Hitunglah Rezekimu dan Berhenti Mengeluh !
Bisakah kamu menghitung rezeki Allah?
- Betapa banyaknya nikmat dan rezeki yang telah Allah curahkan untuk kita. Kita bahkan tak sanggup menghitung semua nikmat Allah. Allah sudah tahu itu, " Jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menghitung jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (Q.S. An Nahl : 18).
- Karena begitu banyaknya nikmat yang diberikan, toh kita masih tetap saja mengeluh. Merasa tidak cukup, merasa kurang, merasa tidak diberi secara adil. Tapi keluhan tidak menyelesaikan masalah bukan? Rezeki bakalan mandek kalau kita terlalu banyak mengeluh. Bukankah mengeluh itu berarti kufur?
- Kufur nikmat itu tidak menerima ketentuan Allah. Tidak ada kepuasan dalam diri. Padahal rezeki sudah dijamin Allah sesuai dengan kebutuhan kita, tapi kita tetap merasa kurang?
Allah pasti menguji kita
- Allah tidak membiarkan kita menikmati semua pemberianNya tanpa diuji. Kata Allah, " Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) berkata telah beriman sedang mereka tidak diuji lagi ?" (Q.S. Al Ankabut : 2).
- Ingatlah kalau musibah, masalah, kesusahan menimpa kita hanya sesekali. Tapi kenikmatan, rezeki dan karuniaNya terus tercurah tiada henti. Lalu apa yang kita keluhkan? Logikanya kalau rezeki Allah itu banyak dan tidak bisa dihitung harusnya " tak ada waktu untuk mengeluh, tapi memperbanyak syukur, bukan?"
- Allah sudah tahu dan bilang kalau." Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar dan tidak berterima kasih pada Tuhannya (Q.S. Al Adiyaat : 6). Tafsir Al Hasan rahimahullah tentang ayat ini, "yaitu orang-orang yang menghitung-hitung musibah (yang sedikit) dan melupakan kenikmatan-kenikmatan RabbNya (yang telah banyak diberikan padanya)".
Allah menguji hamba itu ada tujuannya
- Jika Allah ingin kebaikan pada hamba maka Dia segerakan hukumannya di dunia dengan diberikan musibah sehingga ia meninggalkan dunia nanti dalam keadaan bersih dari dosa. (baca : mengapa ujian itu rezeki bagi orang beriman?).
- Semakin kuat keimanan seseorang maka cobaan dan ujiannya juga semakin berat. Yang terberat cobaannya adalah para Nabi dan Rasul.
- Rasulullah SAW mengingatkan kita, "Sesungguhnya balasan bagi orang yang beriman yang terbesar itu berupa ujian yang berat. Jika Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka. Barangsiapa ridha maka Allah pun akan ridha. Barangsiapa yang tidak suka maka baginya murka Allah" (H.R. Tirmidzi). Ingatlah rezeki selalu menghampiri orang yang ridha.
- Perumpamaannya jika ingin menjadi dokter, insinyur, arsitek harus memantaskan ilmunya bukan? Harus kuliah di fakultas kedokteran atau fakultas teknik, kemudian belajar yang rajin, melalui praktikum / percobaan yang silih berganti, agar bisa mengasah ilmunya saat praktek nanti. Dan sebelum dilantik dan siap menjalankan ilmunya di masyarakat harus melalui ujian bukan? Lulus ujian akan menentukan nasibnya, apakah dia pantas dan layak diberi gelar dokter, insinyur ataupun arsitek?
- Masihkah berharap menjadi sarjana (ahli) surga jika yang dipilih adalah Fakultas Ilmu Dunia (berleha-leha dan bersenang-senang di dunia, tapi ogah diuji) dan melalaikan akhirat?
- Stop Complaining, Keep Fighting ! Berhentilah mengeluh, teruslah berjuang dalam agama Allah. Jangan hanya lapang hati saat menerima rezeki tapi mengeluh saat diberi musibah. Musibah itu juga rezeki, tapi banyak yang tidak tahu.
Wallahu alam
Comments
Post a Comment