wanita agar lebih kuat dan mandiri, yang disebutnya Woman Self Defence. Akhirnya dia menikah, dikaruniai anak dan hidup bahagia sampai tua.

Inilah jawaban mengapa rezeki kita seolah tak sama?

Perbaiki cara berfikir anda, maka rezeki andapun akan membaik. Anda menarik apa yang anda pikirkan. Anda bisa menjadi magnet rezeki kalau anda mau.
Wallahu alam.

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?