Rezeki Bagi Si Kaya dan Si Miskin Diberi Allah Secara Adil
Jika Allah adil dan menjamin rezeki semua orang mengapa ada orang yang kaya dan ada yang miskin? Masya Allah, betulkah persangkaan kita itu?
# ALLAH ITU ADIL, JANGAN RAGUKAN ITU
- Allah memiliki hikmah dalam pembagian rezeki. Ada yang Allah beri rezeki yang banyak sehingga kaya, dan ada yang diberinya sedikit sehingga miskin. Lihatlah firman Allah berikut ini , "Dan Allah melebihkan sebahagian kalian dari sebahagian yang lain dalam hal rezeki (An Nahl : 71). Di ayat lain juga disebutkan, "Allah melapangkan rezeki bagi siapa saja yang dikehendakiNya diantara hamba-hambaNya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (Q.S.Al Akabuut : 62).
- Perhatikan ayat yang terakhir Allah jelas-jelas mengatakan bahwa Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Allah Maha Tahu mengapa seseorang itu pantas diberi kekayaan dan mengapa yang lainnya pantas miskin. Rasulullah bersabda, " Allah menjadikan kaya dan miskin bagi siapa saja yang Allah kehendaki. Dibalik itu ada hikmah."
- Ayat ini semakin mempertegas mengapa ada yang kaya dan miskin, "Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hambaNya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendakiNya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan hamba-hambaNya ) lagi Maha Melihat (Q,S.Assyuraa : 27). Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan tentang ayat ini, "Seandainya Allah memberi hamba tersebut rezeki yang lebih dari apa yang mereka butuhkan, tentu mereka akan melampaui batas, berlaku kurang ajar satu sama lainnya dan bertingkah angkuh dan sombong di muka bumi ini. Akan tetapi Allah memberi mereka rezeki sesuai pilihanNya dan Allah selalu melihat manakah yang lebih maslahat bagi mereka. Tentu saja Allah lebih mengetahui kebutuhan hamba-hambaNya, mana yang terbaik untuk mereka. Allah memberikan kekayaan dan kefakiran bagi mereka yang dinilai pantas untuk menerimanya.
# KAYA BUKAN TANDA MULIA DAN MISKIN BUKAN TANDA HINA
- Kaya dan miskin tidak menjadi ukuran nilai seseorang, Kaya dan berezeki banyak bukan tanda mulia. Demikian juga yang miskin bukan tanda hina. Mengapa? Orang kafir saja Allah beri rezeki, orang yang bermaksiat serta berlumuran dosa pun tak luput dari rezekiNya. " Allah Maha Lembut terhadap hamba-hambaNya, Dia memberi rezeki pada siapa yang dikehendakiNya dan Dialah yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa (Q.S. As Syura :19).
- Sifat orang yang tidak beriman menjadikan kaya dan miskin sebagai tolok ukur kemuliaan.(baca : rezeki baik itu bukan hidup berlimpah harta).
- Allah berfirman, " Dan mereka berkata kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab. Katakanlah, " Sesungguhnya Tuhanku melapang rezeki (bagi siapa saja yang dikehendakiNya ). Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun, tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan oleh apa yang mereka kerjakan dan mereka aman sesntosa di tempat yang tinggi ( dalam surga) (Q.S. Saba' : 35 - 37).
- Orang kafir berfikir bahwa banyaknya harta dan anak-anaknya sebagi bukti tanda cinta Allah pada mereka. Padahal meskipun mereka diberi rezeki yang banyak di dunia ini tapi nanti di akhirat mereka akan diazab. Allah menyanggah sangkaan mereka itu, " Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar (Q.S. Al Mu'minun : 56).
- Bukanlah banyaknya harta dan anak yang mendekatkan diri pada Allah tapi keimanan dan amal saleh. " Dan sekali-kali bukanlah harta yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang beriman dan mengerjakan amal saleh.
- Kaya bisa saja istidraj dari Allah yaitu hamba yang terus dilapangkan rezekinya meskipun maksiatnya terus jalan membuat ia terlena. Kemiskinan bisa juga berupa cobaan, ujian ataupun azab dari Allah.
Semoga kita bisa merenungkan hal ini. Wallahu alam.
Comments
Post a Comment